Rabu, 31 Desember 2014

KALENDER

Tahun 2014 akan segera silam. Tahun 2015 akan segera muncul. Kalender yang di pasang di tembok rumah pun segera berganti rupa. Mungkin sebagian dari kita akan menyambut pergantian tahun itu dengan hal yang di rasa baru juga. Akhir tahun memang sering membuat kita merasa romantis kembali, entah dalam wujud apa keromantisan itu berwujud. Namun ada hal yang perlu ditinggalkan. Ada pula harapan yang harus di songsong. Tetapi sesungguhnya, sebagian besar dari kehidupan ini, pada akhirnya akan berjalan seperti biasa kembali. Kita akan kembali lelap dalam rutinitas sehari-hari. Semangat baru yang membakar kita di awal tahun yang dikata baru, biasanya akan segera susut saat kita mulai memasuki bulan-bulan berikutnya atau sebaliknya di awal tahun lesu, membosankan,......., akan muncul semangat di bulan-bulan berikutnya. Begitulah umumnya hidup ini. Sering begitu. Tidak ada yang baru di muka bumi ini.

Tetapi bagaimana pun, perayaan diadakan saat akan mengganti kalender waktu kita. Maka setiap tahun dirayakan dunia dengan gegap gempita seakan untuk membuktikan bahwa harapan selalu ada dalam kesadaran kita. Namun, kesadaran yang dimiliki manusia selalu bergantung pada bagaimana dia memandang dan memikirkan keberadaannya. Mungkin, bagi sebagian diantara kita, pergantian tahun sama sekali tidak berarti apa-apa. Sebagian lagi merayakannya dengan sangat antusias. Sebagian lagi biasa-biasa saja karena baginya, pergantian kalender hanya menukar kalender yang lama dengan kalender waktu sementara yang ada hanya pergantian hari seperti hari-hari kemarin. Sebagian lagi ada yang merayakan ................???, dsb. Sementara hidup berjalan terus.

Manusia butuh waktu karena manusia hidup dalam dan bersama waktu. Keberadaan kitalah terbentuknya waktu. Kesadaran bahwa kita ada dan kita hidup yang membuat kita tahu bahwa kita memiliki waktu. Yang membuat kita berkembang. Dari saat bayi mungil tak berdaya, ke masa anak-anak, remaja, dewasa yang penuh daya hingga saat menua dan akhirnya akan lelap dalam keabadian, kita semua ada dalam siklus sang waktu. Maka waktu sesungguhnya adalah kita yang hidup dan sadar pada kehidupan. Namun, sang waktu sesungguhnya jauh lebih panjang daripada kesadaran kita terhadap keberadaannya. Sebab jelas, walau kita memiliki dan hidup bersama waktu, kita tidak pernah dapat menguasai waktu itu sendiri.

Dengan kesadaraan itulah, manusia menciptakan kalender yang dibuat sesuai dengan perjalanan alam semesta. Ada yang berdasarkan perjalanan bulan mengelilingi bumi, ada yang berdasarkan perjalanan bumi mengelilingi matahari bahkan ada pula yang berdasarkan pada perputaran musim atau peristiwa tertentu. Dalam penciptaan periode rotasi waktu itulah, setiap kali kita membuat pergantian kalender. Karena kesadaran kita pada keterbatasan dan bahwa setiap awal selalu memiliki akhir. Kini, dalam pergantian kalender, kita meningalkan tahun yang akan silam memasuki tahun yang segera muncul dan mengantinya dengan kalender. Begitu berputar terus menerus selama kita masih hidup. Selama kita hidup.

Setiap kali hendak mengakhiri tahun dan menyambut tahun berikutnya kita akan selalu dihadapkan minimal pada dua perspektif waktu. Pertama, waktu dilihat sebagai sesuatu yang bergerak dan mengalir tanpa henti, sementara manusia berada dalam posisi pasif, menunggu datangnya aliran waktu. Dalam perspektif ini, baik buruknya hidup manusia berkaitan erat pada waktu. Kalau waktu sedang baik, maka baiklah hidup manusia.

Perspektif kedua justru kebalikan dari perspektif pertama. Dalam perspektif yang kedua manusia dalam posisi aktif. Manusialah yang melintasi waktu. Baik buruknya kehidupan manusia tergantung pada seberapa jauh ia bergerak dan ke mana ia bergerak dalam waktu. Berhadapan dengan waktu, setiap kali pergantian tahun, mungkin ada yang memperhatikan detik-detik menjelang berlalunya tahun dan datangnya tahun berikutnya. Dari yang silam ke yang mendatang, apakah ada semacam tangga atau sebuah retak patahan yang membuat membedakan antara tahun yang berlalu dan yang muncul

Sebagai manusia modern kita diharapkan untuk memiliki, melewati perspektif yang kedua. Kitalah yang secara aktif meninggalkan tahun 2014 dan melangkah maju menuju tahun 2015. Baik buruknya hidup kita pada tahun 2014 bukan karena tahun 2014-nya, melainkan karena gerak langkah kita dan apa yang kita buat. Ketika kita menginginkan masalah-masalah yang membawa kekelaman dan keprihatinan pada tahun 2014 tidak terulang atau berlanjut pada tahun 2015, maka kuncinya bukan terletak pada tahun 2015 itu sendiri, melainkan bagaimana kita sendiri mau berubah dan berbuat yang lebih baik. Dan setiap pergantian tahun salalu ada sesuatu yang dapat kita berikan kepada dunia ini, baik dengan pikiran maupun dengan perbuatan kita. Harapan lebih baik seperti pada umumnya yang kita kumandangkan, dan kita dengar. Namun pada akhirnya, yang dapat kita tingalkan jika kita tidak lagi di dalam dan bersama waktu hanyalah kenangan atau sejarah. Kenangan, apapun jeleknya, tentu selalu punya makna sebagai pembelajaran bagi dunia kehidupan ini meskipun kita tidak lagi bersamanya kelak.

Keterbatasan yang kita miliki, kita tetap dapat berharap bahwa segala kenangan yang kita tinggalkan juga takkan mampu untuk dikuasai oleh sang waktu selama itu bermakna bagi keberadaan alam semesta secara keseluruhan. Hidup memang singat tetapi kenangan/sejarah panjang. Pikiran memang terbatas namun sejarah tentang kita dalam waktu tak terbatas dan mungkin hanya dibatasi oleh keberadaan kehidupan secara keseluruhan sampai akhir dunia ini tiba. Selamat menukar kalender. Selamat memasuki tahun berikutnya. Selamat melaksanakan hal-hal yang akan membuat kenangan dalam waktu yang tidak terbatasi hanya oleh pergantian kalender. Selamat berjuang dan menjalani kehidupan nyata. Semoga kita semua meninggalkan jejak-jejak yang indah dalam perjalanan singkat kita pada ketak-terhinggaan waktu alam semesta raya ini. Dan kita semua menyadari keterbatasan kita sebagai manusia sehingga tidak meremehkan keberadaan sesama kita yang juga memiliki keterbatasan masing-masing. Kita hanya sejenak di dalam waktu yang tak terbatas. Selamat jalan tahun 2014, selamat datang tahun 2015.
Salam.








{Yustinus Setyanta)


KISAH SEBUAH JALA

     Seorang laki-laki tua, memasang sebuah jala sebagai hiasan salah satu dinding rumahnya. Orang tentu menduga bahwa jala tersebut adalah jala yang pertama kali digunakan oleh orang tua itu ketika hidup sebagai nelayan. Karena jala itu sudah banyak berjasa maka disimpan sebagai kenang-kenangan. Ternyata jala yang dipasang didinding itu adalah jala baru dan belum pernah sekalipun dipergunakan. Orang yang tahu tentu menduga bahwa jala baru itu merupakan redlika dari jala tua yang disimpan dengan hati-hati karena penuh dengan kenangan. Ternyata tidak. Orang tua itu tidak mempunyai jala yang penuh kenangan sebagai seorang nelayan sebagaimana yang ada di benak orang lain. Orang tua itu bukan seorang nelayan, dia adalah seorang guru agama. Jala itu merupakan peringatan baginya terhadap nama baptis yang dipakainya, yakni PETRUS.

Refleksi: 
     Akhirnya bukan karena kepandaianku, bukan karena kamampuanku, xang membuatku bisa menjadi penjala manusia yang baik. Ketulusan hati dan sikap terbuka terhadap penyertaan Roh Kudus sajalah yang membuatku mampu melakukannya dalam situasi dan kondisi ku sekarang ini.












{Yustinus Setyanta}

ROH KUDUS MEMBAHARUI

Roh Kudus penuntun jiwaku pada s'gala kebenaran...
Roh Kudus inspirasi setiap orang yang sedang kebingungan...
Roh Kudus penggerak hati beku karena kemapanan...
Roh Kudus pengembang s'mangat cinta setiap perbuatan...

     Kaubaharui s'mangat berkorban dalam hatiku yang lamban...
     Kau ingatkan waktuku tenggelam di dalam cinta diri...
     Kau memberiku harapan baru meskipun aku kehabisan...
     Kau menyegarkan hati gersang, jiwa usang mangadalkan diri...

                                          [KEK. 17(1)]

Selasa, 23 Desember 2014

::. Senandung Natal .::

Nyanyian suci di malam hari...
Mengalun setanggi sesela hati...
Adik kenapa dikau sendiri...
Bersama abang mari ziarah ke gereja suci...

Sunyi hati di gelap hari...
Serangga mati di nyala api...
Kristus sertai kami...
Dalam sepi jalan sendiri...

Wahai dalamnya kerinduan...
Menikam nurani pengembara di pelawatan...
Tuhan di palungan betapa pun kebesaran...
Manusia nikmat tertidur di peristirahan...

Nyanyian suci di malam sunyi...
Mengalun hati diayun setanggi...
Adik mari kita berlutut di sini...
Tuhan hadir bagi insani...

Sunyi suci digelap dini...
Berayun hati digetar nyanyi...
Adik mari bukakan diri...
Kristus istirahlah di dalam hati kami...

Kristus lindungilah dan berkati...
Ajari kami berendah-hati...
Biarlah tangan-Mu suci
Di dahi kami tersilang aman abadi...





{Yustinus Setyanta}

KELAHIRAN

Langit malam. Udara dingin. Suara nyanyian lagu memenuhi ruang gereja. Nyala lilin bergoyang-goyang tertiup angin. Suasana amat menyejukkan hati kami. Malam Natal. Malam kelahiran. Malam penyambutan seorang Anak Manusia yang rela mengurbankan diriNya bagi keselamatan kita semua. Dan karena itu telah menciptakan suatu aura kedamaian dalam hati. Aura yang sedemikian lembut sehingga mengalahkan kelembutan nyanyian "malam kudus" yang kami tembangkan bersama.

Setiap kelahiran serupa lilin yang menyala. Kita pun berharap agar sinar dari kehidupan yang telah kita nyalakan itu dapat bertahan selamanya dalam ingatan sejarah. Tetapi seberapa terang cahaya yang telah kita berikan bagi dunia. Mungkin tidak layak kita membandingkan diri dengan kehidupan dan perbuatan para kudus. Tetapi bagaiman pun, cahaya kita semua serupa kerlap-kerlip nyala lilin yang kecil, yang bila berkumpul bersama dapat menciptakan suasana terang dan hangat bagi dunia. Kita menyadari bahwa keberadaan kita sebagai manusia adalah serupa nyala lilin-lilin kecil yang selayaknya turut menerangi dan menghangatkan tubuhNya di dalam palungan ini. Kita adalah lilin yang menyala bagi kehadiranNya di dunia ini. Banyak hal yang dapat dilakukan. Bahwa terang yang kita berikan tak pernah cukup. Bahwa hingga lumerpun kita cuma memyumbang sedikit kehangatan dan terang bagi dunia. Tetapi toh, itu jauh lebih baik daripada kita membiarkan gelap menguasai diri.

Tahun ini kita merayakan Natal, tahun lalu juga merayakan natal, tahun sebelumnya dan sebelumnya pun merayakan, namun tak lupa pula kita peringati. Karena memperingati Natal berarti mengingatkan diri kita sendiri akan arti sebuah kesederhanaan yang menyertai kehadiranNya. Natal, kita rayakan dengan penuh sukacita. Dari tahun ke tahun kita merayakan. Berbagai tradisi dari masa bergulir, dari yang ada kaitannya dengan Sang Juru Selamat sampai yang sama sekali tidak ada hubungannya. Kemudian mempertanyakan kembali keterkaitan antara tradisi yang kita jalani saat ini dengan hakekat dari Natal itu sendiri. Tentu saja hal ini didasari oleh semangat kita untuk refleksi. Setiap kesempatan menjadi ruang bagi kita untuk melihat dan memperdalam keyakinan iman kita. Demikin pun dengan Natal yang kita rayakan dan peringati sudah tentu menjadi lebih berbeda karena lebih didaratkan pada persoalan iman kita dan sudah tentu bukan lagi terkonsep pada meriahnya pesta pora. Natal yang reflektif dan berani masuk kedalam kesederhanaan kandang domba merupakan salah satu cara untuk memperbaiki relasi kita dengan Tuhan dan Gereja.

SELAMAT NATAL 2014.
KedatanganNya pantas untuk kita renungkan...
KasihNya pantas untuk kita wartakan...
KehendakNya pantas untuk kita wujudkan...
dalam kesederhanaan, dalam kemurnian iman...

Karena kita adalah milikNya...
yang Dia kasihi dan Dia rindukan senantiasa.














{Yustinus Setyanta - Jogja}

ANEKA LAMPU

      Dari zaman ke zaman, manusia membutuhkan terang oleh karena itu alat-alat penerangan senantiasa diciptakan oleh manusia. Mulai dari obor, jlupak, lilin, sethir, teplok, lampu petromak, hingga lampu listrik. Saat ini lampu bukan sekedar sebagai alat penerang namun juga sebagai hiasan. Aneka model lampu dari yang klasik hingga futuristic. Suasana malam terutama di kota-kota besar semakin meriah dengan lampu-lampu hiar yang beraneka warna.

      Yesus Kristus adalah terang sejati yang datang untuk menerangi hidup manusia. Yesus bukan sekedar hiasan sebagaimana alat penerang yang kita lihat di sekitar kita. Yesus bukan alat, ya....sekali lagi Dia bukanlah alat untuk kepentingan kita sendiri, terlebih hiasan semata.
 

{Yustinus Setyanta)



HUJAN ISTIMEWA

    Dalam Kitab Suci sangat sedikit kita jumpai peristiwa yang berlatar belakan suasana hujan. Hujan hanya kita temui dalan kisah Nuh, kisah Elia, dan hujan mana di padang gurun saat bangsa israel keluar dari mesir. Dalam Perjanjian Baru pun hanya dalam perumpamaan rumah yang dibangun di atas pasir.

     Hal itu bisa kita maklumi mengingat wilayah Israel/Palestina memang wilayah yang sangat jarang turun hujan tidak seperti wilayah kita ini yang seringkali mengakibatkan banjir dimana-mana. Meski demikian, pernah terjadi hujan yang sangat istimewa disana, yakni hujan rahmat. Bahkan sampai saat ini, hujan rahmat itu tidak pernah berhenti. Hujan ini membawa kesegaran, kebahagiaan dan kebenaran yang sejati. Tentu saja kita tidak berteduh dan menghindarinya.













{Yustinus Setyanta}
Charcoal di atas Kertas Ukuran 20 X 40 cm

Senin, 15 Desember 2014

DOA IKAN KECIL

       Seekor ikan kecil berenang di lautan luas. Demikian jauh ia berenang karena ingin tahu sampai dimanakah gerangan batas dunianya. Akhirnya ikan kecil itu kelelahan di tengah samodra, dan ia pun diam lalu berdoa, "Ya, Tuhan......betapa luas dan besarnya lautan dimana aku boleh hidup. Betapa besar dan luasnya Engkau yang menciptakannya. Apalah artinya diriku yang hanya seekor ikan kecil ini......?"
Tuhan menjawab dengan lembut, "ikan kecil, bagiKu engkau berarti......sangat berarti....., karena engkau hidup."










{Yustinus Setyanta}

BAGI ALLAH TIDAK ADA YANG MUSTAHIL

Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin. Kalimat ini sering menjadi kalimat penghiburan, kalimat penumbuh harapan yang sudah kian menipis. Kenyataan dalam hidup kita sehari-hari, sering kita berhadapan dengan kemustahilan. Kok disebut mustahil? Sebab secara logika atau nalar, dengan perhitungan teori kemungkinan atau probabilitas, sudah tidak mungkin lagi. Pada kondisi semacam ini, mustahil adalah kata yang sering menjadi penutup atau pemutus harapan.

Dalam Kitab Suci, Luk 1:26-38 Elisabeth juga mengalami kondisi demikian. Maria pun juga menghadapi kondisi yang demikian pula. Mereka berdua berhadapan dengan kemustahilan, dan malah di mata manusia lain pun benar-benar mustahil. Namun apa yang terjadi pada diri Elisabeth telah mematahkan kemustahilan itu. Kejadian itu menjadi peneguh bagi Maria untuk meyakini runtuhnya kemustahilan karena peran Allah. Bagi mereka yang mengalami atau orang-orang yang dekat dengan mereka barangkali tidak masalah, tetapi bagaimana terhadap orang lain? Tidaklah semudah membalikkan telapak tangan meyakinkan orang lain soal mustahil bisa berubah menjadi tidak mustahil. Itulah kenyataan yang dihadapi oleh Elisabeth dan terutama Maria.

Maria bukanlah Maria pilihan Allah jika ia menyerahkan pada kemustahilan. Maria menerima perkara yang mustahil itu terjadi sebagai ketidakmustahilan dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Ungkapan bahwa ia adalah hamba Tuhan menunjukkan kesediaannya untuk dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh Allah. Maka terjadilah karya keselamatan Allah pada manusia melalui diri Maria. Dengan jawaban itu Maria mengambil peran sentral dalam kehidupan iman kita sebagai orang kristiani. Sebuah kenyataan yang tidak bisa kita ingkari, namun justru harus di syukuri sebab Allah menghadirkan sosok teladan iman bagi kita.

Ketika menghadapi perkara yang mustahil akan terjadi, maka harapan tidaklah habis. Kita masih bisa menumbuhkan kembali harapan dengan bersikap sebagaimana sikap iman Maria, yakni berserah diri kepada Tuhan. Dengan sikap demikianlah akan lebih mampu menghadapi kemungkinan apapun yang akan terjadi. Apakah kemustahilan itu akan berujung dengan "tidak terjadi" ataukah akan berakhir dengan "terjadi", semua dapat di sikapi dengan penyerahan diri. Kalaupun yang mustahil itu tidak terjadi, kita bisa menerimanya sebagai kehendak Allah. Kalaupun yang mustahil itu ternyata terjadi, kita bisa mensyukurinya sebagai kehendak Allah pula. Sikap iman itu memungkinkan kita bisa menerima kenyataan apapun yang terjadi sebagai kehendak Allah.

{Yustinus Setyanta}
 

ARSITEK MOZAIK KEHIDUPAN

Seorang arsitek memesan lembaran cermin besar untuk ia pasang pada dinding istana kerajaan. Hanya sayang, pesanan itu datang didapati bahwa cermin itu sudah pecah dan hancur, mungkin karena perjalanan yang cukup jauh. Sang kontraktor mengusulkan untuk membuangnya dan memesan kembali. Herannya, sang arsitek justru meminta kepingan cermin itu dikumpulkan lalu dihancurkan lagi menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil lalu mulai disusunlah satu persatu. Di tangan arsitek itu, pecahan-pecahan cermin kecil itu menjadi karya mosaik yang terindah di dunia. Dihancurkan untuk menjadi lebih indah! Kira-kira seperti itulah pujian raja istana kerajaan kepada sang arsitek.

Sebuah keputusan yang tidak masuk akal dilakukan sang arsitek, namun hasil yang ia dapatkan membuat dunia mengagumi karyanya. Bagi kita, hidup adalah suatu tantangan yang harus dihadapi. Ada kalanya kita terjatuh, terpuruk, bahkan lembaran hidup dan jati diri kita terkadang hancur berkeping-keping. Tentu ini membuat hidup terasa semakin berat.

Rasa putus asa seakan menjadi teman akrab yang selalu berkunjung seiring masalah hadir. Lalu dimanakah Tuhan saat kita sedang hancur berkeping-keping? Kita juga kadang-kadang meragukan keberadaan Tuhan ketika harus bergumul dengan masalah. Apalagi ketika kegagalan terjadi. Apalagi ketika hal yang buruk terjadi dan meninggalkan trauma tersendiri.

Tanpa di sadari luka hati yang semakin mengoyak. Itu tak jauh beda dengan cermin yang hancur berkeping-keping. Namun bersyukur karena Tuhan adalah arsitek yang luar biasa. Ia mengambil kepingan demi kepingan hidupku. Dari yang tak berarti dibuatnya menjadi berarti. Dari yang rusak menjadi sesuatu yang indah. Luka hati disembuhkan. Bayang-bayang masa lalu yang menakutkan diganti menjadi masa depan yang penuh harapan. Pemulihan terjadi. Karya indah terjadi di dalam hidupku. Semuanya itu dikerjakan oleh Tuhan, Sang Arsitek kehidupan!

Di tangan Sang Arsitek Kehidupan, hidup yang hancur berkeping-keping bisa diubah menjadi karya yang indah.



{Yustinus Setyanta}

Selasa, 09 Desember 2014

::. BERBUNGA - BUNGA .::

Seindah taman asmara
hati berbunga-bunga....
Berwarna sangat bahagia
karena merasakan cinta....

   Cinta berwarna bahagia
   tumbuh karena rela...
   Dari hati berbunga-bunga
   untuk si dia yang didamba...

      Dan karena aroma cinta
      sungguh sangat bahagia...
      Hati selalu berbunga-bunga
      indah hari-hari mencintai dia....


(Yustinus Setyanta)


Senin, 08 Desember 2014

KREMUN

        Hujan rintik-rintik dalam bahasa jawa disebut kremun. Kondisi ini acapkali membuat ragu, akan berhenti dan payung, memakai jas hujan ataukah tidak. Kalu melihat kebanyakan orang yang berkendara sepeda motor yang mengabaikan kremun dan terus melaju, maka terdorong untuk terus melaju pula tanpa jas hujan. Namun, sekalipun hanya kremun, hanya butiran-butiran air yang sangat kecil.......beberapa menit kemudian sudah membuat pakaian yang kita kenakan lembab atau bahkan........basah. Setelah basah, menyesalilah mengapa tidak sedari tadi mengenakan jas hujan atau payung.













{Yustinus Setyanta}

SYUKUR ATAS IMAN

"Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas...................." Kalimat tersebut merupakan kalimat pembuka di dalam pidato-pidato, kalimat pertama dalam pembukan acra resmi misal; pernikahan, skripsi dll. Kalimat syukur menjadi kalimat standar yang diikuti oleh semua orang, kalau tidak begitu maka akan terdengar aneh. Karena menjadi standar umum, dan biasanya orang tidak berpikir lagi, tidak merasakan lagi, tidak menghayatinya lagi, maka kalimat itu pun menjadi rumusan baku yang kering dan kosong atau hampa. Menjadi kalimat palsu pemanis sebuah pembukaan. Untuk itu kita di ajak untuk benar-benar menghayati kata syukur tersebut. Syukur yang bukan sekedar meluncur dari mulut sebagai basa-basi normalnya pembukaan kalimat.

Tentu saja kata "syukur" ini tidak bisa berdiri sebagai kata tunggal tanpa ada dasarnya. Syukur atas apa? Apakah syukur atas karunia kesehatan, kebaghagiaan, kesuksesan, rejeki, bahkan kesedihan, dll. Maka diperjelaslah tema tersebut, syukur atas iman. Jika syukur atas iman, maka hal itu erat sekali kaitanya dengan pokok dari iman itu sendiri, sebagai orang kristiani yakni Yesus Kristus. Kita bersyukur atas kehadiran-Nya, atas keselematan yang Dia selenggarakan, atas karya dan ajaran-Nya, atas penyertaan-Nya melalui Roh Kudus. Dan kita baru akan merasakan bersyukur dan benar-benar bersyukur setelah mengalami pengalaman iman. Tanpa mengalami pengalaman iman, bagaimana kita bisa bersyukur.

Banyak pengalaman dan peristiwa yang kita alami disepanjang kehidupan kita. Namun dari banyak pengalaman itu, kadang kala kita tidak melihat sebagai pengalaman. Karena sudah tercetak dalam benak bahwa pengalaman iman itu haruslah sebuah pengalaman luar biasa, yang spektakuler, Tuhan bertidak segera, dalam bayangan selalu melalui peristiwa hebat, dan lupa karena pikiran tersebut telah membatasi Tuhan. Tentunya Tuhan pun bisa bertindak melalui peristiwa sederhana, pengalaman yang sangat sederhana dan tidak di duga sama sekali.

Menjadi terbuka terhadap segala kemungkinan Tuhan, membuat kita mampu melihat peristiwa apapun sebagai pengalaman iman. Dan hal itu membuat kita lebih mampu bersyukur dalam segala keadaan. Kita akan melihat dan mendengar bahwa Tuhan bisa bertindak melalui orang-orang terdekat, melalui sesama meski berbeda agama, bahkan melalui orang yang tidak kita sukai sekali pun. Tuhan bisa bertindak melalui siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Jika mampu melihatnya maka setiap peristiwa yang di alami akan menjadi pengalaman iman. Satu hal yang pasti Tuhan hadir dalam Ekaristi Kudus (ibadat). Maka penghayatan terhada Ekaristi menjadi jalan yang sangat terbuka bagi kita untuk mengalami Tuhan, untuk memperoleh pengalaman iman. Maka pantaslah kita bersyukur senantiasa.
"Terima kasih Tuhan, Engkau telah menebusku dan menguatkan imanku kepada-Mu. Amin.

{Yustinus Setyanta}

JALAN BUNTU

Ada untungnya tinggal di jalan buntu, orang yang tahu kalau itu jalan buntu tidak akan melitas, dan jalan itu pun aman untuk bermain anak-anak. Selain itu, jalan yang buntu bisa dipergunakan untuk berbagai kepentingan, toh tidak ada orang lain yang melitas.

Tidak enaknya, jika mau keluar kita hanya mempunyai satu arah akses. Mau tidak mau yang harus ke arah itu, suka tidak suka yang harus ke arah itu karena arah yang lain buntu. Tidak enaknya lagi, sering menjadi sasaran orang bertanya karena tersesat.

Yohanes Pembaptis mengajak ku untuk mempersiapkan jalan buntu bagi Tuhan. Jalan buntu yang supaya Tuhan hanya menjadi milik kita dan untuk keptentingan kita. Biarkan Tuhan melintas dan kita mengikuti kemana Dia membawa kita, sekalipun itu untuk kepentingan orang lain entah siapa, entah sampai dimana.



Ada orang yang berseru-seru di padang gurun, "Persiapkan jalan bagi Tuhan, luruskan jalan bagi-Nya" Begitulah nabi Yesaya menubuatkan kehadiran Yohanes Pembaptir. Sekalipun Yohanes Pembaptis berteriak-teriak ribuan tahun silam dan di tengah padang gurun yang letaknya nun jauh di sana, rasanya gema suaranya masih terdengar untuk saat ini, juga masih relevan di kekinian kita.

Menjadi sederhana dan tulus dalam jaman ini, di jaman modern ini, di tengah peraingan dan tawaran -tawaran untuk selalu lebih dan lebih dalam kemewahan, sungguh tidaklah mudah dan tak bisa dipungkiri. Dari soal makan-minum, pakaian-penampilan, berkendaraan, dll, semua terarah pada nilai gengsi seturut tren atau mode. Seturut mode atau tren yang sedang berlangsung inilah yang menjadi ukuran normal. Kalau tidak mau mengikuti, akan ditinggalkan dan ditertawakan. Dan inilah menakutkan, mengerikan. Akhirnya pun larut dalam arus dan sikap sederhana seolah barang usang dan harus ditinggalkan. Menjadi sederhana akan nampak aneh, ganjil. Kalau sudah demikian, bukan jalan bagi Tuhan yang dipersiapkan tetapi jalan bagi diri sendiri demi eksistensi sendiri. Semoga kita tidak demikian.

{Yustinus Setyanta}



SAMBAL KELUARGA

     Di sebuah keluarga, ada satu jenis sambal yang nyaris tidak pernah absen dari meja makan, terutama saat makan pagi. Sambal itu sangat sederhana, baik bahan maupun cara pembuatannya. Beberapa butir cabai hijau, atau merah ditambah sepotong kecil bawang putih dengan garam secukupnya, lalu ditetesi minyak goreng panas sisa menggoreng sesuatu. Setelah diulek, sambal itu dihidangkan begitu saja di atas cowek, berbaur dengan menu lain.
 
    Sambal itu bukan menu tambahan atau menu penyempurna. Ia merupakan menu utama. Lauk yang lain seperti tidak ada jika sambal itu tidak hadir, tetapi sambal itu tetap enak jika disandingkan dengan ayam goreng, telur, atau tempe. Tetap enak sekali pun hanya ada kerupuk atau pete. Masing-masing anggota keluarga mempunyai nama sendiri-sendiri untuk menyebut sambal itu. Yu Sumi, orang yang bertahun-tahun membantu memasak di rumah kkeluarga ini, menyebut sambal itu dengan nama sambal korek. Mungkin karena sekalipun sambal itu sudah tandas, tetap mengoreknya dari cobek untuk mencari sisa-sisa., Ibu memberi nama sambal itu dengan nama sambal galak. Alasannya, sambal itu terasa sanagat pedas, galak di mulut . Ayah menyebut sambal itu dengan nama sambal bahagia. Konon kata sang ayah, sambal sederhana itu gampang membuatnya bahagia..Ayunda (sebutan kakak permpuan), satu satunya saudara kandung ukas, Ukas yang bernama lengkap Lukas Cahyo Wisanggeni, yang akrab di panggil Ukas, menyebut sambal itu dengan nama sambal malas. Maksudnya, sambal itu membuatnya malas untuk menyelesaikana sarapan, selalu ingin menambah nasi, mencolek-colek sambal di dalam cowek tersebut dengan tempe goreng. Dan juga  memberi nama sambal itu dengan nama sambal asal. Siapa pun orangnya, asal sudah bisa memegang cobek dan ulekan/muntu, pasti bisa membuatnya.......huummmm. Kalau sambal itu absen dari meja makan kami saat sarapan, masing-masing mempunyai kalimat antik untuk meresponsnya. Ibu akan berkata, Yu Sumi sedang ngambek.

        Sedangkan si Ayah akan mengatakan kalau penjual cabai hijau sedang menikah jadi lagi asik masyur berbulan madu. Ayunda lain lagi, jika sambal itu tidak hadir, ia selalu bilang, sidang cabinet batal. Ayunda memang senang sekali menonton laporan khusus yang ditayangkan Televisi, terutama kalau Pak Menteri perekonomian membacakan harga-harga bahan makanan, terutama harga cabai, seperti berita tempo hari yang harga cabai mengalakan harga BBM. Ukas sendiria bilang, upacara tanpa bendera. Biasanya, sebelum makan, Ukas akan mengeluarkan aba-aba untuk diri sendiri jika tidak ada sambal, tersebut di meja makan. “Upacara tanpa bendera, mulai!”Sarapan pagi bagi kami adalah sebuah prosesi yang khusyuk tapi tetap cair dan ringan . Sambal adalah uba-rampe yang tidak bisa digantikan oleh apa pun. Sambal itu telah menjadi sambal keluarga. Pada saat sarapan, kami juga saling menadai siapa di antara kami yang sedang mempunyai masalah. Kalau ada salah seorang di antara kami tidak antusias berebut sambal dari cowek, pasti ia sedang mempunyai masalah, itu bisa dipastikan. Sampai Ukas dan ayunda besar, sambal keluarga itu tetap menduduki rangking teratas di keluarga itu. Jika kami anggota keluarga berkumpul di rumah, menu itu selalu dipastikan ada saat sarapan. Hanya ketika Ukas dan ayunda sudah tumbuh besar, kami berdua memberi sebutan yang berbeda lagi untuk menu sambal. Beberapa bulan setelah Ukas kuliah, Ukas menyebut sambal itu dengan nama sambal proletar. Sedangkan ayunda menyebutnya dengan nama sambal kenangan.

Keluarga itu bertemu di meja makan dua kali dalam sehari. Pagi, ketika ibu- ayah akan pergi ke kantor dan Ukas bersiap pergi ke kuliah, dan ayunda bekerja di sebuah perusahaan asing, malam hari seusai doa bersama. Tapi hanya pada pagi hari kami benar-benar seperti “bertemu”. Di siang hari, anggota keluarga tidak berkumpul karena belum pada pulang. Di malam hari, makanan kami lebih sering di beli dari luar rumah, dan kami pun membentuk konfigurasi selera yang berbeda, ukas dan ayunda lebih suka makan masakan chinese food, sementara ibu dan bapak lebih suka menikmati lontong sayur atau pecel lele. Tidak bisa dimungkiri, menu makan pagi yang tidak tergantikan itu telah berubah menjadi begitu jauh, penuh dengan isyarat dan pertanda yang lembut bagi kami sekeluarga. Seperti menenun sebuah jaringan mental yang gaib dan penuh rahasia. Kalau ada tamu menginap di rumah kami, tidak peduli apakah itu saudara dekat seperti nenek atau bude, atau teman-teman ibu dan bapak, bisa dipastikan menu itu bersembunyi, lenyap tanpa bekas dari meja makan. Seolah kami saling melempar pesan, “Sekarang sedang ada orang lain.” Hanya ada satu orang saja yang kami percaya untuk mengetahui rahasia lembut itu.


     Yu Sumi. Dialah yang menguntit proses itu bertahun-tahun, dan ikut menyukseskan ritual sarapan dengan baik. Dan karena itu, adalah bagian dari kami. Dengan pelan dan pastim, ukas mulai menyadari bahwa itu bukan sekadar perkara jenis sambal tertentu. Itu lebih rumit dari yang kami rasakan di lidah. Pertama ukas menandai itu ketika ayunda pergi tugas kerja ke luar kota. Tetap ada menu itu di sarapan kami bertiga, tapi tetap seperti tidak biasanya. Kami butuh waktu untuk menyesuaikan, dan kami tahu, itu adalah cara menyesuaikan, bukan idealnya. Empat tahun kemudian, ketika ukas menyusul ayunda kerja di kota yang sama, tidak jarang kami pun sering mencoba membuat kedua menu itu, hasilnya sama, tidak akan pernah sama persis ketika kami santap dirumah bersama ibu dan ayah. Sambal itu baru kami nikmati kembali sebagai sambal keluargaa ketika kami berkumpul. Sambal itu baru benar-benar sambal karena ia berada di sana , di sebuah pagi, dirumah kami, ketika kami semua lengkap mengepung meja makan. Lalu semua itu berkembang lebih jauh lagi. Ukas masih mengingat kala itu, ketika kali pertama ayunda membawa pacarnya pulang ke rumah, memperkenalkan kekasihnya itu kedua orangtua kami. Pagi saat sarapan, ayunda terlihat sebagai orang yang paling resah. Ia langsung pucat dan tidak berselera, begitu di meja makan, di antara sekian banyak lauk-pauk tidak ada kedua menu itu.. Sebuah isyarat telah dilemparkan. Ayunda begitu lunglai, luluh seketika bagai daun rumput putri malu kesenggol orang. Kali kedua ia membawa kekasihnya yang lain, ia pun mengalami hal serupa. Itu bukan hanya menimpanya, tetapi juga pernah menimpa ukas. Sekali menimpa karena hanya sekali pula ukas membawa pacarnya pulang kerumah. Semenjak itu, kami berdua harus berpikir berkali-kali kalau ingin membawa pacar kami pulang ke rumah.

Setelah mengalami kejadian itu, ukas memberi nama sambal itu dengan nama sambal ujian dan pencobaan, sementara ayunda memberi nama sambal maut. Perubahan penyebutan itu hanya membuat kedua orang tua kami tersenyum ringan dan tetap tenang. Saat kami berdua tidak tinggal serumah lagi dengan kedua orang tua kami, memakan sambal dengan lahap ketika berkumpul bersama keluarga menjadi semacam registrasi ulang untuk mengukuhkan sesuatu yang kami anggap penting. Sarapan pagi adalah ritual validasi atas diri kami berdua, ukas dan ayunda. Suatu kali, ketika hampir dua tahun ayunda ditugaskan belajar ke luar negeri, begitu pulang ke Indonesia ia langsung mengajak ukas pulang kerumah. Paginya, dalam suasana makan pagi yang hangat, ayunda menyantap lahap sambal keluarga itu dengan cara yang tidak pernah ia lakukan. Ukas pikir, ia bukan sekadar rindu pada sambal dan suasana di keluarga kami, tapi juga dalam rangka menunjukkan sesuatu yang penting untuk disampaikan. Hasilnya ,ia sampai tidak makan malam karena kekenyangan dan perutnya panas, mulas. Tapi keesokan harinya , ia tetap menyantap sambal itu juga dengan antusiasme yang tidak kalah dari yang pagi sebelumnya.;Dua tahun yang lalu, akhirnya satu orang lagi, menjadi bagian dari keluarga kami, Mas Yohanes Rudi, yang sekarang menjadi suami ayunda,l olos dari pedas sambal maut. Ketika pagi itu, ayunda melihat sambal keluarga terhidang di atas cowek saat makan bersama, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia langsung memekik dan mencium ibu-ayah, dan merangkul Mas Yohanes Rudi. Tentu saja Mas Rudi yang tidak tahu apa-apa hanya bengong. Kini, mereka berdua telah di karuniai seorang putri yang lucu, dan sekalipun keponakan ukas itu mempunyai nama panjang yang bagus, toh ayunda memanggil anakny dengan panggilan saying: Mbal…(Sa-Mbal).


       Pagi ini adalah pagi yang paling membuat ukas salah tingkah. Ayunda Mas Rudi, dan putri mereka ramai bermain di beranda depan. Ibu sedang mempersiapkan sarapan buat kami di dapur. Hanya bapak yang tidak terlihat. Sesekali, ayunda masuk ke ruang tamu, tempat dimana mencoba mengatasi perasaan yang serba tidak menentu. Beberapa kali ayunda memberi isyarat supaya aku tenang.Bahkan tidak segan ia menepuk pundakku,seakan memberi semangat dan ketenteraman bahwa pagi ini, semua akan baik-baik saja. Kemarin, ayunda beserta suami dan putri mereka berkunjung ke rumah orangtua kami. Mereka dipanggil pulang ke rumah oleh ibu setelah ukas dan Dian kekasih ukas, memastikan bahwa ia akan datang. Ini kali pertama Dian diajak ke rumaku, dan ini berarti dramasambal keluarga akan dimulai.Setahun lebih ukas menjalin hubungan dengan Dian, dan baru kali ini ia memberanikan diri mengajaknya mengunjungi kedua orangtua. Hampir semua hal telah kami bicarakan berdua, kecuali satu hal : sambal keluarga

Semalam, kami semua telah berkumpul ,Semalam, suasana begitu akrab sehingga seharusnya ukas tidak perlu terlalu khawatir akan drama pagi ini. Tapi bukankah seperti itu yang dulu terjadi kepada kedua manatan kekasih ayunda dan mantan kekasih ukas? Malam yang nyaman, bukan berarti sebuah tiket yang bisa menentukan apa yang terjadi di pagi harinya. Dian keluar dari kamarnya. Ia menemui ukas, dan bilang akan membantu ibu didapur untuk mempersiapkan sarapan. Tapi sebelum ukas mengiyakan, ibu sudah memanggil-manggil kami dari dapur.Perasaan ukas semakin kocar-kacir., pikiran semakin kacau-balau. Ayunda bersama Mas Rudi dan putri mereka segera masuk ke gelanggang pementasan. Dian memberi isyarat agar kami berdua segera menyusul ke dapur. Pelan ukas bangkit dan menggandeng tangan Dian. Pada tangan itu, ukas ingin memastikan dan memperkuat sesuatu yang serba tidak menentu. Ukas mendengar suara ramai di dapur, suara keponakannya ditimpali suara ayunda dan ibu. Suara yang ringan dan binger. Beberapa meter dari ruang makan, ukas melihat semua sudah menempati kursi masing-masing, hanya Mas Rudi yang masih menggendong putrinya sambil terus bercanda. Bapak yang dari pagi tidak kelihatan juga sudah berada di sana, sementara Yu Sumi masih terihat sibuk di dapur yang terletak bersebelahan dengan ruang makan.

Pelan kami berdua masuk, menuju tempat duduk yang tersisa. Dan mata ukas menyapui sajian di meja makan…Jantung ukas berdetak mengencang dan mengeras. Ukas sapu berkali-kali dengan mata kepala dan Ukas periksa dengan seluruh perhatian, tetap saja ukas tidak menemukan satu menu yang paling ditunggu-tunggu. . Tubuhnya terasa ringan. Tapi ukas berusaha tetap tenang, dan duduk dikursi. Yu Sumi masih melakukan sesuatu didapur, mungkin masih di sana… Semoga….Semoga.....Rasa tidak menentu juga nampak di raut muka ayunda. Mas Rudi, orang yang akhirnya tahu tentang drama sarapan ini, setelah mengambil makanannya , keluar dari ruang pentas. Ia memberi alasan akan menyuapi putrinya di beranda. Tapi ukas memaklumi, ia sedang tidak ingin mencampuri satu peristiwa yang mungkin tidak mengenakkan hatinya. Sarapan dimulai. Tangan ukas gemetar, ukas tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Berkali-kali,  ukas melihat ayunda berusaha menghilangkan ketegangan dengan cara menarik napas dalam-dalam. Sementara ibu dan bapak terlihat seperti biasa, tenang dan ramah. Dian….,ia juga tenang,

Yu Sumi datang membawa sesuatu. Harapan ukas bangkit. Tapi setelah tahu apa yang ada di tangannya, yang kemudian diletakkannya di meja, kembali gelombang harapan itu kandas seketika. Kali ini, Dian menatap ukas dengan heran. Tapi ia meneruskan mengambil lauk yang ada di meja. Percakapan-percakapan ringan mulai hadir. Ibu bicara, bapak bicara. Dian menjawab dan menimpali. Ayunda sesekali ikut ambil bagian. Hanya ukas yang belum mengeluarkan sepatah kata pun.Yu Sumi datang lagi, ia membawa sesuatu. Harapan ukas naik lagi. Tapi lagi-lagi , ia tidak membawa sesuatu yang diharapkan . Saat tahu itu, ukas hanya punya satu pikiran….habis……aku habis!. Tapi tepat di saat pikiran butuk itu menguasai, ibu bangkit. Ia menuju dapur. Tidak lama kemudian ia masuk lagi membawa cowek. Ukas hampir memekik, tapi ukas ingin memastikan sesuatu di dalamnya. Dan apa yang diharapkan ada di sana, sambal keluarga datang!Ibu tersenyum, Bapak tersenyum.Ayunda bahkan langsung berteriak girang. Sementara ukas menahan diri untuk tidak berteriak, tapi mengulum senyum lega . Dian juga tersenyum, ukas tidak tahu apa maksud senyumannya.“Mbak Dian, sambal… ini sambal keluarga kami,” ibu mengeluarkan suara.“Iya, Dian. Sambal ini enak sekali,” ayunda menimpali sambil tangannya mengeruk sambal dengan sendok dan menjatuhkan sambal itu di piringnya. Ukas yang begitu girang masih berusaha menahan semuanya. Dadanya, dipenuhi rasa syukur. “Iya, Bu… saya juga suka sambal ini. Saya sering membuatkan sambal ini untuk eyang kakung saya…,’ sambil berkata seperti itu,. Dian mengambil sesendok sambal. Ukas benar-benar lega. Semua terasa lapang dan ringan.Tapi beberapa detik kemudian, ukas merasa ada yang berhenti di ruang makan ini. Ukas melihat mata ayunda terenti pada sesuatu. Ukas melihat mata ibu juga terhenti pada sesuatu. Ukas memastikan apa yang terjadi dengan itu semua… Napas ukas seperti berhenti. Ukas melihat satu adegan ringan tapi tajam. Tangan Dian mengambil sebotol kecap, dengan pelan ia menuangkan kecap itu di atas sambal yangs udah berada di piring makannya. Dengan tenang ia berkata, “Tapi saya paling suka kalau ditambah kecap.” Ukas diam. Ayunda diam. Ibu diam. Bapak diam. Semua diam. Ibu tersenyum Bapak tersenyum . Mereka berdua kembali mengeluarkan kalimat-kalimat ringan untuk mencairkan suasana. Dian tetap makan dengan tenang, sambil sesekali menimpali pembicaraa. ***
Dian dan Sambal
muncul dengan
dramatis
gembira
di keluaraga
yang tak di sangka
sebelumnya.

{Yustinus Setyanta}


Minggu, 07 Desember 2014

DERETAN RUKO

Hujan turun sepanjang siang. Deras. Disertai petir dan guruh. Di emperan tempat rumah toko yang berjejeran di sepanjang jalan, ku melihat remaja sedang berteduh. Mereka duduk di atas sadel motor sambil bercengkrama. Dan menikmati sebungkus coklat yang mereka bagi bersama. Di samping mereka, nampak seorang wanita tua sedang jongkok sambil tangannya membongkar-bongkar buntalannya, lalu mengambil sebungkus makanan. Tak lama kemudian datang seorang wanita muda ia nampak tergopoh-gopoh, nampak ia mengelap tangannya, dan wajahnya yang basah karena kehujanan, kosmetik diwajahnya pun terlihat luntur.


Di sekitar, lalu lalang orang-orang, beberapa dengan membawa payung agar terhindar dari basah, beberapa lain tapi tak banyak, acuh tak acuh menerobos derasnya hujan dengan memakai jas pelindung. Mobil, motor, pejalan kaki berseliweran dibawah derasnya hujan. Semua nampak bergegas. Namun sepasang remaja itu seakan tak memperdulikan waktu. Dan orang yang lalu lakang di seputaran. Mereka bercakap dan saling bercakap, hidup ini memang penuh dengan topik yang takkan habis diperbincangkan.. Sementara wanita tua itu pun asyik menikmati bungkusan makanan. Sendirian. Ku terpana menyaksikannya. Kebahagiaan seseorang sesungguhnya tidak pernah tergantung pada beberapa banyak yang dimilikinya. Kebahagiaan kita tergantung pada bagaimana cara kita menikmati milik kita sendiri.

Hujan turun amat deras. Genangan air mulai naik di sisi-sisi jalan itu. Namun sepasang remaja itu seakan tak peduli, wantita tua itu pun tak peduli, dan wanita muda pun demikian tak peduli sembari tangannya sibuk bermain selluler. Mereka tenggelam dalam dunia masing-masing. Kuperhatikan ke sekelilingku juga. Pada orang-orang yang berseliweran entah akan kemana. Dan aku tersadar, betapa kita masing-masing hidup di dunia yang satu ini, sambil membawa dunia kita sendiri. Demikian jauh, tak tersentuh. Demikian asing, tak dikenali. Dan diriku pun hidup dalam dunia dan dalam perasaanku sendiri pula. Kita masing-masing tenggelam dalam kenikmatan masing-masing. Asing. Semuanya ada dalam hati kita. Dalam perasaan kita.

Hari makin sore. Dan hujan kian menderas. Langit kelabu sesekali diselingi kilat dan suara guruh. Jalan tetap ramai dan terkadang tersendat akibat kendaraan yang parkir akan bergerak. Semuanya bergerak apa adanya. Kehidupan bergerak apa adanya. Udara yang cukup dingin ing membuatku tersadar. Betapa sianya semangat hidup yang hanya bergerak untuk terus mencari dan memperjuangkan materi tanpa kita mampu menikmatinya dengan rasa syukur. Betapa kita sering hanya dapat mempertontonkan apa yang kita miliki.

(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 06 Desember 2014

::. SAHABAT .::

Saat jauh atau dekat...
Dihati terasa hangat...
Oleh rasa berarti tepat...
Meski terkadang beda pendapat...

Lewat lisan atau kalimat...
Kabar s'lalu saling berjabat...
Tanda hati s'lalu teringat...
Kepada yang kita sebut sahabat...

Tentu dalam hati sahabat...
Tidak ada rasa khianat...
Karena punya setia tak bersyarat...
Bernilai sucinya nasehat...


{Yustinus setyanta}



Jumat, 05 Desember 2014

CINTA ADALAH















             
           Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

           Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:

  • Perasaan terhadap keluarga
  • Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
  • Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
  • Perasaan yang hanya merupakan kemauan, keinginan hawa nafsu, atau cintaeros
  • Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
  • Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
  • Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
  • Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
  • Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme

{Yustinus Setyanta}

Kamis, 04 Desember 2014

PETIR

Matahari mulai condong kebarat, mendung tebal menutupi matahari gerimis tipis mulai berjatuhan sejenak ku hentikan perjalananku berteduh di bawah deretan ruko sore itu sembari menyiapkan jas hujan sejenak ku duduk-duduk beristirahat. Ku tatap langit kilatan petir menyambar-nyambar di sertai bunyi gemuruh di langit Ku ambil kamera seluler ku untuk memotret kilatan petir, berulang-ulang ku lakukan.

Petir adalah suatu gejala alam yang sering kita lihat dan dengarkan terutama ketika terjadi hujan deras atau ketika akan hujan. Petir terjadi karena adanya perbedaan muatan listrik di langit dengan bumi, yaitu di salah satu sisi bermuatan negatif sementara di sisi yang lain bermuatan positif. Ketika perbedaan muatan yang terjadi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) ke udara. Hal inilah yang menciptakan petir

Konon ketika petir terjadi, kita melihat adanya kilat yaitu kilauan cahaya yang menyambar, lalu diikuti oleh guruh yaitu suara yang keras. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa kilat muncul terlebih dahulu dibandingkan dengan guruh? Hal ini dikarenakan oleh perbedaan kecepatan merambat masing-masing, meskipun mereka terjadi secara bersamaan.
Kilat terlebih dahulu dilihat oleh kita, sementara guruh terdengar setelah kilat terlihat. Kilat sendiri merupakan gelombang cahaya, sementara guruh merupakan gelombang bunyi. Kecepatan kilat merambat jauh lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan guruh merambat karena cahaya merambat jauh lebih cepat dibandingkan dengan bunyi.
Kecepatan perambatan cahaya adalah sekitar 300 juta meter per detik atau persisnya 299.792.458 meter/detik. Sementara itu, kecepatan perambatan bunyi hanya 340 meter per detik. Oleh karena perbedaan kecepatan merambat yang sangat signifikan, maka yang lebih dahulu kita lihat adalah kilat, lalu setelah beberapa saat, kita akan mendengarkan guruh.

Malam pulai turun, bunyi dan kilatan petir rada reda ku kenakan jas hujanku melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.


{Yustinus Setyanta}

Selasa, 02 Desember 2014

::. SAJAK CINTA .::













Bersimpuh pada kabut sutra pagi
Terbayang tipis wajah muka berseri
Di hening matamu terlintas pelangi
Terurai rambut seakan melambai

Memecah jalan lintas cahaya
Bersinar terang di kedipan mata
Gejolak hati berombakkan samudra
Tak putus mata tuk menatapnya

Di bawah naungan putri tersipu
Sunyi detak jantung menderu
Terpaku dalam ruang dan waktu
Hadirkan cinta dalam lubuk hatiku

(Yustinus Setyanta)

BLUSUKAN NING ALAS PINUS

Blusukan ning alas pinus (jalan-jalan di hutan pinus). Hutan pinus dengan pohonnya yang rimbun dan menjulang tinggi serta desiran angin yang berhembus laksana music alami bisa temui di desa Muntuk, Dlingo, Bantul, Yogyakarta ,tepatnya di jalan yang menghubungkan antara Imogiri dengan Dlingo Bantul. Hutan pinus Dlingo (Hutan sudimoro) berada di jalur Dlingo dan Imogiri. Hutan ini termasuk Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bantul berada di RPH Mangunan.


Lokasi hutan pinus bisa ditempuh lewat jalan Yogya –Imogiri yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1 jam. Sesampai di Imogiri kita menuju jalan Imogiri –Dlingo dengan jalan yang menanjak serta berkelok-kelok.

Bila ditempuh lewat bukit Patuk Gunungkidul dari arah Yogyakarta kita menuju jalan Yogya –Wonosari dan sesampai di Patuk Gunungkidul belok ke kanan menuju jalan arah kecamatan Dlingo.Sesamapi dipertigaan Muntuk kita belok kea rah kanan menuju lokasi hutan Pinus tersebut.

Lokasi hutan pinus yang masih alami serta indah menjadi tempat tujuan wisata alam dan saat tulisan ini saya tulis untuk menikmati keindahannya belum dikenai karcis masuk alias gratis.


Dengan keindahannya hutan pinus ini maka sangat cocok pemotretan prewedding, suting film, maupun pengambilan gambar lainnya karena suasanannya seperti bukan di Indonesia.Udaranya yang sejuk dan rimbunnya suasana hutan pinus laksana kita berada di daratan Eropa .

Menikmati suasana sejuk, rimbun, rindangnya pohon hutan Pinus Sudimoro di desa Muntuk Dlingo Bantul Yogyakarta suasana seperti berada di benua Eropa, hehehee......

(Yustinus Setyanta)

** SEKUNTUM MAWAR SENJA **

Sekuntum mawar begitu indah
Harummu menebar cinta
Cintamu kokoh tak pernah goyah
Berhiaskan suka dan duka

Lembayung senja penghibur diri
Waktu begitu cepat t'lah lalui
Pengalaman hidup ilmu yang berarti
Meraih makna kehidupan yang hakiki

Sekuntum mawar senja
Harmonika cintamu yang lara
Membawamu meraih sebuah asa
Cinta sucimu sampai ujung usia

"Sekuntum mawar senja"
Inilah kiasan kata
Artinya adalah ibunda tercinta
Yang tersusun dalam puisi sederhana...













{Yustinus Setyanta}

Senin, 01 Desember 2014

LUKISAN HIDUP

     Lukisan Hidup bukan hanya hitam dan putih belaka. Tapi ada warna yang lain, entah itu cerah atau pun gelap. Warna itu datang silih berganti. Memberi corak berbeda dalam lukisan kehidupan. Tak mungkin sama setiap manusia. Meskipun ‘Sang Seniman’ sama, lukisan-Nya. Masing-masing punya corak yang unik.

     Lukisan kehidupan bagai lakaran terindah bersulamkan pahit manis kenangan. Mematangkan kita dalam mencari arti hidup sebenar sebagai pengelana di bumi. Yakinlah bahwa corak lukisan akan indah. Meskipun terkadang warna yang muncul bukanlah warna cerah. Yakinlah Tuhan punya rencana yang spesial untukku, untuk kamu, untuk kita semua.

***

Lukisan kehidupan adalah rangkaian doa yang tergambar nyata…
Dalam bingkai dan paparan kehidupan manusia…
Terwujud dari guratan hidup dan kiprah dalam dunia …
Kidung Ilahi merupakan warna pada milyaran lukisan anak manusia…

Lukisan kehidupan adalah kumpulan pameran seni tentang realita…
Menyala decoratif dalam paduan warna indah…
Kadang rumit dan suram bagai lukisan abstrak tanpa makna…
Kadang mudah dan cerah....

Lukisan kehidupan adalah rangkaian aneka warna…
Terjebak dalam dunia anugerah yang seakan tak putus-putusnya…
Tergambar dalam gurat nyata…
Warnanya ada pada pelangi bercahaya cinta…

Lukisan kehidupan adalah sari pati warna kisah hidup manusia…
Yang mengembara bersama kuas dengan helai bulu sabda-Nya…
Terhampar dalam gambar yang sarat cahaya hakekat…
Bias milyaran doa dalam labirin warna magnificat…

Agar kita mengenal sang Maha Pencipta…
Keagungan-Nya yang tak terhingga…













{Yustinus Setyanta}

::. RINDANG .::

Angin syahdu datang...
Ranting-ranting mulai bertembang...
Dedaunan menari riang...
Rumput-rumput pun bergoyang...

Ku dengar dan ku pandang...
Merdu berasa tenang...
Elok berwarna rindang...
Setelah kemarau panjang...

Meski telah hadir terik mentari siang...
Masih tetap berwarna rindang...
Karena terbawa hati tenang...
Bagaikan telaga air tanpa gelombang...

{Yustinus Setyanta}