Senin, 26 September 2016

KONOTASI - DENOTASI

Apabila seseorang mengatakan “hari ini cuaca bagus”, maka menurut cara ini, orang akan beranggapan bahwa ungkapan tersebut menunjuk pada cuaca yang bagus, tidak pada yang lain.

Tetapi arti yang dimaksud dari “hari ini cuaca bagus” adalah “maukah anda bercakap-cakap dengan saya” atau “saya memecahkan kesunyian yang tidak mengenakkan antara kita”.

Dalam hal ini denotasi tanda bahasa tersebut terdesak oleh apa yang disebut konotasinya. Dari sini kita mengetahui bahwa konotasi sama dengan ‘arti kedua’, yang menggabungkan diri pada arti yang pertama, yakni denotasi.












(Yustinus Setyanta)

Kamis, 15 September 2016

CARA MENGETAHUI BERITA HOAX ATAU TIDAK

4 Cara Mengetahui Berita Hoax atau Tidak

Cara mengetahui berita hoax atau tidak ternyata bisa kita lakukan dengan mudah. Semakin bertambah banyak pengguna internet semakin bertambah banyak juga berita dan informasi yang bisa kita peroleh. Semakin cepat pula sebuah berita menyebar. Berita yang dikirim oleh seseorang cepat sekali sampai pada orang lain karena ada orang lain yang membagikannya dengan segera.

Benar atau tidaknya berita yang disebarkan tersebut seolah dihiraukan, yang penting terlihat update dimata orang lain kalau bisa mengirimkan informasi terbaru. Ini tentu perilaku yang tidak benar.

Informasi apapun yang kita peroleh sebaiknya diperiksa terlebih dahulu kebenarannya, jangan langsung disebarkan, karena bisa jadi berita tersebut merupakan sebuah kebohongan.

Berita hoax atau bohong sebenarnya bisa kita deteksi dengan beberapa cara, cera ini mungkin tidak 100% bisa mengungkap. Namun langkah ini setidaknya perlu untuk dilakukan apabila menerima sebuah informasi dari dunia maya.

Berikut merupakan beberapa hal yang wajib kita lakukan untuk mendeteksi apakah sebuah berita itu asli atau palsu (hoax).

1. Melakukan cross check terhadap berita provokatif

Banyak sekali berita yang tersebar di internet bernada provokatif. Berita seperti itu tentu untuk tidak langsung dipercaya, perlu dilakukan cross check. Kita bisa melakukan cross check menggunakan mesin pencari seperti Google, Bing dan lainnya untuk memastikan apakah berita yang Anda terima tersebut ditulis juga oleh situs berita lain, dan pastikan situs yang menuliskannya kredibel dan dikenal luas.

2. Cek URL Situs

Sangat penting untuk melakukan pengecekan apakah berita yang dikirimkan tersebut berasal dari situs yang bermutu atau tidak. Cek apakah situs tersebut menggunakan URL yang benar. Sebagai contoh dari laman CNET berikut ini, klik (https://www.cnet.com/how-to/how-to-avoid-getting-conned-by-fake-news-sites/), dimana “Sebuah artikel mengklaim Presiden Barack Obama melarang lagu kebangsaan pada acara-acara olahraga AS – Palsu. Jika Anda bertanya-tanya — berasal dari situs dengan akhiran “.com.de,” yang tidak masuk akal”.
3. Cek Foto

Langkah yang ketiga yang bisa dilakukan adalah dengan mengecek foto yang ada di dalam berita tersebut. Sering kali pembuat berita palsu juga melakukan editing foto untuk memprovokasi para pembaca.

Cara yang bisa Anda lakukan ialah dengan mendownload foto tersebut atau melakukan screenshot. Lalu buka Google Image pada browser Anda lalu seret (drag) foto tersebut ke kolom pencarian Google Image. Kemudian periksa hasilnya untuk mengetahui secara lebih jelas sumber dan caption asli dari foto tersebut.

4. Ketahui Siapa Penulis Beritanya

Penting untuk mengetahui siapa penulis berita tersebut, karena saat ini banyak sekali berita yang dibuat hanya agar menjadi viral di media sosial dan penulisnya kebanjiran uang karena websitenya yang dipasangi iklan tersebut dikunjungi oleh banyak orang.

Hal terakhir mungkin tidak kalah penting yaitu gunakan akal sehat Anda saat membaca berita, jangan terlalu mudah percaya, jangan mudah terpancing, dan jangan ragu untuk mengecek keaslian dan kebenaran sebuah berita yang Anda terima melalui dunia maya.

HDMI CONNECTOR PIN CONFIGURATION

(Electronics Circuit Designing)







(Yustinus Setyanta)

Jumat, 09 September 2016

FIKSI PUISI

Menjejakan pena di ujung kertas 
Menulis ujung dunia yang tak terbatas 
Di tepian yang tak lagi luas 
Terbingkai wajah yang tak pernah tuntas

Satu fiksi terangkai 
Menjadi untaian yang tertulis lagi 
Dari rambut hingga ujung kaki telah terurai 
Menjadi alur landai yang melambai

Mengenang kisah disuatu pagi 
Fiksi puisi ditulisnya lagi 
Dengan derai yang tak ternodai


























(Yustinus Setyanta)

Rabu, 07 September 2016

9 (SEMBILAN)

If we add the result number then it always 9
( Jika kita menambahkan jumlah hasil maka selalu 9)


9 X 1 = 0 9 9 X 2 = 1 8 9 X 3 = 2 7 9 X 4 = 3 6 9 X 5 = 4 5 9 X 6 = 5 4 9 X 7 = 6 3 9 X 8 = 7 2 9 X 9 = 8 1 9 X 10 = 9 0




;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;


Math quis 

5 + 5 x 5 + 5 = ?

A. 55
B. 35
C. 100
D.195

Selasa, 06 September 2016

NAMA-NAMA ORANG BALI SEPERTI : WAYAN, MADE, PUTU.....

Wisata atau liburan ke Bali bisa dibilang menyenangkan, Bali memang kota yang begitu memikat, keindahan alam yang menyelimuti kota Bali menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap wisatawan yang mengunjungi kota Bali, baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Bali menjadi salah satu pusat wisata yang banyak diminati oleh wisatawan-wisatawan asing.  namun bagi saya saat menulis tulisan ini liburan kebali juga membosankan, barangkali karena keseringan ke Bali. Belom lama ini saya liburan ke Bali sejak tulisan ini saya tulis, ketika berliburan ke Bali ke dan berkunjung ke tempat teman lama, saya kok penasaran dengan nama-nama orang Bali seperti; Wayan, Made, Ketut, Putu. Nah ketika saya ke Bali saya tidak kemana-mana karena penasaran dengan nama-nama tersebut saya ketempat seorang teman dan kebetulan Ayah dari teman saya itu seorang pemangku di Bali. Lantas saya menayakan kepada ayah teman saya itu. Nah jangan kemana-mana, baca artikel ini hingga tuntas. sayang lho kagak di abisin. Ini hasil wawancara saya dengan seorang bapak pemangku tersebut.





Jika kita sedang berada di Bali atau mempunyai teman dari Bali, tentu sering mendengar nama-nama khas Bali mulai Wayan, Made, Nyoman, Ketut, Ida Bagus, dan sebagainya. Semua nama itu ternyata ada artinya lhi.

Kita mulai dulu dengan sebutan I dan Ni pada nama-nama orang Bali. Huruf I di depan nama Wayan misalnya, adalah kata sandang yang bermakna laki-laki. Sementara kata sandang penanda kelamin perempuan adalah Ni. I dan Ni juga bermakna seorang lelaki dan wanita dari keluarga masyarakat kebanyakan, tidak berkasta atau biasa disebut orang jaba. Jika ia terlahir di keluarga penempa besi, maka orang Bali ini bernama Pande. Bila di depan Wayan gelarnya Ida Bagus, ia tentu terlahir di keluarga Brahmana. Ida Bagus berarti yang Tampan atau Terhormat. Jika saja ia digelari Anak Agung, maka ia lahir di keluarga bangsawan.

Nama Wayan berasal dari kata “wayahan" yang artinya yang paling matang. Titel anak kedua adalah Made yang berakar dari kata "Madia" yang artinya tengah. Anak ketiga dipanggil Nyoman yang secara etimologis berasal dari kata "uman" yang bermakna “sisa” atau “akhir”. Jadi menurut pandangan hidup orang Bali, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja. Setelah beranak tiga, kita disarankan untuk lebih “bijaksana”. Namun zaman dahulu, obat herbal tradisional kurang efektif untuk mencegah kehamilan, coitus interruptus tidak layak diandalkan, dan aborsi selalu dipandang jahat, sehingga sepasang suami istri mungkin saja memiliki lebih dari tiga anak.

Anak keempat gelarnya Ketut. Ia berasal dari kata kuno "Kitut" yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak "bonus" yang tersayang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang bernama Ketut. Itu sebabnya ada kekhawatiran dari sementara orang Bali akan punahnya sebutan kesayangan ini.

Dari cerita bapak pemangku tersebut, orang Bali memiliki sebuah tabu atau pantangan bahwa petani tidak boleh menyebut kata tikus, yang di Bali disebut bikul, jika sedang ada di sawah. Menyebut tikus di sawah, dipercaya bagai mantra yang bisa memanggil tikus. Untuk itu jika sedang di sawah, orang memanggilnya dengan julukan spesial ” Jero Ketut”. Ia bermakna tuan kecil. Ini berangkat dari pandangan bahwa tikus bagimanapun juga adalah bagian dari keseimbangan alam.

Bila keluarga berencana gagal, dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, maka mulai dari anak kelima, orang Bali mengulang siklus titel di atas. Anak kelima bergelar Wayan, keenam Made, dan seterusnya.

Namun jika bicara lebih rinci, ketiga titel hirarki kelahiran orang Bali memiliki sinonim; untuk Wayan: Putu, Kompiang, atau Gede; untuk Made: Kadek atau Nengah; untuk Nyoman: Komang. Sementara nama Ketut yang istimewa tak bersinonim.

Seperti orang Jawa, orang Bali tidak memiliki nama marga atau nama keluarga (family name). Jadi kalau dilihat dari kaca mata orang barat, orang Bali hanya memiliki first name tanpa family name. Konon ini memudahkan orang untuk menyamar di waktu perang. Bahkan bila terpaksa, setelah kekalahan militer, seorang bangsawan bisa mengaku sebagai orang kebanyakan. Dan seluruh keturunannya pun terpaksa memakai titel I atau Ni.

Meski tidak mengenal nama marga atau fam, ada juga orang Bali yang yang turun temurun dengan jelas menambahkan nama marga atau sub marga sepeti Dusak, Pendit, dan lain lain di belakang nama depan . Misalnya saja (hanya rekayasa), Wayan Sujana Pendit. Di jaman modern ketika nama keluarga jadi penting untuk urusan paspor atau kalau tinggal di luar negeri, beberapa keluarga Bali yang progresif membuat nama marga baru yang biasanya diambil dari nama seorang ayah yang berpendidikan tinggi dan “sukses”.

Banyak hal yang berubah di Bali sejak kemerdekaan Indonesia. Bila di zaman dulu orang menamai anaknya sekehendak hati, sering tanpa arti, atau hanya onomatope, di zaman sekarang ini, orang-orang mulai ramai memakai nama yang berasal dari bahasa Sanskerta. Ada juga nama orang Bali kekinian yang sudah 'bernuansa' barat seperti misal I Ketut Bobby atau Ni Luh Ayu Cindy.

.








(Yustinus Setyanta)

Minggu, 04 September 2016

PASSION IN WORK

Kinerja yang luar biasa lahir dari kegembiraan yang luar biasa dalam menjalankan. "Passion will drive awesome performance!". Begitulah hipotesis diri.

Pada 2007 dan 2008, majalah Fortune menganugerahi Google urutan pertama dalam daftar 'Best Companies to Work for'. Anugerah yang sama kembali disabet perurusahaan tersebut pada 2012. Berdiri pada 1998, Google yang mengawali perannya sebagai jasa mesin pencari di internet, merambah banyak bidang lain, termasuk menjual sistem operasi Android dan telepon genggam Nexus, menyediakan jasa infrastruktur broadband untuk perkantoran, periklanan dan pemasaran, sistem pembayaran, musik, hiburan, permainan, dan masih banyak lagi.

Menarik untuk diketahui, kebijakan-kebijakan unik yang berlaku di Google berkontribusi pada predikat perusahaan terbaik untuk tempat kerja itu. Salah satu 'Innovation Time off', yakni setiap pegawainya diizinkan untuk menggunakan 20% waktu kerjanya untuk mengerjakan kegiatan yang mereka minati. Jika kita mengira memberi waktu lepas dari pekerjaan utama mereka bisa menurunkan produktivitas, itu salah. Nyatanya kebijakan itu justru berbuah manis, Gmail, Google News, Orkut, dan AdSense hanyalah segelintir dari hasil inovasi di saat time off.

Misi Google jelas, yakni mengorganisasikan pesan di seluruh dunia dan membuatnya bisa diakses secara universal, lagi manfaat. Misi itu kemudian diwarnai falsafah perusahaan yang meyakini bahwa kita bisa menghasilkan uang tanpa melakukan kejahatan, kita bisa serius tanpa setelan jasa, serta pekerjaan mestinya menantang dan setiap tantangan mesti menyenangkan. Karyawannya ditantang berinovasi dengan cara menyenangkan. Lalu patagonia yang menerapkan semangat outdoor itu memiliki misi menciptakan produk terbaik tanpa menciptakan kerusakan yang tidak perlu. Mereka juga gunakan bisnis untuk menginspirasi dan mengimplementasikan solusi persoalan lingkungan.

Patagonia merupakan pendiri www.onepercentfortheplanet.org suatu inisiatif untuk menyisihkan 1% dari pendapatan kotornya alias 10% dari keuntungan bersihnya untuk kegiatan yang menjaga atau memperbaiki lingkungan. Tidak sedikit jumlah keuntungan yang mereka sisihkan, nyatanya mereka mampu menyumbang sekitar US$46 juta melalui inisiatif tersebut. Menariknya perusahaan itu tidak merugi. Mengambil beberapa contoh sukses tersebut. Ada elemen yang lebih penting katimbang kompetisi, yang mempengaruhi performa perusahaan. Elemen tersebut adalah passion alias gairah dalam bekerja.




- Daya Ungkit Gairah

Kinerja tanpa gairah itu tidak bermakna, tetapi di sisi lain gairah tanpa karya jelas tidak menghasilkan apa-apa. Namun celakanya, jika banyak perusahaan di Tanah Air tidak memahami pentingnya gairah itu. Buktinya dalam sistem perekrutan, biasanya yang dilihat latar pendidikan seseorang bukan apakah bidang yang diminati atau membuat nrang tersebut bergairah, sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan.

"Hal ini biasanya mereka mencari orang yang lulusan S-1," gelar pendidikan tidak selalu dibarengi gairah kerja yang dibutuhkan perusahaan. Lebih lanjut dia berpendapat bahwa kalau mencari kinerja maksimal, maka dalam proses perekrutan, perusahaan mestinya mencari benih gairah itu dari para pelamar yang datang. "Organisasi (perusahaan) itu lahan, sedangkan benih (karyawan dengan gairah khusus) itu harus ditumbuhkan.

Gairah ini terpisah yakmi gairah dalam konteks perusahaan (pekerjaan) dan gairah konteks personal. Ada lho.....? Orang yang belum menemukan gairah hidupnya, lantas mengambil jalur pendidikan dan profesi yang hanya semata demi mencari uang dan memenuhi kebutuhan perut. Ketika bekerja hanya demi uang, bayank orang yang tampak serupa ikan mati bahkan di dalam kolam yang dipenuhi rahamat Tuhan. Kebutaan soal gairah itu bisa menimpa siapa saja, tua ataupun muda.

Betapa menyenangkan, berinvestasi pada pekerjaan yang kita cintai, baik itu menjadi karyawan, duduk di jajaran manajemen dan petinggi perusahan, ataupun pekerjaan halal apa saja yang kita geluti. Passion mesti dipahami bukan sebagai ambisi, angan-angan, atau impian. Passion itu sudah tertanam dalam diri sebagai pemberian Sang Pencipta pada setiap manusia sejak nyawa ditiupkan. Ia merupakan produk hati, bukan pikiran. Karenanya, gairah itu muncul kesadaran bukannya pemikiran. Atau singkatnya buakan soal urusan psikologis. Kita menyakini apa yang kita cintai, dalam hal ini pekerjaan kita dan nilai-nilai yang diterapkan dalam prosesnya. Melibatkan kinerja perusahan-perusahaan hebat, "Kecintaan yang membuat kita lebih tahan banting, lebih sabar, lebih berani, lebih gigih, dan lebih peduli." Kita juga punya konsep pemikiran yang tidak lazim dengan tidak pernah terlalu terpaku pada tren industri tertentu sebagai acuan tempat berkarya. Di sisi lain, kita juga tidak sekedar bekerja melainkan asyik berkarya. "Passion dalam bekerja memang tidak langsung memberikan penghasilan yang besar, tapi meminta hasil yang besar sedari awal itu ibarat orang baru yang melamar kerja, tetapi berharap langsung jadi CEO. Semua berproses!.
"Di sini kita bekerja bukan sekedar mencari makan. Bukan semata urusan perut. Kita bekerja bukan seperti ayam notol di sana-sini sepanjang hari tiada henti. Kita manusia, bekerja untuk menanggapi cita-cita yang dilandasi oleh nilai-nilai yang kita pegangi kukuh-kukuh, yang kita percayai. Kita bekerja untuk memberi makna bagi hidup yang singkat ini. Apabila hidup hanya diisi dengan bekerja untuk mencari makan, palah kita ini; kita tak ubahnya seperti ayam."

Apa Anda sudah bekerja dengan memanusiakan diri atau menjadi tidak berbeda dengan ayam? Binatang?.









(Yustinus Setyanta)