Sabtu, 29 Juli 2017

Cara Blokir Pajak Kendaraan Yang Sudah Dijual.


Cara Blokir Pajak Kendaraan Yang Sudah Dijual.
Pemblokiran dokumen di Samsat merupakan langkah yang mesti dilakukan jika pemilik kendaraan telah menjualnya kepada orang lain. Tujuannya agar kendaraan yang saat ini dimiliki tidak terkena pajak progresif. Pajak progresif diketahui dihitung melalui persentase dari harga jual kendaraan (NJKB).

Persentase ini nilainya berbeda-beda, tergantung mobil ke berapa yang saat ini dimiliki. Untuk mobil pertama 1,5 persen, mobil kedua 2 persen, mobil ketiga 2,5 persen, dan mobil keempat sampai seterusnya 4 persen. Artinya, apabila mobil yang dimiliki adalah mobil kedua, maka pajaknya akan lebih mahal daripada pajak mobil pertama dengan harga mobil yang sama.

Maka itu, pemblokiran dokumen kendaraan di Samsat terdekat perlu dilakukan agar Anda tak kena pajak progresif bila telah menjualnya ke pihak lain. Seperti dikutip dari akun resmi Divisi Humas Mabes Polri dan AstraWorld, pengurusan pemblokiran dokumen bisa dilakukan sendiri atau perwakilan. Apabila diurus dengan diwakilkan, maka pemilik dokumen harus membuatkan surat kuasa atas nama orang yang akan melakukan pemblokiran.



Ada empat dokumen yang perlu dipersiapkan sebelum Anda datang ke Samsat.
Pertama, foto kopi Kartu Keluarga pemilik kendaraan.
Kedua, foto kopi Kartu Tanda Penduduk pemilik kendaraan.
Ketiga, data kendaraan yang akan diblokir, jika masih ada lampirkan pula foto kopi STNK.
Keempat, mengisi formulir pemblokiran dengan dibubuhi materai Rp6.000.

Setelah melakukan semua proses pemblokiran, Anda tinggal menunggu hasilnya kurang lebih sekira tiga sampai tujuh hari untuk dapat memastikan kendaraan tersebut telah terblokir.

Jika sudah terblokir, maka kendaraan tersebut sudah tidak bisa diperpanjang pajaknya menggunakan KTP atas nama pemilik yang telah terblokir. Sehingga pembeli kendaraan tersebut harus melakukan balik nama agar saat perpanjangan STNK (bayar pajak) tetap bisa dilakukan.

Disarankan, bagi Anda yang akan melakukan pembelian mobil setelah menjual mobil sebelumnya, sebaiknya lakukan pemblokiran terlebih dahulu untuk mobil Anda yang sudah dijual. Sehingga saat pembuatan STNK baru di Samsat, Anda tidak dikenakan pajak progresif.

Pajak progresif sendiri mengacu pada alamat pemilik yang tercantum di STNK, sehingga dalam satu keluarga dengan nama yang berbeda namun alamat tinggalnya sama, untuk kendaraan kedua dan seterusnya tetap akan menanggung pajak progresif.


Semoga Bermanfaat

Rabu, 19 Juli 2017

KERUMUNAN

Kerumunan (crowd) menjadi kecenderungan yang dirayakan dan diapresiasi masyarakat digital modern. Aktivitas rutin di media sosial menunjukkan hal tersebut dengan sangat jelas. Ambilah contoh, bahwa "Trending Topics" menjadi ukuran popularitas cuitan di Twitter, dan di laman newfeed Facebook, tersebut tombol "Like" yang juga berfungsi sama. Setiap video yang ditonton di You Tube ada counter otomatisnya sehingga kita dapat segera tahu popularitasnya. Contoh-contoh tersebut menegaskan trend aktual bahwa pernyataan media sosial merupakan sebuah kekuatan baru di zaman ini.





Ada pribahasa kuno menyebutkan "Vox Populi, Vox Dei - Suara Rakyat adalah Suara Tuhan". Bisa jadi sejak lama manusia dan peradabannya memahami bahwa kebenaran dapat dikenal dari banyaknya dukungan atau pilihan orang. Hal ini tentunya bersesuaian dengan fenomena kerumunan di atas; bahwa apabila banyak orang sependapat pada hal yang sama, bisa jadi di situ ada kebenaran dan kemenangan. Akan tetapi, apakah yang banyak dipilih orang selalu benar? Apakah yang dianggap benar oleh kebanyakan orang pastilah bermuatan baik?. Bukankah yang baik itu tak selalu benar.




Kerumunan tidak bisa dipakai sebagai patokan menilah kebaikan perlu disadari adanya sisi gelap fenomena kerumunan. Ada gelombang besar dan semakin kuat pada kehilangan kesadaran personal maupun komunal atas kebenaran, terutama ketika kita berhadapan dengan opini-opini publik. Fakta-fakta berikut ini dapat meneguhkan bahwa kerumunan juga bisa mendatangkan masalah sosial yang pelik. Banyak orang muda di Eropa tergoda mengikuti ideologi fundamentalisme dan radikalisme agama dan menggabungkan dirinya diam-diam dengan ISIS. Lambatnya tanggapan masyarakat Indonesia menolak tindakan pemerintah yang mengeksekusi mati para pengedar narkoba membuktikan bahwa kebanyakan orang ikut bingung dengan apa yang perlu diputuskan hati nurani mereka. Para siswa pelapor adanya kebocoran Ujian Nasional tingkat SMA malahan mendapat ancaman dan dicemooh.

Fakta-fakta diatas menjadi beberapa contoh aktual bahwa kesadaran personal dan komunal orang modern semakin terdistorsi sehingga kerap menempatkan orang berada di jalan yang membingungkan untuk berdiri dalam posisi benar meski tampak baik. Penemuan akan kebenaran ideologinya berangkat dari kesadaran utuh seseorang atas pertanyaan-pertanyaan mengapa dia memilih dan mengambil sikap (stand point) tertentu terhadap dengan situasi yang tengah dihadapinya.




(Yustinus Setyanta)

KETIKA YANG BAIK BELUM TENTU BENAR

Apabila orang berkeputusan dengan mengandalkan hukum atau peraturan, berarti ia taat hukum atau legalis. Apabila opini dan keputusannya diambil dengan mengikuti pilihan orang lain, maka ia hanya komromis. Tetapi, pilihan ideal dibuat sesuai yang benar karena bermuatan kebaikan sehingga layak untuk dibela dan diperjuangkan.

Demi keputusan sedemikian, kita membutuhkan hukan hanya pengetahuan dan wawasan yang luas, tetapi juga kepekaan dan sikap kritis berhadapan dengan opini-opini yang ada dan akhirnya mendengarkan serta berkonsultasi dengan hati nuraninya sendiri tentang apa yang dapat diputuskan. Kesadaran nurani tentunya tidak datang begitu saja sebagai berkat dari atas.

Wawasan pengetahuan yang luar dan kepercayaan pada kebenaran diperoleh sebagai suatu proses berkelanjutan berbanding lurus dengan pengalaman hidup oleh karenanya kesadaran perlu dibentuk, di format dan dikemas dalam pendidikan nurani yang tidak didapatkan dari pendidikan formal selama ini.

Intensi untuk mengkaji, memperdalam pemahaman dan mendorong upaya lebih lanjut kepada formasi atau pendidikan nurani dalam paradigma spiritualitas.










(Yustinus Setyanta)

Kamis, 13 Juli 2017

RIA

Dentang musik keras yang membahana
Suara gitar mengiring mengasikkan
Jalinan syair indah yang mempesona 
Membuat gairah jiwa terbangkitkan

Kuajak kau menari dan berdansa
Seirama lagu yang kunyanyikan. 
Luapkan saja emosi diri di jiwa
Melayang jauh ke punyak nirwana. 

Mari ikuti lirik & musik 
Mari menari berdansa gembira 
Tinggalkan saja semua problema 
Bersama kita penuh gelora gembira. 

















(Yustinus Setyanta)

Minggu, 02 Juli 2017

NYEPI SEJENAK



Manusia modern hidup dengan mobilitas yang. Kehidupan di era modern dengan seiringnya teknologi yang kian canggih bagaikan mesin-mesin otomatis yang telah diprogram untuk melaksanakan suatu perintah, malahan bertindak tanpa berfikir mendalam pun sudah menjadi hal yang jamak.

Manusia modern menjadi pelaku pikuk dunia sekaligus menjadi pelaku problematika yang tanpa disadari atau tidak acapkali mengabaikan berbagai problematika yang berseliweran di sekitarnya oleh karenanya menjadi kurang jeli untuk dapat melihat problematika itu sendiri. Kehidupan yang serba dinamis dan cepat menuntut manusia modern untuk bergerak cepat pula, karena jika tidak akan ketinggalan muncul istilah 'siapa cepat pasti dapat'. Inilah seleksi alam fana manusia.




Ternyata perkembangan sains & teknologi yang tujuan awalnya untuk mensejahterakan manusia malah bisa bergeser menjadi alat penyeleksi alam manusia. Yang tujuan awalnya untuk mempermudah berkomunikasi bisa bergeser pula menjadi alat provokasi negatif. Di era modern tekologi canggih dan silih bergantinya hal duniawi yang begitu cepat tersebut mau tak mau mengikuti irama kehidupan yang serba mobile & dinamis akhirnya hanya bagaikan mesin atau program (software) yang mengikuti perintah si programmer. Langtja ia dapat berkontemplatif, meditatif merenungi berbagai hal yang perlu direnungkan. 

Di era modern yang hiruk pikuk hingga menjadi kurang peka terhadap kehidupan sosial manusia. Jika memiliki waktu luang sedikit saja membuka gadget, mengecek notifikasi berbagai sosmed. SO(k)SIAL MEDIA. Jika pekerjaan datang otak di gunakan untuk bekerja jika waktu istirahat otak dikerahkan untuk sibuk dengan gadget dan sebagainya dan setelah istirahat otak kembali digunakan untuk bekerja kembali begitu seterusnya. Tak ada salahnya hal demikian, namun apakah akan seperti itu terus, melupakan salah satu kebutuhan fundamental manusia, perenungan kontemplatif.





Berfikir kontemplatif adalah berfikir secara mendalam dan filosofis. Memangnya mengapa manusia harus berfikir dan merenung kontemplatif? Karena sebenarnya salah satu kodrat manusia adalah demikian. Manusia diberi akal dan hati. Manusia dituntut pula untuk bersikap reflektif.

Memikirkan kembali segala hal yang sebelumnya menjadi sebuah kelumrahan. Semakin lumrah sesuatu, maka akan semakin biasa hal tesebut, sehingga manusia akan tidak peka kembali, yang mana akan mendatangkan sikap kurang dapat mengambil hikmah dari sesuatu tersebut. Maka jika itu terjadi, manusia akan kehilangan sisi kebijaksanaannya, karena ciri dari manusia yang bijaksana salah satunya adalah dapat mengambil hikmah dari segala hal. Ia dapat melihat sisi buruk maupun sisi baik dari segala peristiwa yang ada disekitarnya. Yang baik diambil, yang buruk diabaikan, atau bahkan diperbaiki. Dan semua itu butuh proses berfikir dan merenung kontemplatif. 




Kadangkala manusia modern harus menyepi, menyendiri. Kadang kala manusia modern harus menarik diri dari keramaian. Manusia yang terlalu lama berada di keramaian kadangkala menjadi tidak peka akan keramaian itu sendiri. Manusia kadang harus mencari kesepian untuk berkontemplasi, karena kontemplasi butuh menyepi. Kontemplasi hanya dapat dilakukan saat otak dalam keadaan rileks sekaligus fokus. Rileks, dari segala distraksi indera yang ditangkap indera, seperti berbagai bunyi-bunyian, gemerlap cahaya perkotaan, gerak hiruk pikuk manusia-manusia sibuk, dll. Karena distraksi itu semua akan membuat otak secara otomatis bekerja, sehingga menurunkan alokasi dayanya untuk merenung.

Barangkali nyepi tidak hanya dimiliki oleh orang Hindu, ia dibutuhkan oleh setiap manusia yang meninginkan kebijaksanaan hidup. Karena dengan nyepi, orang menjadi bisa berefleksi, merenung, berkontemplasi, mencari ilmu-ilmu baru, dan mencari hikmah dari hiruk pikuk keramaian dunia. Menyepi itu penting, supaya benar-benar bisa mendengar apa yang menjadi isi keramaian".











(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 01 Juli 2017

JENIS KEPUTUSAN

Jenis keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin ada 4 :


1. Mengambil keputusan secara sepihak, tanpa berkonsultasi dengan siapapun 

2. Mengambil keputusan setelah berkonsultasi pada beberapa orang kepercayaan 

3. Membuat Forum terbuka, lalu menyerahkan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama

4. Mendelegasikan pengambilan keputusan pada seseorang atau forum tanpa perlu hadir.

Semua mempunyai keunggulan dan kekurangan masing masing, tapi yang terpenting adalah kemampuan kita untuk mendefinisikan keadaan, lalu menentukan pilihan.




















(Yustinus Setyanta)