Jumat, 08 Maret 2019

ISU PLASTIK

Isu plastik sempat menjadi mengemuka. Ketergantungan pada plastik telah menyebabkan krisis baru pada lingkungan hidup, yang antara lain disebabkan oleh cara kita dalam menyelesaikan dan membuang sampah plastik.

"Kini, sampah di laut menjadi salah satu isu global yang diperlukan, dan perlu mendapat perhatian dari berbagai negara serta seluruh pemangku kepentingan dari berbagai tingkat dan latar belakang.





- Dapat Dibentuk.

Kata plastik berasal dari kata Latin "plasticus atau plasticos", yang berarti dapat dibentuk atau ditekuk atau dicetak. Kemungkinan orang Yunani kuno merujuk pada lempung kata lain dari tanah liat yang mudah dibentuk. Kata tersebut rupanya sudah di gunakan sejak tahun 1600-an.

Plastik pertama hasil modifikasi bahan alam dikembangkan pada tahun 1855 untuk mengganti gading gajah oleh Alexander Parkes yang dipamerkan pada Great Exhibition di Londi pada tahun 1862. Plastik tersebut disebut 'parkesine' mengambil nama Parkes. Dalam perkembangannya parkesine tidak dapat diproduksi dengan biaya murah. Kemudian plastik lain dikembangkan oleh Wesley Hyatt pada tahun 1869 yang membuat bahan film dari selulosa yang disebut seluloid.

Namun yang betul- betul diakui sebagai plastik sintetik pertama diketemukan pada tahun 1909 oleh ahli kimia Belgia bernama Leo Hendrik Baekeland. Plastik hasil temuannya yang dibuat dari fenol dan formaldehid disebut Bakelite yang juga untuk menghargai penemuannya. 



Kita mengenal istilah bal bekel sepertinya berasal dari nama tersebut. Plastik yang kita kenal sekarang dibuat dari bahan baku minyak bumi yang direngkah menjadi gas dan diproses melalui reaksi kimia yang disebut polimerisasi.

Perang Dunia telah memicu produksi plastik yang digunakan untuk berbagai peralatan perang di antaranya ban mobil atau ban pesawat maupun alat perang lainnya. Selama PD II produksi plastik naik. Setelah PD II plastik makin mendapat tempat.

- Lingkungan

Isu lingkungan pada gilirannya menyentuh sampah plastik yang ternyata dapat bertahan cukup lama di alam atau persisten. Simbol utama masalah sampah plastik adalah the Great Pacific Garbage Patch, karena sampah plastik di lautan Pasifik mengambang sebesar negara bagian Texas. Sampah plastik di lautan dapat berasal dari dua sumber yaitu dari lautan sendiri (20%) dan dari muara sungai (80%).



Di perkirakan, kurang lebih 20 sungai di dunia sebagai penyumbang sampah terbesar (th 2015). Nasib sampah plastik yang masuk ke laut, dapat terbelah menjadi partikel- partikel kecil yang di sebut mikroplastik dengan ukuran 0,3-5 mm. Mikroplastik inilah yang sangat mudah dikonsumsi hewan laut terutama ikan. Pada gilirannya masuk ke tubuh manusia.

Namun masyarakat dunia sudah begitu kesemsem dengan plastik yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1950an hingga tahun 2015 (selama 65 tahun) kenaikan produksi mencapai 200 kali lipat. Sebagian besar plastik sekitar 36% digunakan untuk kemasan. Besaran total produksi plastik mencapai 7.8 miliar ton setara dengan 1 ton plastik untuk setiap penduduk dunia.



Betapapun sisi negatif dari plastik terus mengemuka, plastik masih akan terus digunakan manusia entah sampai kapan. Kemudian mulai diperkenalkan plastik cerdas yaitu plastik yang dapat mengatur sendiri. Hal ini terutama terkait dengan material elektronik atau robotik, pembawa obat maupun berbagai jenis peralatan medis. Plastik betapapun telah mengisi kehidupan manusia dari hampir semua sisi. Sudah semestinya kita dapat berdamai dengan plastik. 





(Yustinus Setyanta)