Selasa, 21 Juli 2015

BERKOMUNIKASI

Bagi orang yang normal, berkomunikasi dengan orang bisu cukup susah karena harus mengunakan bahasa isyarat atau tulisan. Bagi orang bodoh berkomunikasi dengan orang yang pandai juga susah karena harus memahami beberapa istilah yang tidak dikenal. Bagi orang kecil berkomunikasi dengan penguasa juga susah karena harus membayangkan dunia yang tidak dialami.

Perbedaan-perbedaan membuat komunikasi antar satu orang dengan orang menjadi rumit. Terlebih jika masing-masing menonjolkan pebedaan tersebut. Komunikasi membutuhkan kesamaan bahasa, kesamaan arah perhatian bahkan kesamaan rasa. Kesamaan-kesamaan inilah yang menjadi dasar pijakan dalam berkomunikasi.

Namun kesamaan realita bagi setiap manusia; bahwa mereka semua manusia yang hidup. Maka berkomunikasi soal kemanusiaan dan soal kehidupan bisa dilakukan antar sesama manusia entah agamanya apa, entah setatus sosialnya apa, entah suku apa dan entah perbedaanya apa. Namun sayangnya hal itu jarang terjadi dengan baik lantaran masing-masing bukan berpijak pada kesamaannya melainkan lebih menonjolkan perbedaan. Bukan soal kemanusiaan yang dibicarakan melainkan soal status yang lebih dikedepankan. Bukan soal kehidupan yang dibicarakan melainkan soal kebenaraan agamanya yang dipersoalkan.

Ketika perbedaan status, kepentingan dan kekayaan yang lebih ditonjolkan, maka berkomunikasi menjadi rumit sekaligus sulit bahkan ditingkat yang paling sekalipun. Komunikasi antara dua orang bisa menjadi perdebatan yang tak kunjung selesai. Komunikasi dalam keluarga bisa menjadi pertengkaran yang tak ada habisnya. Komunikasi dalam komunitas, lingkungan, wilayah, masyarakat pun tidak akan menemui titik temu.

Antara Allah dengan manusia, perbedaannya jelas, sangat nyata. Namun Dia berkenan untuk datang sebagai manusia agar menjadi dekat dan mengalami kehidupan yang sama sebagai manusia. Inilah kasih Allah yang merupakan karunia luar biasa sehingga kita bisa bekomunikasi dangan-Nya. Maka demikian pula kita dengan sesama, semoga kita dapat senantiasa berkomunikasi dengan sebaik-baik mungkin.







(Yustinus Setyanta)

Selasa, 14 Juli 2015

SEBUAH PERSEMBAHAN

     Di dalam pikirannya, manusia menemukan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Ia bebas untuk berpikir dari yang paling kotor higga yang paling suci, dari yang terkejam sampai yang termulia, dari yang paling gila higga yang paling normal. Tidak ada satu pun pasal hukum yang bisa menjerat pikiran manusia yang masih dalam ruang pikirnya.

     Di dalam pikirannya, manusia juga bebas untuk membayangkan dirinya sebagai apa. Tak ada yang mentertawakan dirinya selama bayangan itu tetap ada dalam lamunannya.

     Maka persembahan yang paling besar dari setiap manusia adalah, ketika ia dengan rela menyerahkan kebebasan pikirannya kepada Tuhan. Ketika ia dengan sadar mempersilahkan Tuhan hadir dan duduk di ruang pikirannya. Ketika ia merasa bahwa dirinya tidak sendiri karena selalu dan senantiasa ada dalam kesatuan dengan Diri-Nya. Dan ketika ia mulai belajar terbuka, mempersilahkan Tuhan untuk memasuki setiap ruang yang selama ini disembunyikan dari orang lain.












(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 11 Juli 2015

DIANGGAP BIASA.

     Sebelum pengemar batu akik menggil seperti sekarang, batu-batu sungai, di bukit itu mungkin dianggap batu biasa dan tidak ada yang melirik apalagi memungutnya. Tetapi lihat sekarang saat catatan ini saya tulis, banyak orang yang turun ke sungai, naik ke bukit-bukit untuk mencari batu yang tadinya tidak dianggap. Bahkan ada yang datang dari jatuh untuk mencari bahan batu akik di sungai. Mengapa demikian? Tentu karena mereka sadar bahwa ternyata batu yang semula dianggap biasa itu ada harganya bahkan bisa jadi sanggat mahal.


     Maka tidak ada salahnya jika kita selalu merenungkan apa yang kacil, yang sederhana, yang nampak biasa-biasa saja, tak dianggap di sekitar kita, karena suatu ketika nanti pasti permenungan atau sesuatu itu ada nilainya.




(Yustinus Setyanta)

OH.....IKAN

     
     Karena kebanyakan mengisi air kolam hingga mndekati permukaan, maka ada seekor ikan yang kegirangan dan melompat hingga jatuh kedaratan. Karena ikan itu tidak berteriak-teriak minta tolong, maka dari itu tidak ada yang memperhatikan sampai akhirnya ikan itu mati.

     Banyak orang yang karena kelimpahan harta lalu melompat-lompat kegirangan sehingga jatuh ke tempat yang tidak sehausnya. Mereka masih berusaha melompat-lompat agar kembali ke tempat semula yang penuh dengan kelimpahan, namun akhirnya diam, kesepian dan mati pula.





(Yustinus Setyanta)

KEPALA PUNDAK LUTUT KAKI

     Ada gerakan yang sering diperagakan dan dilagukan ketika anak-anak sedang berolahraga. "Kepala pundak......., lutut.....kaki.....lutut.....kaki..." sembari tangan memegang bagian-bagian tubuh yang dilagukan. Dengan luwes dan enaknya anak-anak membungkukkan badan lalu tegak kembali, membungkuk lagi dan tegak lagi. Badan mereka masih sangat lentur.

      Jika anak-anak masih lentur tubuh jasmaninya, maka banyak orangtua yang semakin lentur pemikirannya, sehingga dengan mudah pula pemikirannya merunduk ketika Tuhan memberi tugas, dan tegak kembali saat Tuhan memberikan berkat. 







(Yustinus Setyanta)

JALAN BIRLIKU

     











     Menuju ke pantai Ngobaran GUNKID. Jalan berliku, naik-turun jalan yang semula mulus tiba-tiba saja ada yang berlobang di bagian tengah. Tak ayal, pengendara baik motor ataupun mobil kaget dan berusaha menghindar, atau terpaksa melonjak karena menerobos jalan berlobang. Semula kesulitan itu akan langsung lenyap dan tidak teringat lagi, ketika melihat keindahan pantai yang menjadi tujuan.

     Hidup kita pun penuh geronjalan, tidak semulanya mulus. Kita terpaksa menghindarari lobang-lobang itu, atau tepaksa meringis ketika menerjangnya. Tetapi yakinlah manakala kita sampai di tempat tujuan, semua itu akan lenyap dari ingatan kita. Karena tempat yang dituju oleh hidup kita demkian indah lebih indah dari keindahan pantai manapun juga.










(Yustinus Setyanta)

GERHANA

     Saat bumi menutupi bulan maka terjadilah gerhana bulan. Saat bulan menutupi sinar matahari, maka terjadilah gerhana matahari.

     Saat kekhawatian dan ketakutan menutupi pikiran jernih maka terjadilah gerhana kehidupan. Saat ketidakpercayaan atau keraguan menutupi sinar kasih Allah maka terjadilah gerhana iman.

     Hanya sayang, banyak yang mengalami gerhana iman namun tetap tidak peduli karena merasa tidak tinggal dalam kegelapan. Dan telah nyaman dengan penerangan buatan yang diciptakan oleh pikiran mereka sendiri, atau pikiran dunia. 















(Yustinus Setyanta)

HILANG DAN MUNCUL KEMBALI




     Seorang teman kehilangan dompetnya karena terjatuh di jalan. seharian dicari tidak juga ketemu. Akhirnya dia pasrah dan mau-tidak mau, nyaman-tak nyaman harus merelakan. Pada hari ketiga ada seseorang yang menghubungi dia karena menemukan dompetnya.

     Jika apa yang dimiliki itu ditemukan kembali mebuatnya bahagia, betapa lebih bahagianya jika dia menemukan dirinya sendiri dan betapa bahagianya lagi jika menemukan Tuhan dalam hidupnya sehari-hari.






(Yustinus Setyanta)

HATI YANG SEDERHANA

Duduk dan tiduran beralaskan tikar mendong rasanya nyaman. Saya berpikir mungkinkah suatu saat nanti tidak ada lagi tikar seperti ini ketika segala sesuatu sudah digantikan oleh platik dan barang-barang sintentis? saya pun membayangkan tangan-tangan yang dengan tekun menganyam helai demi helai mendong sehingga terbentuklah anyaman tikar yang cukup luas.

Barangkali mereka yang menganyam tidakberpikir seperti yang saya pikirkan. Hati mereka yang sederhana terlihat dalam gerak sederhana jari-jemari. Nah hati yang tidak sesederhana mereka yang membuat berpikir dalam ketakutan dan khawatir.




(Yustinus Setyanta)

::. SANGGAR MAHASUCI .::













Kusesaji sembah di sanggar Gusti Allah Mahasuci
Degup hayat raga yang lemah ini
Tiada mampu besujud bakti
Namun aku berserah diri

Smoga Gusti Allah menuangkan berkah
Agar matap nada dan swara
Tegar lantang berkidung indah
Kepada-Nya




(Yustinus Setyanta)

::. HATIKU HATI-MU .::













Hatiku hati-Mu, Tuhan, nan sungguh berbeda
Hati-Mu, Tuhan, suci lembut serta setia
Sedangkan hatiku berbulu berduri
Penuh luka kar'na dosa serta rasa benci

Kasih-Mu janjikan kerahiman abadi
Ampuni kami Tuhan, ampuni kami
Jadikan hatiku seperti hati-Mu 
Biarkan hatiku setia pada-Mu selalu













(Yustinus Setyanta)

PAHLAWAN HIDUP HARIAN

Tuhan, kadang-kadang Kau menuntut kami
melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah berani.
Tak sering hal itu terjadi,dan bila toh tarjadi,
malaikat penghibur pun datang mengunjungi kami.
Lebih cepat dari pada ketika ia datang menghibur
Kristus yang sendiri menderita di Taman Getsemani.
Tapi kadang-kadang, atau malah lebih sering terjadi,
Engkau menuntut kami jadi pahlawan sehari-hari;

Dimana kami harus menjadi ibu yang berlelah-lelah demi anaknya;
Dimana harus menjadi ayah yang bekerja mencari nafkah demi keluarga;
Dimana kami harus menjadi istri, yang harus menanggung kelakuan buruk suaminya, serta menjaga nama baiknya.
Dimana kami harus menjadi orang sakit, yang harus menunjukan kesabaran tak terkira;
Dimana kami harus menjadi anak muda, yang sulit memutuskan mana langkah hidupnya.

Ya Tuhan, Kau menuntut kami menjadi pahlawan hidup harian,
bukan pahlawan kesiangan,
bukan dalam hal-hal megah dan gagah berani
tapi dalam menjalankan tetek-bengek sepele hidup harian kami:
Dimana kami merasakan beratnya beban dan tugas kehidupan,
dimana kami ingin menyerah toh harus terus berjalan
karena ada sesuatu yang lebih tinggi menuntut pengorbanan kami.

Kami percaya, Tuhan, dan kami terus memohon kepada-Mu
agar kami dapat terus menjalankan kepahlawanan dalam hidup harian ini,
agar kepahlawanan sederhana dan tanpa nama itu tak padam,
berilah rahmat agar kami tekun menjalankannya
walau tak seorang pun akan merayakan dan mengenangnya
dengan mendirikan tugu kenangan yang indah dan megah.





















(Yustinus Setyanta)

Senin, 06 Juli 2015

HATI YANG GEMBUR

Jika kita mau jujur melihat dalam diri kita sendiri, adakah kita telah menjadi tanah yang subur untuk benih iman yang telah Dia tebarkan? Jika belum, mengapa kita merasa enggan ketika Dia hendak mengolah kita dengan membajak hati kita melalui penderitaan-penderitaan? mengapa pula kita tidak dapat melihat bahwa dengan demikian akan gembur hati kita?

Biarkan Dia mengairi kita dengan kasihNya, dan biarkan Dia memupuk kita dengan cintaNya, maka akan tumbuhlah benih-benih karunia itu dalam hati kita.






(Yustinus Setyanta)

TERBUKA

Membuka pintu, membuka jendela cukup mudah dilakukan, namun membuka hati lebih sulit karena merupakan istilah harfiah. karena itulah membuka hati seringkali berhenti sebagai kata-kata dan jarang menjadi tindakan.

Sebagaimana terbukanya sebuah pintu yang mem-persilahkan kehadiran, maka demikian pula membuka hati. Membuka hati terhadap Allah adalah mempersilahkan kehadiran Allah dalam kehidupan kita, bukan menghalangi dengan ketidakpercayaan.

Sebagai mana terbukanya pintu yang memperlihatkan isi bagian dalam, meka demikian pula membuka hati. membuka hati terhadap Allah adalah mempersilahkan Allah melihat apa yang ada dalam hidup kita dan bukan menutupinya kesombongan.











(Yustinus Setyanta)

CINTA TUHAN

Ada cinta Tuhan dalam setiap tetes air hujan.
Ada cinta Tuhan dalam setiap hembusan angin yang membelai lembut dan menyibak rambut.
Ada cinta Tuhan dalam setiap butiran nasi yang kita telan.
Ada cinta Tuhan dalam sinar matahari yang menyinari bumi.
Ada cinta Tuhan dalam setiap kehidupan..............,
bukankah Tuhan senantiasa menyertai kita?.









(Yustinus Setyanta)