Minggu, 26 Juni 2016

TAK BERJUDUL

Srigala punya liang,
Burung ada sarang 
Tapi tulisan ini jadul 
Malahan tak berjudul

Tempatnya berpaut 
Jika malam tambah larut 
Bahkan tak paham apa yang disampaikan 
oh...dari stasiun mana gerangan

Pengembaran dimulai; 
Bukankah ia tumbuh seiring musim-berganti 
Mengembang bersama cuaca 
Menyatu dalam peralihan masa

Seraya dilintasinya batas-batas rawan 
Kegembiraan dan kedukaan 
Tak ada kiranya liang yang cukup 
Bagi kisahnya yang degup

Malahan kini ia, sungguhan 
Ia menampik perhentian, 
Pelabuhan-pelabuhan singgahan. 
Dalam sengit kecamuk penciptaan,

Keluasan tema hanya menyeretnya 
Pada kemungkinan yang paling jauh, pada 
Kelam lorong-lorong bahasa 
Sanubari manusia

Bahasa diguyurkan 
Semua tambah segar 
Anak-anak tak bertengkar 
Tak ada debat berantakan

Apakah bahasa mulai sirna 
Kueja tanda-tanda















(Yustinus Setyanta)

Senin, 20 Juni 2016

KEBAIKAN BERANTAI

Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala ketika pria itu mendekati sang nyonya.

Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.

Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri disana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.

Kata pria itu, "Saya di sini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson ."

Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut usia seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu.. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.

Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

Bryan hanya tersenyum ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapa pun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.

Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan, dan Tuhan mengetahui bahwa banyak orang telah ditolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

Pria itu mengatakan kepada sang nyonya bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."

Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.

Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil, dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu nampak agak kotor. Di luar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.

Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya.
Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan .

Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu: "Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"

Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.

Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres.
Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"



RENUNGAN:
Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja! Kirimkan kepada teman-teman anda!

Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada..

Yuks, kita bagikan kebaikan, semoga rantai ini tdk akan pernah terputus.. percayalah, energi positif itu sifatnya menular.





(Yustinus Setyanta)

Rabu, 08 Juni 2016

PROSES BERBUAT BAIK

Berbuat baik itu penting, karena tanpa berbuat baik; orang tidak akan bisa menjadi baik, hanya dengan kebaikan orang bisa baik. 

Pentingnya untuk mengerti, akan konsekuensi hidup di dunia; kendati menjadi orang baik, tidak akan terbebas dari penilaian jelek. 

Pentingnya bisa menerima, jika dinilai jelek kendati tidak berbuat jelek; itulah proses dari perbuatan baik menjadi berkualitas.












(Yustinus Setyanta)

Jumat, 03 Juni 2016

SEBAB POHON

Aku tahu, sebab pohon 
Kau pun dipanggil taman atau hutan 
Lalu para pencari cinta menjadikanmu 
Tempat mengais udara dan bertemu

Bermula dari tanah, air yang menghidupkan 
Batang melebarkan ranting dan daun 
Udara menguatkan usia 
          Ke tinggi langit 
          Ke luas bumi 
          Ke kedalaman jiwa!

Di ceruk paling rimbun, 
kalian himpun

Andaikan aku jadi pohon, kataku 
Aku adalah tamannya, ujarmu 
Lalu pohon dan taman 
: Berkawin









(Yustinus Setyanta)

Rabu, 01 Juni 2016

PUTIH BERSIH - III

Andai ada warna yang tak tampak kotor, putihlah pilihannya! 
Bersih terlihat dan tak sarat dengan rona warnanya. 
Sedap dalam teduhnya mata memandangnya. 
Apalagi putih hatinya, maka bersihlah jiwanya!

Jikalau aku memilikinya, pastilah bahagia hatinya! 
Putih lagi bercahaya sungguh mulia pemiliknya! 
Andai Dia Yang Memiliki-Nya, pastilah ada-Nya! 
Putih begitulah cahaya-Nya!

Matahari silau untuk ditatap, cahaya-Nya sejuk mata memandangnya! 
Bersih lagi sejuk bagi yang mengetahuinya! 
Sulit untuk dibandingkan dengan sinar selainnya! 
Itulah cahaya-Nya putih bersih orang menyebutnya.





























(Yustinus Setyanta)