Senin, 28 Desember 2015

TOLERAN

Rumput liar bagi manusia adalah makanan enak bagi kelinci. Artinya, apapun itu, yang kita anggap buruk, bisa saja baik dan berguna bagi orang lain. Terutama karena perbedaan-perbedaan; latar belakang, pendidikan, keyakinan, dll.

Di tengah samudra perbedaan seperti ini, hanya mereka yang bisa toleran terhadap perbedaan akan memiliki jiwa yang nyaman, tenang.

Tanpa toleransi, setiap hari kita ibarat memakan racun untuk jiwa kita sendiri. Hanya persoalan waktu saja sampai akhirnya racun-racun ini akan berubah menjadi penyakit dan rasa sakit.

Diterangi cahaya pengertian seperti ini, kapan dan dimana saja kita berjumpa orang, belajarlah melihat perbedaan sebagai berkah-berkah kehidupan.
I
Ia sesederhana bunga kamboja tumbuh di tempat panas, teratai tumbuh di air. Keduanya berbeda, tapi keduanya indah apa adanya.....








(Yustinus Setyanta)

Minggu, 27 Desember 2015

LIBURAN

Liburan dasar kata 'libur' dengan di tambah akhiran -an yang artinya adalah suatu masa di mana orang-orang meluangkan waktu yang bebas dari pekerjaan/bekerja atau dunia persekolahan. 

Umumnya liburan persekolahan terjadi pada pertengahan tahun atau akhirtahun, juga pada hari raya. Dalam kondisi khusus seperti bencana alam, hari libur dapat ditetapkan oleh pemerinta.

Di Indonesia hari libur kebanyakan berdasarkan hari perayaan dari suatu agama tertentu. Selain itu ada pula hari libur nasional seperti tanggal 17 Agustus, & Pemilu/Pemilukada dengan Kepala Daerah, Kepala Negara, & Anggota Legislatif yang untuk seluruh Daerah & Negara sekitarnya. Dan hari libur nasional lainya.

Adapula yang namanya cuti bersama



Bukan rahasia lagi kalau tempat rekreasi pastinya ada yang pure hiburan saja dan ada yang bersifat edukasi. Kita harus cermat dalam menentukan rekreasi yang akan dipilih. Mungkin ada baiknya rekreasi atau liburan dengan tarif murah namun terasa nyaman juga memberikan edukasi kepada kita.

Mau rekreasi atau liburan bukan berarti harganya harus mahal selangit. Kita harus pintar-pintar menentukan lokasi liburan atau rekreasi yang terjangkau. Jangan sampai nanti setelah liburan atau rekreasi malah membuat kantong kita bolong tidak ada sisanya ya. Be smart!

Lokasi liburan atau rekreasi jangan pilih yang terlalu jauh. Bukannya rasa senang yang di dapat malah rasa capek dan bete malah didapat.

Itu saja sekelumit tulisan saya mengenai liburan.
Selamat Berlibur







(Yustinus Setyanta)


Sabtu, 26 Desember 2015

ATASI EMOSI AKIBAT KONFLIK

Konflik antar pribadi sulit untuk dihindari. Setiap harinya pasti terjadi, baik dalam situasi persahabatan, teman/kawan, keluarga, maupun romansa. Sebagai akibat, perdebatan dan penolakan yang terjadi dalam konflik tersebut membuat kita merasa terbuang, sendirian, tidak dimengerti dsb.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan Journal of Experimental Social Psychology, Jaye Derrick dan Shira Gabriel dari Universitas Buffalo mengemukakan sebuah penemuan penting bahwa perasaan-perasaan negatif tersebut dapat ‘diredakan’ misalnya dengan cara menonton acara TV favorit atau apa saja.

Jadi apapun rasa kesal, geram, sebal, jengkel dan sejenisnya yang Anda alami, Selalu bisa mengeluarkan diri dari ikatan emosional tersebut. Misalnya, ketika seorang wanita yang mendadak membatalkan janji pertemuan, daripada merasa dongkol seharian penuh, maka bisa mengatasinya dengan menyalakan TV dan menonton tayangan yang menarik di sana atau kegiatan positif lainya. Setidaknya sampai emosi mereda.

Salam revolusi batin cinta.























(Yustinus Setyanta)

Jumat, 25 Desember 2015

GENERASI (NATAL)

Generasi ini masih tetap masih pergi ke gereja dan berdoa. Generasi ini juga tidak mempertanyakan kebenaran isi iman - satu alasan(nya), tentu karena mereka tidak cukup mempunyai basis argumentasi untuk mempersoalkan hal ini.

Rapuhnya iman umat generasi utamanya generasi muda - bukan terutama bukan persoalan religius, melainkan persoalan antropogis. Yang dimaksud tantangan 'antropogis' di sini tiada lain adalah kebudayaan. Muncul satu pendapat bahwa kebudayaan faktor pembentuk dan pendidik masyarakat yang paling menentukan, terapi justru yang paling sering dilupakan.
Pelayanan kita mengikutsertakan kesadaran kultural lokal, memperhatikan cara bersosialisasi, sistem kekeluargan, keluwesan berkomunikasi, gerak-gerik kultural sebuah komunitas dalam memandang Yang Transenden.

Sangat indah menyaksikan segala upaya memajukan iman umat dengan pondasi kesadaran kultural. Di pedalaman, di pedesaan yang tak mengenal polusi industri, di kaki-kaki gunung, di bukit-bukit, lembah dan ngarai, di tangah lebatnya hutan, di tengah gudulnya lahan akibat kebakaran maupun pembakaran hutan, di pinggiran sungai-sungai yang meliuk-liuk masuk ke tanah yang jarang diinjak, komunitas-komunitas Kristiani mengekspresikan iman mereka melalui kebudayaan lokal lewat nyanyian atau tarian simbol pergumulan hidup mereka. Iman dan kebudayaan berjalan seiring mengarungi kehidupan dalam percampuran 'unsur-unsur kimia' yang harmonis.

Itu berlangsung nun jauh di sana. Bagaimanakah kehidupan masyarakat di tengah-tengah kota? Bagaimanakah melukiskan kebudayaan sebuah komunitas beriman yang hidup di tengah-tengah hutan beton gedung-gedung pencakar langit, di tengah-tengah pemukiman warga yang kumuh bahkan menyisihkan kesiap-siagaan kapan saja rumah kediaman akan di gusur, di tengah-tengah jeritan anak-anak jalanan yang tak mendapatkan kesempatan mangeyam pendidikan, di tengah-tengah para petinggi negri yang sibuk memperebutkan kursi kedudukan, di sungai-sungai yang menjadi tumpahan limbah industri-industri yang berlomba-lomba membuang sampah? Adakah yang disebut kebudayaan, bila segala tutur kata, percakapan, setiap langkah kaki hingga cara berpikir dan menghirup napas kita tidak pernah dilepas dari kosakata 'konflik diri, kompetisi, keunggulan, untung rugi dan uang?

Demikianlah, generasi modern menghayati Natal tanpa bisa lepas dari mall, restoran, reservasi pesawat terbang, kartu kredit uang, dan segala alat bukti kapitalisme lainnya. Meski demikian kita boleh bernapas lega, karena bayi Yesus dua ribu tahun lebih yang silam juga hadir dalam silang selisih politik dan kebudayaan. Rejim politik pada masa itu tidak menghendaki kelahiran-Nya, sebagaimana yang dikisahkan oleh Penginjil Matius (2:3). Meski kelahiran-Nya sungguh berisiko tinggi, Dia tetap hadir kedunia ini (bdk. Mat 2:16). Dunia dengan karut marutnya memang bukan untuk ditinggalkan. Yesus Kristus merealisasikan misi penyelamatan manusia dengan satu jalan, yaitu jalan menjadi manusia dan turun kedunia. Sabda harus menjadi Daging agar misi Sang Mesias terlaksana.

Kutipan Matius di atas dilengkapi, dibarengi dengan kutipan versi Lukas. Natal itu sebuah pengalaman mistik untuk orang-orang yang berjiwa sederhana (Luk 2:8-20). Kelahiran Kristus di tengah-tengah manusia dan dunia mengajarkan pada kita terutama penulisnya yakni saya untuk "Larut tanpa Hanyut". ***








(Yustinus Setyanta)

Senin, 21 Desember 2015

HATI YANG PEDULI





Hidup berkarya bagi sesama dengan peduli pada lingkungan merupakan hal yang luar biasa.


TEKS (dan) MEMBACA



Teks secara umum dimaknai sebagai tulisan, hasil (dari proses) menulis. Teks dapat berisi apa saja: tentang sesuatu, baik yang ada (berwujud, konkret) maupun yang tidak ada (tak berwujud, abstrak). Teks dapat berupa penggambaran, penceritaan, penjelasan, perintah, dan argumen(tasi) penulis terhadap sesuatu itu.

Umumnya, penggambaran dilakukan melalui proses pengurutan berdasarkan ciri-ciri umum yang memaknai keberadaan sesuatu dalam dimensi ruang. Proses penggambaran akan menghasilkan teks berupa profil tokoh, profil benda, laporan infomatif, dsb.

Penceritaan dilakukan melalui proses pemilahan orang dan peristiwa-peristiwa dalam dimensi ruang dan waktu. Hasilnya berupa teks-teks cerita, seperti dongeng, mite, legenda, fabel, cerpen, novel, dan sejarah. Penggambaran dan penceritaan umumnya bersifat deskriptif. Dalam kedua jenis teks itu, penulis tidak memberikan penilaian atau penafsiran terhadap sesuatu yang dikemukakan.

Penjelasan dilakukan melalui proses pemilahan fenomena-fenomena dalam dimensi waktu dan/atau dimensi hubungan sebab-akibat. Penjelasan biasanya terkait dengan jawaban atas pertanyaan mengapa dan/atau bagaimana tentang sesuatu. Hasilnya dapat berupa esai, uraian, atau ilustrasi.

Perintah dilakukan melalui pemilahan tindakan-tindakan atau tingkah laku secara logis. Perintah akan menghasilkan petunjuk, tatacara, prosedur, atau resep melakukan sesuatu. Sementara itu, argumentasi dilakukan melalui proses pengembangan pernyataan untuk mencapai kesamaan sudut pandang. Hasil dari proses itu, antara lain, berupa diskusi, interpretasi, evaluasi, dan eksposisi. Berbeda dengan yang lain, dalam teks argumentasi, penulis telah memberikan pendapat atau tafsir atas sesuatu yang dikemukakan itu secara sistematis dan lengkap dengan sudut pandang tertentu. Bahkan, penulis juga mengemukakan kekurangan dan kelebihan sesuatu yang dikemukakan itu.

Meskipun secara teori dapat diklasifikasikan bentuk dan jenisnya, dalam praktiknya, teks tidak selalu berklasifikasi tunggal. Teks bisa saja berupa campuran antara penggambaran, penceritaan, penjelasan, perintah, dan argumen(tasi) sekaligus. Begitu pula bentuk atau kemasannya, ada teks faktual, teks fiksi, ada pula teks campuran.

Sebagai hasil (dari proses) menulis, idealnya, teks hanya dapat diapresiasi dengan baik melalui pembacaan. Membaca adalah langkah awal dalam menikmati, memahami, menafsir, dan memberi penilaian terhadap teks. Teks mesti didekati melalui kegiatan membaca.

Dalam kegiatan membaca, ada proses komunikasi yang terjadi dalam diri pembaca (baik berkomunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain) lewat teks yang dibacanya. Itulah sebabnya, pembaca (termasuk pembaca profesional, seperti kritikus dan ahli sastra) sering menafsirkan muatan sebuah teks dengan cara yang amat berbeda. Perbedaan itu, di samping disebabkan oleh pengetahuan dan cara pandang pembacanya, juga dapat (bahkan sering) disebabkan oleh kekhasan bahasa teks yang acapkali menyimpang dari konvensi yang dilazimkan. Permainan kata (bahasa) yang sifatnya metaforis, misalnya, juga dapat berakibat munculnya penafsiran ganda bagi pembaca.


Dengan kata lain, penulis dan pembaca tidak selalu berada dalam satu garis pemahaman karena apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks dapat ditafsirkan lain oleh pembacanya.

Untuk itu, pembaca harus dapat memahami kode bahasa, sekurang-kurangnya yang terdapat dalam teks. Pengetahuan terhadap situasi historis penulisan, latar waktu, dan latar tempat ketika suatu teks ditulis juga merupakan faktor pendukung dalam memahami suatu teks.

Misalnya, Teks Sastra
Teks sastra (utamanya puisi/sajak) dapat dinyatakan sebagai “sesuatu” yang menggunakan bahasa secara khas. Untuk memahaminya, pembaca harus terlebih dahulu mengenali bahasa yang khas dalam teks sastra itu. Setidaknya ada dua kekhasan bahasa teks sastra.

Pertama, bahasa yang digunakan dalam teks sastra sering berbentuk kata-kata konkret. Misalnya, ungkapan kuda (yang) liar banyak digunakan dalam teks sastra daripada kata kebebasan. Ungkapan kuda (yang) liar lebih mengacu pada hal yang konkret dibanding dengan kata kebebasan yang mengacu pada sebuah konsep abstrak.

Kedua, bahasa yang digunakan dalam teks sastra memperhitungkan berbagai segi dalam penampilannya. Kaitan antara bunyi dan makna diolah sedemikian rupa sehingga diperoleh keserasian dan akhirnya diperoleh pula “kekuatan” yang menjadikan sebuah sajak sebagai dunia imajinasi tersendiri.

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan untuk menelaah teks sastra itu adalah dengan memperhatikan secara keseluruhan gaya penulis (penyair) dalam menyampaikan pesan melalui teks sastranya. Seorang penyair dapat mengatakan gagasan dan pesannya dengan gaya yang langsung, seperti yang sering terlihat dalam sajak naratif atau sajak bercerita. Kata-katanya lugas dan langsung menunjuk hal yang dimaksudkan. Dalam sajak dengan gaya tak langsung terlihat, antara lain, penggunaan gaya paradoks atau ironi. Penyair menyampaikan sesuatu yang berlawanan dengan yang dimaksudnya. Contohnya, ungkapan dalam sajak Amir Hamzah yang berjudul “Tuhan Kembali” berikut ini.

Kalau aku dalam engkau
Dan engkau dalam aku
Adakah begini jadinya
Aku hamba engkau penghulu?

Dalam sajak itu, penyair mempertanyakan kedudukan si aku dan si engkau yang menampilkan sesuatu yang bertentangan walaupun yang ingin disampaikan oleh penyair adalah hal yang sebaliknya: antara aku dan engkau tidak ada jarak.

Langkah berikutnya adalah memperhatikan hubungan antara kata-kata yang terungkap dan imaji-imaji yang ditampilkannya. Misalnya, seorang gadis yang memakai baju merah muda mengesankan atau mengimajinasikan bahwa gadis itu sedang jatuh cinta pada seorang pemuda. Hal yang serupa sering muncul (dan harus diperhatikan) pada teks sastra. Misalnya, kata mawar dan melati tentu saja akan menimbulkan kesan keindahan atau sesuatu yang menyenangkan dalam larik di hitam matamu kembang mawar dan melati pada sajak Chairil.

Untuk memahami pengalaman yang terungkap dalam teks sastra, pembaca harus menumbuhkan dalam batinnya jalinan imaji yang terungkap dalam teks sastra. Pada tataran ini, terdapat jenis pengalaman indraan dan jenis pengalaman nalaran. Pengalaman indraan yang terjalin itu mengandung makna yang dapat dinalarkan. Pemahaman pengalaman itu pada dasarnya adalah proses penyusunan nalaran pembaca tentang hal yang dikemukakan oleh penyair.



Jumat, 18 Desember 2015

LOGIKA BAHASA



Rupanya urusan menggabungkan kata tidak selalu mudah. Terkadang membingungkan dan memantik debat bagi pemakainya. Selain makna, urutan kata dalam gabungan itu pun terkadang menjadi tanya.

Sebagai contoh, gabungan kata pulang pergi atau pergi pulang. Mana yang berterima? Konstruksi pergi pulang tentu berpangkal pada aspek logika. Gabungan itu tentu saja ikonis: diawali dengan aktivitas “pergi” lalu “pulang”. Secara fakta, memang pergi lebih dahulu daripada pulang.

Senada pula dengan kata naik turun. Dasar berpikirnya ialah posisi orang kebanyakan berada, yakni di permukaan bumi. Datar dan landai. Ketika berada di bukit atau gunung, aktivitas seorang akan disebutnaik (mendaki) bukit atau naik gunung. Bahwa ada aktivitas sebaliknya, yakni turun bukit dan turun gunung, itu menjadi kegiatan pengiring.

Kata lain yang senapas dengan dua yang berunut kata tersebut ialah keluar masuk, jual beli, maju mundur, dan tarik ulur. Gabungan kata-kata itu menunjukkan urutan kegiatan berlogika. Kata keluar masuk (bukan masuk keluar) dipahami dari hakikat awal manusia berada atau berdiam, yakni di rumah. Rumah diyakini awal segala kegiatan anak manusia dimulai. Belajar norma dan etika sejatinya dimulai dari rumah.

Bagaimana kalau seseorang mendatangi sebuah tempat, katakanlah mal? Tentu aktivitas itu akan diawali dengan aktivitas masuk, kemudian keluar, bukan? Apakah itu disebut masuk keluar mal? Bagaimana pula bila seorang residivis kambuhan yang masuk keluar penjara? Secara logika aktivitas itu berkonstruksi masuk keluar. Sesungguhnya yang terjadi ialah aktivitas masuk lebih dahulu daripada aktivitas keluar. Namun, mal dan penjara bukan tempat menetap selamanya. Sebutan masuk keluar mal(dan penjara) hanya menunjukkan urutan. Berlogika. Akan tetapi, bila dikonstruksi keluar masuk, seperti halnya keluar masuk rumah, bisa diterima sebagai gabungan kata yang berupa majemuk.

Pun aktivitas kata jual beli. Kegiatan menjual diyakini lebih dulu dari aktivitas membeli. Tentu tidak ditemukan gabungan kata beli jual. Tertolak secara akal dan realitas. Sama halnya dengan maju mundur. Naluri melangkah manusia pasti ke depan (maju), bukan mundur.

Satu lagi, kata tarik ulur (bukan ulur tarik). Diyakini bahwa kegiatan menarik lebih awal daripadamengulur. Naluri menarik dilakukan bahwa manusia meng inginkan sesuatu (benda) berada di dekatnya sehingga benda yang berat (tidak dapat diusung, dijinjing, atau diangkat) akan ditarik.

Lalu bagaimana dengan kata bapak ibu, adik kakak, dan tua muda? Mengapa tidak lazim bila dikonstruksi ibu bapak, kakak adik, muda tua, dan pendek panjang? Secara realitas, lelaki diposisikan sebagai dan berurut. pemimpin. Penyebutan kata bapak terlebih dahulu sebelum kata ibu (terutama dalam sapaan pidato) merupakan bentuk penghormatan pada hakikat pemimpin. Konstruksi itu berirama sama dengan kata tua muda.

Tentu berbeda hal dengan kata adik kakak. Gabungan itu tidak menunjukkan bahwa adik lebih dihormati jika dibandingkan dengan kakak. Akan tetapi, realitas keseharian menunjukkan bahwa adik memerlukan perhatian, perlindungan, atau penjagaan dari orang dewasa di sekitarnya, termasuk kakak. Pengurutan itu merelasikan tanggung jawab semata.


Uraian tersebut menunjukkan bahwa bahasa merupakan kerja otak yang berlogika: dapat dipahami sebagai realisasi yang berunut, berklimaks, dan berurut.

Bila tidak berlogika sama dari unsur pembentuknya, kata itu merupakan majemuk. Ditafsirkan dari unsur pembentuknya.

Kamis, 17 Desember 2015

MALA - yang MALASUAI

Sewaktu membaca koran, kutemukan kata 'malnutrisi'. Dalam benakku pun bertanya ini kata "malnutrisi atau malanutrisi". Sepengetahuanku, istilah yang dipakai untuk mendefinisikan 'tidak normal, buruk' ialah bentuk terikat mala-.

Karena penasaran dengan penggunaan kata 'mal-, bukan 'mala-' lantas saya tergerak untuk mengangkat hal ini menjadi sebuah topik catatan dalam tulisan. Mengacu kepada apa yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat. Akan tetapi, dalam kasus malnutrisi, saya malah menemukan ketidakkonsistrenan yang terkait dengan penggunaan bentuk terikat mala-ini.

Bentuk mala- terdapat dalam bahasa Jawa Kuno yang bermakna 'noda, cacat, membawa rugi, celaka, sengsara'. Dalam perkembangannya, bentuk ini diserap pula kedalam bahasa Melayu dengan arti yang sama. Pada kedua bahasa itu, bentuk mala- merupakan unsur terikat yang tidak bisa berdiri sendiri. Banyak istilah ditemukan dalam KBBI yang berasal dari bentuk terikat mala- ini, semisal malagizi, malasuai, atau malatindak.

Ternyata, dalam bahasa inggris ditemukan pula bentuk mala-. Malpractice, malabsorption, maldistribution, malfunction, atau malnutrition merupakan beberapa istilah dalam bahasa Inggris.

Pusat Bahasa (kini bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) tentu saja telah memuat padanan untuk istilah-istilah asing tersebut di dalam KBBI. Akan tetapi, di sinilah muncul malasuai yang dilakukan Pusat Bahasa dalam membentuk padanan untuk istilah-istilah asing tersebut. Misalnya saja istilah malpractice. Dalam KBBI, istilah itu dipadankan menjadi malapraktik. Demikian pula dengan istilah malfunction dipadankan menjadi malafungsi. Ini berarti Pusat Bahasa berpedoman bahwa bentuk mala- merupakan bentuk yang baku untuk dipakai sebagai padanan bentuk mal- dalam bahasa Inggris.

Meski di jumpai kedua kata istilah "mal- dan mala-" dalam kanca bahasa Indonesia.








(Yustinus Setyanta)

SEORANG KAWAN LAMA

Ia datang di awal hari 
Ketika engkau tengah suntuk, mengitari 
Tiba-tiba 
Tanpa kabar sebelumnya

Engkau tahu ia datang membawa 
Keceriaan seperti yang sudah-sudah 
Di ruang serambi rumah 
Cerita-cerita lapuk lantas terbeber begitu saja

Pertemuan yang meluruhkan sebait rindu 
Terisi pula replika masa lalu 
Dalam ledakan canda tawa 
Mengulas kisah-kisah lama

Kedatangan yang tiba-tiba 
'tuk berkunjung, menjenguk aroma 
Seraya menyusun perca-perca waktu kita 
Yang kian menua
















{Yustinus Setyanta}

Rabu, 16 Desember 2015

KONSUMEN CERDAS



     Maraknya berbagai produk yang masuk ke Indonesia mengharuskan kita menjadi konsumen yang lebih cerdas dalam memilih dan membeli barang. Dalam hal ini pun Kementrian Perdagangan (KEMENDAG) juga menerapkan Konsumen Cerdas. Maka konsumen cerdas paham perlindungan konsumen agar konsumen dapat melindungi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan dari barang atau jasa yang tidak sesuai ketentuan atau tidak sesuai dengan Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, dan Lingkungan (K3L).

Berikut ini ada beberapa paparan menjadi Konsumen Cerdas.

1. Tegakkan Hak Dan Kewajiban Selaku Konsumen.
    Sebagai Konsumen. Sebaiknya kita lebih kritis dan berani memperjuangkan hak apabila barang atau jasa yang dibeli tidak sesuai standar yang dijanjikan. Tidak hanya itu, konsumen, juga harus memahami kewajibannya yang terdapat dalam Undang-Undang perlindungan Konsumen (UUPK).

2. Teliti Sebelum Membeli.
    Sebagai konsumen yang cerdas harus terbiasa untuk teliti sebelum membeli atau menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan.


3. Pastikan Produk Sesuai Dengan Standar Mutu (K3L).
    Konsumen sebaiknya mulai akrab dengan produk-produk Standar Nasional Indonesia (SNI) yang tentunya memberikan jaminan Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, dan Lingkungan (K3L) pada konsumen.

4. Perhatikan Lebel dan Masa Kadaluwarsa.
    Terkait kondisi barang, konsumen juga harus lebih kritis untuk mengetahui barang yang akan dibelinya. Pastikan barang yang dibeli terbungkus rapi dan disertai lebel, serta dicantumkan antara lain: komposisi, petunjuk penggunaan, masa berlaku, serta kartu garansi untuk barang tertentu. Bila membeli barang secara online, sebaiknya perhatikan petunjuk pembeliannya dan lakukan sistem jual beli langsung yaitu dengan cara bertemu. (Atau juga ada lebel 'halal' secara resmi untuk jenis makanan.)

5. Beli Sesuai Kebutuhan Bukan Keinginan.
    Dalam hal jual-beli, masyarakat Indonesia terkenal sebagai konsumen yang yang konsumtif. Sering membeli barang atau jasa sekedar memenuhi keinginan dan belum tentu menjadi kebutuhan. Oleh karenanya sering tertipu oleh kualitas. Melalui program Konsumen Cerdas Paham Perlindungan Konsumen. Maka konsumen diajak untuk tidak dikuasai oleh keinginan untuk membeli barang atau jasa tertentu.

Mulailah kita menjelma menjadi konsumen cerdas yang cermat, cedik bukan licik dan kritis demi kehidupan yang lebih baik di masa depan. Mulai dari diri sendiri, dan bila perlu bisa di sebarluaskan prilaku ini kepada keluarga dan lingkungan Anda.

Kewajiban Konsumen Cerdas:
- Membaca atau mengikuti petunjuk/informasi dan prosedur pemakaian. 
- Beritikad baik dan benar dalam melakukan transaksi. 
- Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. 
- Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen.
Hak Konsumen Cerdas: 
- Mendapatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. 
- Didengar, diperhatikan pendapat dan keluhannya. 
- Mendapatkan pembinaan. 
- Diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur. 
- Memilih barang atau jasa yang akan digunakan.
- Mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang kondisi barang atau jasa. 
- Mendapatkan ganti rugi atau kompensasi.

















(: Yustinus Setyanta)

ISYARAT HATI

Beradu mata, melihat dalam senyuman 
Ketegasan dalam jiwa setiap untain kata 
Berdiri tegap memandang kedepan 
Tersentuh tak terasa sentuhan

Disaat waktu dan jarak tak lagi 
menjadi penghalang bagi rindu 
dan raga kita tuk saling bertemu 
akan ada pelukan hangat yang siap menemani

Tuhan; pelangi disetiap air mata 
alunan merdu disetiap helaan nafas 
berkat dalam setiap cobaan dan 
jawaban terindah dalam setiap doa













(Yustinus Setyanta)

UNGKAPAN

Bahasa ungkapan acap kali berjarak dengan yang diungkapkan. Walau bersifat khusus, ungkapan sering saja mengaburkan arti. Susah dirunut dari kata pembentuknya. Sebut saja, ada sebuah ungkapan begini "jauh panggang dari api". Bagi yang sudah mengetahui sebelumnya, tentu saja tidak kerumitan memahami kesulitan itu. Namun, bagaimana bagi yang belum atau bagi yang tidak memahami sama sekali? Tentu saja membingungkan dan menyulitkan. Siapa sangka bila artinya bahwa "kenyataan jauh dari  yang diharapkan".

Di sisi lain, ungkapan seperti itu menjadi diksi tambahan yang menarik bila disisipkan dalam tulisan. Selain unik, ungkapan itu lebih mengena dan tentu saja mewakili konsep yang hendak disampaikan. Bila diuraikan secara makna, jauh panggang dari api menganalogikan bara api (baca: pemanggangan) berbeda tempat atau letak dengan objek yang dipanggang (sebut saja ikan). Kondisi itu tentu tidak akan menghasilkan ikan bakar yang enak atau aroma sedap yang menyergap lantas menyantap dengan lahap. Bahkan, secara akal sehat tidak akan terjadi pembakaran. Kiasan itulah yang dilinerkan dengan kekecewaan atas harapan yang seharusnya bisa diwujudkan.

Ungkapan seperti itu masih relevan karena memang untuk dikaitkan dan dipahami. Namun, bagaimana dengan ungkapan 'Pintu Belakang' dan 'Berkantong Tebal'? Lantaran faktor perubahan, baik perubahan karena faktor alam maupun teknologi, kedua ungkapan itu memiliki referen yang sudah tidak relevan dengan arti. Ungkapan pintu belakang dikiaskan untuk perbuatan atau tindakan tidak terpuji karena yang dilakukan tidak sesuai aturan (tidak sah).

Yang menjadi soal, referensi kata 'pintu belakang' tidak banyak berkorelasi dengan bangunan yang disebut rumah. Yang kita tahu, banyak rumah (utamanya di kota besar) tidak memiliki pintu belakang karena tesusun secara berlonggok (cluster). Yang ada justru pintu samping (bila yang menginginkan dua pintu keluar-masuk). Ini semata rumah-rumah di kompleks saling membelakangi, satu sama lain menghadap ke jalan raya. Lebih tepatnya karena keterbatasan lahan, rumah sulit memiliki pintu belakang, apalagi taman yang memadai. Barangkali ungkapan 'Pintu Belakang' dianalogikan dengan hal-hal yang tidak elegan, curang, dan pecundang karena,sejatinya lebih terhormat melalui pintu utama, yakni pintu depan, sehingga sah, legal, dan terhormat.

Begitu pula dengan ungkapan 'Berkantong Tebal'. Dahulunya, ungkapan ini bertujuan mencirikan orang yang memiliki harta (baca: uang) yang banyak. Ketebalan kantong di dalam saku celana belakang (bagi pria) memjadi tanda bahwa orang itu kaya (banyak uang). Akan tetapi, setelah kemajuan teknologi, yakni ada peralihan ke ATM (anjungan tunai mandiri alias automatic teller machine) atau kartu kredit, identitas pria berkantong tebal tidak menjadi relevan. Dengan satu kartu yang pipih, tipis, bermiliar uang bisa ditampung. Mudah dan gampang, di mana pun bisa dilakukan transaksi. Tidak ada kesan tebal sama sekali, kan?. (Meski patut dipertanyakan atau dinyatakan berapa jumlah uang yang ada di dalam norek pada larik barisan kartu-kartu ATM yang menghiasi dompet, hehe....)

Dari uraian di atas, kenyataanya bahasa ungkapan yang bersifat khusus dan unik pun harus terdepak, tersingkirkan dengan kemajuan teknologi dan perubahan geografis. 
Tidak dapat dan bisa bertahan karena ketidakrelevanan!















(Yustinus Setyanta)

Selasa, 15 Desember 2015

MENDENGARKAN MUSIK


     Mendengarkan musik di waktu senggang sambil bersantai di pantai atau di manapun sangat bisa membuat pikiran dan tubuh menjadi lebih rileks. Apalagi ketika aktivitas seminggu bekerja sangat padat dan benar-benar menguras pikiran. Tak hanya bisa membuat rileks, mendengarkan musik di waktu senggang ternyata diklaim bisa meningkatkan kecerdasan.

MENDENGARKAN MUSIK SAAT BEKERJA

    Lantas apa jadinya kalau mendengarkan musik saat sedang bekerja? Bukankah malah membuyarkan konsentrasi? Maka dari itu, simak ulasan berikut ini agar tak penasaran lagi.

- Musik Adalah Pilihan Terbaik Saat Mengalami Stres
     Saat pikiran sedang suntuk karena dikejar deadline atau sibuk dalam kerjaan, otak cenderung tidak bisa berpikir dengan tenang dan malah stuck dalam keadaan tersebut. Untuk itu, otak butuh refreshing agar bisa berpikir dengan jernih. Sebagian besar orang memilih mendengarkan musik untuk mengusir rasa bosan dan mengembalikan mood untuk mencari ide-ide kreatif.
     Mereka mendengarkan musik favorit dengan irama yang menghentak guna mengembalikan mood mereka yang terkuras karena pekerjaan yang menumpuk pikiran yang suntuk.

- Meningkatkan Kreativitas
     Alunan nada dari musik memacu otak untuk berpikir kreatif. Bahkan, ada juga yang merasa bahwa dengan mendengarkan musik mereka bisa menjadi lebih bersemangat. Alasannya, karena musik yang ia sukai benar-benar mampu mempengaruhi alam bawah sadar untuk melakukan hal-hal yang diperintahkan otak.
     Tak hanya itu, syair dan irama musik mampu membawa pendengarnya berimajinasi. Oleh karena itu lah musik baik untuk meningkatkan kreativitas.
- Musik Mampu Menempatkan Anda Pada Zona Nyaman
     Musik favorit mampu membuat kita merasa nyaman dan membawa kita ke dalam dunia kita. Misalnya, ketika merasa bosan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan lainnya karena ada hal yang membuat kecewa, lesu, dan semacamnya, mendengarkan musik favorit dengan nada yang sedikit nge-beat akan mampu membangkitkan kembali semangat.
     Musik yang disukai akan membuat merasa ada dalam “diri kita”. Apabila kita sudah berada di zona nyaman, tenang seberat apapun pekerjaan yang dilakukan akan terasa ringan kalau pikiran fokus dan perasaan sudah nyaman.
- Beat yang Sesuai dengan Keadaan Bisa Menstimulasi Otak Anda     Misalnya terjebak dalam situasi pekerjaan yang rumit, ditambah waktu yang mepet. Untuk membangkitakn semangat, pilihlah musik dengan beat yang cukup keras. Tapi tidak dianjurkan mendengarkan musik dengan beat dan volume yang terlalu keras. Karena itu bisa menyebabkan telinga menjadi rusak.
    Musik yang nge-beat itu akan memerintahkan otak untuk kembali bersemangat. Selain itu, mood yang buruk bisa menjadi baik kalau perasaan sudah tenang berkat alunan musik yang sudah memerintahkan otak untuk bangkit.

- Musik Dapat Meningkatkan Mood
     Yups, seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, alunan musik favorit mampu membangkitkan kembali mood, emosianal yang sedang tidak stabil. Selain itu, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 menyebutkan bahwa orang yang sering mendengarkan musik mampu mengubah mood mereka dan menemukan kesadaran diri.
     Kita dapat menggunakan musik untuk menghilangkan segala pikiran negatif yang pernah terjadi. Sehingga membuat kita tidak terlalu terbebani apa yang pernah terjadi sebelumnya.

- Membuat Bergerak     Tidak melakukan banyak gerakan saat bekerja membuat tubuh merasa kaku. Dengan mendengarkan musik, secara tidak sadar tubuh akan ikut bergoyang mengikuti irama musik yang menghentak. Dengan begitu tubuh memiliki penyegaran untuk bergerak walaupun tidak banyak.
     Gerakan kecil tersebut mampu membuat suasana hati menjadi menyenangkan dan kembali bersemangat untuk melanjutkan aktivitas.
- Keuntungan Lain Saat Mendengarkan Musik     Ada beberapa penelitian yang membuktikan tentang keuntungan mendengarkan musik. Meminjam ilmu psikologi (buku: psikologi musik, galang press) menyatakan bahwa musik mampu membuat pendengarnya lebih berkonstrasi. Penelitian lain pun mendukung keuntungan mendengarkan musik ini, yaitu mendengarkan musik yang disukai mampu membuat orang menghapal kata dengan cepat.

Ternyata mendengarkan musik saat bekerja itu memiliki banyak manfaat. Selain membuat lebih fokus, musik juga mampu menambah konsentrasi sehingga pekerjaan bisa diselesaikan dengan lebih teliti. Fakta lain pun menyebutkan bahwa mendengarkan musik favorit mampu menambah daya ingat seseorang. Namun, tentunya tidak semua jenis pekerjaan yang bisa sambil mendengarkan musik.





MENDENGARKAN MUSIK SEBELUM TIDUR

Ketika mulai merasa kemampuan memori tidak maksimal, bisa dicoba deh mendengarkan musik sebelum tidur. Ketika tubuh merasa santai, maka secara otomatis organ-organ tubuh juga akan lebih rileks.

Ketika akan tidur malam, pastikan mendengarkan musik yang bisa membuat senang dan rileks. Konon berdasarkan penelitian ilmuwan Universitas Tubingen Jerman, mendengarkan musik saat tidur terbukti mampu meningkatkan kemampuan memori otak.

Maka kita bisa memilih musik favorit yang menenangkan sebelum tidur. Hal ini dipercaya membuat tubuh rileks, dan dapat meredam stress.

Stimulasi musik yang menenangkan, akan membuat tubuh melepaskan hormone dopamine lebih banyak. Dopamine dikenal sebagai hormone yang bisa menimbulkan perasaan bahagia. Jadi, ketika tubuh santai otomatis membuat organ-organ tubuh lainnya mempunyai kesempatan yang sama untuk lebih rileks.

Selain membuat tubuh menjadi lebih rileks. Pencernaan pun bisa lebih lancar. Sebagai contoh organ pencernaan mempunyai siklus istirahat di malam hari yang bisa beristirahat secara optimal.

Nah, di samping meningkatkan kemampuan otak, musik pun dapat membantu peningkatan kualitas tidur seseorang. Jadi, apapun jenis musik yang dipilih, pastikan bisa membuat senang dan tenang. Tidur pun bisa menjadi lebih nyenyak.

So, jenis musik apa yang paling kamu suka dengar sebelum kamu tidur? meredam stress.





















(Yustinus Setyanta)

Rabu, 09 Desember 2015

UJIAN OPEN BOOK (Fiksimini)

"Seperti pekan lalu sudah disampaikan hari ini ujian" Kata guru 
"Belum siap Pak?" Kata murid 
"Baiklah kalau gitu open book koq, tapi closing eyes" Kata guru.


















{Yustinus Setyanta}

DAPUR DAN PANGGUNG PUBLIK

Kata "Dapur" mempinyai arahan dua makna; dapur sebagai ruang tempat memasak makanan dan dapur sebagai penggalian atau inspirasi penciptaan karya kreatifi seni. Dapur dalam konteks seni yakni dapur menjadi ruang vital dari bangunan kebudayaan dan peradaban. Kehadirannya menandai suatu tonggak penting perkembangan evolusi kesadaran di mana manusia mulai memikirkan pentingnya mengolah terlebih dahulu apa yang dimakannya di ruang yang disediakan secara khusus pula. Dalam fungsinya yang paling primer, dapur menegaskan kenyataannya sebagai ruang olah, ruang kreativitas yang tak terbantahkan. 

Produk dapur berupa sajian aneka jenis masakan menjelaskan interaksi kebudayaan, cita rasa, kesadaran, imaji, keterampilan, dunia batin, dan tingkatan peradaban suatu masyarakat. Semakin kaya dan beragamnya masakan suatu komunitas masyarakat menjelaskan kemampuan kreatif eksperimen, dan eksplorasinya di dalam memanfaatkan sumber makanan yang disediakan oleh alam lingkungan.

Dalam konteks perhelatan seni, dapur menjadi tempat segala mentah dicincang, diramu, diracil, diberi bumbu dan penyedap, digodok, dimasak dan disajikan sehingga bernilai lebih, memiliki cita rasa lebih, dan dengannya dapat lebih dinikmati. Kayaan mitologi, sejarah , tradisi, dan pertunjukan budaya, realitas sosial-politik, ekonomi, praktik buruk dan baik kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai bahan mentahnya diperlukan sedemikian rupa oleh seniman sehingga publik dapat menikmati realitas nilai dan kesadaran yang ada di baliknya.

Perhelatan-perhelatan panggung publik, dengan menyimpan daftar panjang kreativitas dari rahim kebudayaan kita. Kreativitas yang dimungkinkan oleh kehadiran yang lain pula, yang asing, unik dan berbeda. Dengan demikian dapur dalam konteks perhelatan seni, tak dapat dielak bahwa dapur dibangun oleh pertemuan manusia dari pelbagai latar budaya yang saling memengaruhi. Kehadiran yang satu menjelaskan yang lain. Membangun koeksistensi bersama dalam ketergantungan produktif. Asam laut bertemu manis gunung, gelora laut bersua keheningan dan aroma lembah.Pada dapur dan apa yang dimakan, kita mengenal wujud lahiriah dan wajah batin suatu masyarakat, termasuk kepiawian dan kelenturannya berbagai selera, berjabat hati dan rasa dengan yang lain.

Dapur dalam konteks kebudayaan tidak lagi merupakan ruang fisik yangstatis. Ia menjadi ruang dinamis yang mesti senantiasa diciptakan oleh silaturahim dan pertemuan-pertemuan dimana kreativitas dirawat dan digairahkan dalam semangat seni rakyat agar kemudian manjadi bagian dari perlengkapan organisasi sosial (masyarakat). Maka kehadiran event-event publik diharapkan menjadi dapur yang memasok nutrisi terbaik bagi kebutuhan dan kesehatan masyarakat yang menopangnya.

- Proses Pertumbuhan.
Melalui proses dan pertumbuhan dari tahun ke tahun serta pergaulan yang intens dengan event-event serupa, kegiatan punlik apalagi yang bernama kesenian secara tidak disadari menebar bagai aroma sedap masakan. Menarik semua orang menghampirinya. Menyediakan dirinya sebagai dapur yang menyatukan segala perbedaan. Mempertautkan para pelakunya melalui gerak, musik, irama, kisah, nyanyian sebagai pengalaman bersama, pengalaman penyatuan. Seni lantas menjadi bagian dari pengalaman kolektif di mana masyarakat dapat menjadikannya sebagai sarana untuk memasuki ruang dan irama yang lain, yang berbeda dengan keseharian sehingga kita kembali menjalani aktivitas sehari-harinya, mereka sudah di penuhi dengan tenaga, spirit, dengan irama baru dan segar. Tekanan hidup, capek-lelah, tantangan, dan kesulitan dirayakan lewat ekspresi seni bersama. Ketegangan dilepaskan, rasa kesal, marah, dan semacamnya dibebaskan. Sukacita dan rasa syukur dibangkitkan.

Di panggung publik, jarak antara pelaku seni dan penonton didekatkan, dibuat berhimpit, agar penontondiberi ruang manjadi pelaku, setidaknya secara fisik dan emosional. Dengan semakin intens terlibat di dalam nyanyian atau tarian misalnya, orang menekan dominasi kontrol pikiran atas tubuh dan gerak, lalu menjahit irama dan gerak personalnya dengan gerakan dan gerakan orang lain. Jadilah tubuh, irama dan gerak bersama. Dengannya orang mengikat dirinya dengan orang lain dan bersama-sama menari dalam tarian/nyanyian alam. Menuju pada keselarasan bersama. Di sana luka-luka sosial disembuhkan.Rasa sakit dibebaskan. Benci dan dendam didamaikan dengan tenaga dan energi sukacita kebersamaan.

Semangat panggung publik hiburan dapat mengembalikan seni kepada dapur kulturalnya. Seni yang lahir dari tantangan alam, tumbuh dalam jahitan sejarah, merekam dinamika dan pergulatan kongkret-aktual serta mengakomodasi sukacita dan kegembiraan masyarakatnya. Ia lahir dari masyarakat dan menjadi tempat masyarakat melihat wajah dan kebutuhan-kebutuhannya. Menjadi saluran bagi segala kegundahan dan alat perjuangan kepentingan-kepentingan masyarakat.

Kekuatan seni pertunjukan sebagai tontonan langsung, apalagi di ruang publik terbuka, memacu pelaku pentas ataupun khalayak penikmat untuk saling menyesuaikan. Dan ketika keduanya, walau tidak selalu saja terjadi, berada di satu frekunsi batin dan kesadaran yang sama, ia akan menarik semakin banyak orang untuk masuk pada medan gelombang yang sama. Teramplifikasi daya jiwa/ruhnya sehingga menjadi kekuatan pengubah yang disadari ataupun tidak memberi pengaruh yang luar biasa bagi semua orang yang terlibat termasuk pada lingkungan sekitarnya.

Sampai disini diharapkan event-event publik, pertunjukan seni dapat menjadi dapur tempat dipersiapkannya segala nutrisi mental dan jiwa demi mengantisipasi merebaknya penyakit gizi buruk yang melanda batin dan kemanusiaan kita. Ia menyediakan dirinya sebagai dapur rehabilitasi atau bengkel bagi segala jenis kerusakan batin yang membahayakan bangunan hidup bersama dalam skala terbatas ataupun luas (global).

Hal ini penting manakala industri hiburan kian gencar menggiring kiblat masyarakat kita pada budaya "kedangkalan"dan "logika kompetisi: "saya menang, saya unggul, saya hidup dengan cara mengeliminasi atau menyingkirkan orang lain". Lambat laun hidup kita diarahkan pada bagaimana mengalahkan, mengagresi, memotong haluan dari ruang gerak orang lain. Empati, saling rasa, saling tanggung dengan sendiri akan terdepak. Ruang batin dan kepakaan kemanusiaan tergerus dan sistem predator mulai tumbuh menghancurkan bengunan kebersamaan kita.

Seni di ruang publik bukan sekedar hadir, melainkan melalui keterserapan pada pergulatan konkret-aktual masyarakat, ia tampil sebagai otak dan hati masyarakat. Ia bicara dalam bahasa publik, dalam komunikasi yang hangat, sederhana. Namun, karena tumbuh dalam detak nadi masyarakat, ia menyentuh hati, pikiran, dan kesadaran mereka. Inilah ideal seni yang dimatangkan dalam dapur kultural dan dipersiapkan untuk lahir di ruang publik. Tentunya menagih kerja keras, kesungguhan dan kreativitas sang seniman sebagai juru mask untuk menyajikan aneka hidangan yang lebih renyah, gurih, dan kaya nutrisi. ***
(Esai)




(Yustinus Setyanta)

Selasa, 08 Desember 2015

KU HIKMATI HUJAN










Bila hujan turun
Selalu ingin kuhikmati gemuruhnya 
Suara-suara yang membuatku terjaga 
Merasa bahagia dan bermakna

Bila hujan turun 
Selalu ingin kuhikmati basahnya 
Titik-titik air menguyur alam semesta 
Mendinginkan kulit-kulit raga

Selalu ingin kuhikmati hujan 
Lalu mendapuknya sebagai kawan 
Yang datang dari bali jubah musim 
Yang meloncati pagar iklim

Selalu ingin kuhikmati hujan 
Getaran guruh. Halilintar berkilatan 
Yang menuturkan kisah-kisah ajaib 
Dari sejak mengawang di langit

            {Yustinus Setyanta}

RUTINITAS HARIAN

Berapa umur kita saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama kita telah melalui kehidupan kita?
Berapa lama lagi sisa waktu kita untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Kita memulai hari yang baru.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas,
Entah itu sebagai karyawan, sebagai
pelajar, sebagai seorang profesional, sebagai usahawan, dan lain-lain.

Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup.
Bagi yang bekerja terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak
buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita
hadapi di kantor.

Tak terasa, siang menjemput...
"Waktunya istirahat..makan- makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir.
Otak serasa buntu.
Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
Matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Panas betul hari ini...

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
(Belum lagi kalau terkadang harus menghadapi 'manusia-manusia sulit' yang menghambat pekerjaan kita )

Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat...
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Esok kembali jumpa
Gelap mulai menjemput.
Lelah sekali hari ini.
Sekarang jalanan macet.
"Kapan saya sampai di rumah."
Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmatnya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar segar dingin...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, 
dan ada yang berlarian mengejar bis kota atau kendaraan umum bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.

Demikianlah manusia penuh kreativitas. Makan pagi, siang dan malam bisa berkreasi menu yang berbeda-beda. Ini baru soal makanan, belum kreativitas yang lain-lain yang menyatakan kemuliaan dignity-nya. Dalam konteks perjuangan hidup yang penuh kreativitas itulah dinamikanya. Dari kata dinamika ini muncul kata “dinamis”. Sederhananya hidup = dinamis, (N. Drijakara S.J. Filsafat Manusia, 2011, 51 dst.). Walaupun manusia berkesadaran diri sebagai makhluk bermartabat (tahu bahwa dirinya berharga dan berkemampuan), tetapi oleh karena ia makhluk (ciptaan) yang terbatas, maka, ia terikat pada konsekuensi-konsekuensi logis. Karena sifat kemakhlukannya. Dan ia terikat oleh realitas lain yang turut menentukan keberadaannya, yaitu alam dan prinsip-prinsip kesemestaannya. Kesadaran diri manusia yang mengenali hakikat diri kemanusiaannya yang mulia, dalam perspektif  kristen, kemuliaan itu berpatron pada kemuliaan Yang Ilahi, yaitu TUHAN Sang Penciptanya. Dan itu merupakan anugerah yang dikaruniakan kepadanya sebagai nilai diri yang menjadi potensi dasarnya. Potensi dasar inilah yang memungkinkan manusia mempunyai kesadaran diri. Kata “kesadaran” (conscious), kurang lebihnya dapat kita jabarkan sebagai: Kemampuan merasakan, atau kemampuan mengenal diri sendiri ini menjadi salah satu ciri kemuliannya sebagai manusia. Dalam hal ini setidaknya ada 4 lingkaran. Lingkaran pertama, menerangkan esensi ruh/roh manusia yang berasal dari TUHAN; lingkaran kedua adalah jiwa manusia; ketiga menerangkan kalbu/pikiran manusia, yang terakhir badan tubuh atau raga. Kata “kalbu” dalam kamus KBBI diterangkan sebagai hati, pangkal perasaan batin; atau hati yang suci (murni). Maka kalbu dan pikiran dalam satu lingkaran. Kita mengenalnya dengan istilah akal-budi. Artinya baik hati maupun pikiran bekerja secara serentak-bertalian menimbang-nimbang (memikirkan secara bijak) di dalam hendak melakukan sesuatu.

Tak terasa atau terasa.
Waktunya makan malam tiba.
Hidangan makanan kesukaan kita telah tersaji.
"Ohh..ada sop ayam". Misalnya.
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali", anak memuji masakan Ibunya.
Itu juga kan yang sering kita lakukan.
Selesai makan, bersantai sambil nonton TV. Berkelana di dunia maya. atau kegiatan apa saja.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.
Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang atau malam adalah sama.
Hanya rutinitas...sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan masing-masing.

Tetapi bukankah:
Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah ... dll.

Begitu banyak kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun kita telah melalui kehidupan kita ?
Berapa tahun kita telah menjalani kehidupan rutinitas kita ?
Akankah sisa waktu kita sebelum ajal menjemput hanya kita korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.

Hanya TUHANlah yang tahu...
Kita memandanglah di sekeliling kita ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Serta TUHAN yang setia menanti rasa syukur kita.
Bersyukurlah pada-Nya setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini.
Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.


Foto suatu pagi di Dieng

Senin, 07 Desember 2015

SENI BERJALAN

Pergi, berjalan adalah sebuah seni. Jika kita terlalu terburu-buru, kita akan kelelahan, dan tidak bisa sampai ke tujuan, akhir dari perjalanan kita. Sebaliknya, jika mandheg, berhenti, dan tak mau berjalan, kita juga tidak akan sampai ke tujuan. Berjalan adalah seni, di mana kita perlu manatap horizon diri, dan berpikir, ke mana kita akan pergi, tapi, juga memperhitugkan bahwa kita akan mampu menahan dan menanggung kelelahan.

Acapkali perjalanan kita jadi berat dan tidak mudah. Kita ingin setia berjalan, tapi lihatlah, ada hari-hari di mana kita gagal, jatuh dan jatuh lagi meskipun kita sudah berhati-hati. Tapi marilah kita ingat, jangan sampai kita takut akan kegagalan atau kejatuhan. Dalam seni berjalan tidaklah penting bahwa kita jatuh dan gagal, tapi penting kita tidak ingin tinggal sebagai yang jatuh dan gagal. Maka, kita harus segera bangun dan berjalan.

Itu sungguh indah, artinya: tiap hari kita kerja dan bekerja, dan itu sama artinya: bahwa kita berjalan sebagai manusia. Tapi tidaklah menyenagkan, jika kita berjalan sendirian, itu akan membosankan dan melelahkan. Kita mesti berjalan dalam kebersamaan; dengan teman-teman, dengan rekan-rekan, dengan mereka yang kita sayangi atau kita cintai: itu juga salah satu membantu kita untuk sampai ke tujuan, yang kita kejar.

Seni adalah imajinasi tanpa batas. Lakukan aktivitas seni apapun sesukamu. Sebab ada yang lebih penting dibanding bakat dan talenta. Ia adalah passion. 






{Yustinus Setyanta}

KECUPAN

Bibir kami bertemu, saling melumat dan bertukar liur. 
Kami berciuman cukup lama. 
Ketika tiba-tiba aku melepas bibirnya. 
Serentak 
"Kenapa berhenti?" Protes Ai 
"Ada yang lewat, Ai" Jawabku



















(Yustinus Setyanta)

TEMAN - KAWAN - KENALAN

Teman/kawan adalah orang yang bersama-sama, bekerja, berbuat, berjalan; lawan bercakap-cakap seperjalanan dll. Kata "teman", kawan ataupun kenalan, tidak terlalu melibatkan rasa secara emosional terhadap setiap orang yang ada di dalamnya. Misalnya, dia adalah teman satu angkatan saat sekolah. Dulu waktu bersekolah mungkin hanya sebatas saling tau wajah masing-masing kalau sama-sama menjdai murid di sekolah yang sama. Teman ada disekitarmu, teman nongkrong, teman lari dari kenyataan.

Sementara Makna kawan, bisa di definisikan agak lebih dekat hubungannya dari pada makna teman. Dua orang yang berkawan setidaknya pernah melakukan kegiatan senang dan sedih bersama, tapi saat dia menghilang, rasa sedih yang ditimbulkan tidak sebesar kehilangan seorang sahabat.

Sedangkan kata ‘kenalan’ biasanya disematkan pada sebuah hubungan yang terbina dimulai melalui perantara, bisa kegiatan sosial ataupun pekerjaan.

Teman, kawan ataupun kenalan akan bisa bermetamorfosa menjadi sahabat. Sahabat itu muncul dari sekian banyak teman, kawan atau kenalan yang dipunyai. Atau justru orang baru yang menyapa hatimu dalam salah satu tahapan perjalanan hidup mu.

Sahabat yang dimiliki seseorang jumlahnya bisa dihitung. Ia muncul dan terlihat setelah melalui suka duka bahkan mungkin pertengkaran hebat. Tapi hubungan yang sudah terbina itu tak putus oleh hal tersebut.

Sahabat adalah bentuk tertinggi sebuah hubungan pertemanan.
Lantas apa makna atau arti sebuah persahabatan?
Persahabatan itu termasuk harta yang tak ternilai. Harta bisa saja habis karena perputaran nasib, tapi hubungan persahabatan itu tetap ada.

Sahabat itu bukan seseorang yang selalu hadir dimanapun kau berada. Sahabat itu adalah seseorang yang tau menempatkan dirinya. Ia selalu menyediakan telinganya untuk mendengar semua keluh kesahmu, merelakan pundaknya sebagai sandaran saat kau tergugu dalam isak tangis. Dan ia adalah orang pertama yang ikut merasakan kebahagian saat melihat ataupun mendengar kebahagianmu. Walau kadang kau lupa berbagi kebahagian dengannya.

Sahabat itu bukan berarti ikut campur menyelesaikan semua masalahmu. Tetapi dia memberikan mu ruang yang cukup untuk kau bisa memikirkan solusi dari masalah tersebut. Dan merespon dengan jujur dan objektif setiap dimintain pendapat. Ia juga orang yang tak mau melihat mu kecewa, makanya ia selalu mengingatkan saat kau melangkah ke arah yang salah. Mensupport mu saat kau ditinggalkan lingkungan mu, mema’afkan mu saat kau pernah tanpa sadar membuatnya tersakiti.

Sahabat yang baik itu bukan berarti kau harus tau semuanya tentang dia dari A sampai Z, tapi kau bisa dengan sangat yakin mengatakan, ‘Sahabatku tak mungkin melakukan itu. Jikapun dia sampai melakukannya, pasti ada hal kuat yang mendasarinya’, jika ada orang lain yang coba menghasut.

Persahabatan itu bukan berarti tanpa perbedaan.
Ia tentang bisa saling menghargai, bukan saling memanfaatkan. Persahabatan itu juga bukan tentang memahami dan mengerti, karena seorang sahabat tetap bisa menerima hal yang tidak mungkin dimengerti atau dipahami oleh orang lain.






(Yustinus Setyanta)

Minggu, 06 Desember 2015

KEBUDAYAAN YANG IMANEN

Di sinilah sebenarnya kata “kebudayaan” yang telah pulang kembali pada dunia pendidikan, mendapatkan artikulasi, pemahaman dasar, dan praktik yang sebenarnya. Kebudayaan bukanlah sebuah kerja atau proses terpisah yang dilesakkan dalam padatnya kurikulum. Ia menjadi ruh dari pendidikan itu sendiri, dalam arti kebudayaan adalah sebuah proses interdisiplin dan multidimensional dalam proses pewarisan nilai-nilai yang membentuk siswa menjadi manusia yang penuh integritas.

Di dalamnya tentu termasuk transmisi nilai, keahlian, hingga ritus-ritus adat dan seni yang hidup di satu lokal di mana pendidikan diselenggarakan. Hal terakhir ini penting, karena dengan itu, integritas karakter yang dituju pendidikan memiliki landasan ideal, eksistensial bahkan primordialnya; hal-hal yang tak dapat dilucuti dari keberadaan manusia Indonesia. Dalam model ini, adalah wajib seorang siswa tidak hanya mendapatkan pengajaran yang berdampak pada kemampuan kognitifnya saja. Namun ia harus juga merasakan pengalaman bagaimana proses produksi sebuah karya seni, hidup dalam sebuah sanggar atau komunitas budaya, atau menjalani ritus-ritus artistik atau spiritual, dan semua lokal.

Maka tidak terelakkan, kembalinya kata “kebudayaan” dalam kementerian pendidikan saat ini, tidak lagi dapat menggunakan dasar filosofis dan ideologis yang digunakan di masa Soeharto (pra-reformasi) bahkan di masa pra-Orde Baru. Tuntutan dan tantangan mutakhir yang berkembang membuat semua format lama itu usang dan kurang memadai. Kebudayaan bukan lagi dipahami sebagai cabang-cabang kesenian, apalagi melesakkan jam pelajaran tambahan, apalagi sekadar aksi-aksi karitatif yang menyesatkan seniman dan dinamika proses di dalamnya.

Kebudayaan adalah sebuah infrastruktur di mana semua proses dinamis yang dibutuhkan bagi kebudayaan menghasilkan produk-produk terbaiknya, termasuk di dalamnya pendidikan. Dan sesungguhnya ia juga imanen atau ada dalam pengertian yang sama di sektor-sektor govermental lainnya. Karena kita tahu, dimensi itulah, landasan kultural itulah yang kini absen dalam peri hidup kita sebagai manusia, bangsa dan negara.*** ys











(Yustinus Setyanta)


Sabtu, 05 Desember 2015

ARTI KAWAN


Sepercik air yang ku nantikan 
Tapi hanya butir pasir ku dapatkan 
Dimana senyum yang memanjakan 
Tapi hanya kepiluan hati yang ku temukan

Bersama lalui badai nan kelam, kita tetap berjalan 
Menembus kebisuan malam, kita bergandeng tangan 
Kita kuatkan langkah sambil berdendang 
Kita arahkan jejak satu pandang

Dimana kini engkau teman 
Menghilang ditelan awan 
Dimana engkau berada teman 
Menghilang entah kapan datang

Aku rindu arti dirimu kawan 
Saling berbagi, indahnya mimpi kita
Aku rindu arti dirimu kawan
Lalui bersama menembus kebisuan kita



{: Yustinus Setyanta}



FORMASI FIKSI MINI

Ia memanggil bala tentara huruf. Tapi yang hadir hanya 120 saja. 
Maka ia perintahkan mereka membentuk formasi pertahanan yaitu fiksimini.

























{Yustinus Setyanta}

Jumat, 04 Desember 2015

MUSUH DALAM SELIMUT (Fiksimini)

Wah, aku sungguh terkejut mengetahui siapa sebenarnya musuh dalam selimut 
yang selama ini merusak hidupku : diriku sendiri.































{Yustinus Setyanta}

Kamis, 03 Desember 2015

POHON KONTROVERSI

Ia bukan petani atau peladang lho. 
Tapi ketika iseng menanam biji pohon kontroversi, tak lama bermunculan buahnya. 
Bukan di pohon tapi di bibir orang-orang.



































{Yustinus Setyanta}

RUANG RAGA DAN RASA

Rumah; ketika seluruh lelah dan penat hilang tanpa obat. Ketika waktu seolah melambat kerena canda tawakeluaraga begitu menentramkan. Rumah adalah ruang raga dan rasa. Rumah adalah ruang untuk mengaungkan logika, mengolah raga dan rasa.

Desain tangga rumah secara dekoratif untuk mempercantik ruangan dan multiguna.



Desain Kursi meja










MASA ADVEN (Catatan Pribadi)



Makna Adven berasal dari bahasa latin "adventus" yang artinya "datang". KGK Menekankan makna ganda "kedatangan, yaitu Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan yang pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua" (no. 524)

Oleh sebab itu, di satu pihak, saya diajak berefleksi kembali kedatangan Kristus dengan merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia. Di lain pihak, saya diajak menantikan Kristus yang datang pada akhir zaman atau kedatangan Kristus kedua.

Maka, masa Adven lekat dengan masa penantian. Masa Adven ialah masa persiapan menyambut kedatangan Kristus sebagai Penyelamat Dunia. Persiapan itu dilakukan dengan berbagai upaya, dari persiapan batin hingga lahir. Maka hendaknya ketika mempersiapkan kedatangan Penyelamat Dunia itu, saya diajak menyambutnya dengan penuh syukur dan tobat, seperti apa yang dikatakan dalam Injil Lukas, "Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatmu sudah dekat"
"Mengangkat muka" artinya aku diajak sungguh-sungguh mengarahkan diri menyongsong dengan penuh harapan dan semangat baru. Sambutlah kedatangan Tuhan dengan penuh antusias dan penuh sukacita.


Pada masa adven ini diriku diajak untuk melunakkan hati agar mudah tergerak oleh Sabda Tuhan dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Berlandaskan Sabda Tuhan diriku mampu bercermin agar bisa melihat diri apa adanya sehingga mampu mensyukuri karunia-Nya dan memperbaiki kekuranganku.

Masa adven menjadi masa yang penting untuk menyadari bahwa hidup beriman ku merupakan proses yang terus menerus bertumbuh dan berkembang. Perjalanan rohani seseorang (diriku) pasti berkat campur tangan Tuhan. Tuhan pasti juga memiliki rencana bagi hidup ku. Mari menemukan kehendak Tuhan dalam doa.


Bersukacita Kerena Allah.








(Yustinus Setryanta)






























































{: Yustinus Setyanta}