Senin, 27 April 2015

.:: SEBUAH BENDERA ::.

Kutatap ia melambai
Ke arah yang tak bertujuan
Tiang pun ber-tumbang-an
Diatas kerapuhan negeri






(Yustinus Setyanta)


::. TIK TOK .::

Tik tok tik tok, bunyi suara
jam berdetak nelangsa
Di sisi dinding yang berjelaga
Sendiri ia di sana

Tik tok tik tok, berbahana
Tersendak-sendak ia berbata
Berteriak parau pada dunia

Tik tok tik tok
Tapi ia setia disana
Disana, di tempatnya
di sisi dinding yang berjelaga



               (:Yustins Setyanta)

Minggu, 26 April 2015

SALAH MASUK KANDANG

Seekor bebek (itik) salah masuk kandang sehingga ketika kawanan domba itu digiring keluar ia pun ikut bersama dengan kawanan domba tersebut. Bisa di bayangkan, ketika sampai di padang penggembalaan, si bebek akan kebingungan karena dibawa ke padang rumput yang hijau, bukan hamparan sawah yang berair atau sungai yang di penuhi air. Maka si itik pun mulai mengeluh dan selalu mengeluh setiap kali digiring oleh sang gembala.























(Yustinus Setyanta)

GEMA

Seorang wanita berdiri di depan sebuah tebing cadas. Setelah mengambil nafas panjang, ia berteriak sekuat tenaga ke arah tebing. Suara nyaring wanita itu membentur dinding tebing dan memantul sebagai 'gema.' Wanita itu tampak puas dan gembira. Kembali ia berteriak dan berteriak lagi sekencang-kencangnya, sehingga gema itu terdengar bersahutan.

Panggilan Allah yang disuarakan melalui gereja, bukanlah sebuah gema yang memantul kesana-kemari setelah menabrak tebing keadaan, Dia benar-benar memanggil kita untuk datang, karena Dia memang merindukan kita anak-anak-Nya untuk selalu berada dekat dengan-Nya.







(Yustinus Setyanta)

Selasa, 21 April 2015

TAK HANYA MEMIKIRKAN GAJI

Gaji dan kompentensi merupakan hak karyawan yang harus diterima dari perusahaan atau instansi tempat bekerja. Banyak intansi/perusahaan yang memanjakan karyawannya dengan paket finasial yang cukup besar. Mulai dari gaji tinggi, kompensasi besar, bonus bekali-kali, premix yang tak sedikit jumlahnya, hingga beragam tunjangan diberikan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Namun, faktanya banyak karyawan yang tidak mau bekerja secara maksimal untuk perusahaan.

Alih-alih meningkatkan kinerja, karyawan justru cenderung manja dan memberikan kontribusinya sesuai dengan jumlah remunerasi yang didapatkan. Hal ini tentu berdampak buruk bagi perusahaan kala profit sedang turun. Hal itu biasanya akan berpengaruh juga terhadap remunerasi. Karyawan akan semakin mengurangi kontribusinya daripada menggenjot kinerjanya untuk keuntungan perusahaan atau instansi.

Bagi yang bekerja sebagai karyawan, gaji dan remunierasi yang setimpal sesuai pekeraan memang menjadi hak. Namun bukan berarti semuanya harus dibandingkan dengan uang. Tentu harus ingat, perusahaan memiliki andil untuk menyejahterakan kehidupan. Jika sampai sejauh ini tidak sejahtera, mengapa tidak memutuskan pindah?

Sementara itu, perusahaan juga jangan melihat karyawan dari sisi gaji saja. Kemampuan seorang karyawan tidak akan berkembang lebih jauh laji jika tidak ditunjang dengan fasilitas yang mengasah soft skills dan hard skills-nya secara memadai. Seberapa besar pun gaji yang digelontorkan kepada karyawan, tetap saja kemampuannya akan mentok.

Kedua belah pihak pun akan saling menuntut. Karyawan menuntut fasilitas untuk perbaikan kinerja, sedangkan perusahaan melihat karyawan sudah digaji lebih dan sudah seharusnya bisa berkontribusi lebih baik. Hasilnya, karyawan cenderung tidak perform. Padahal, karyawan membutuhkan kinerja baik untuk mengaktualisasikan dirinya.

Mengacu pada teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, tingkatan tertinggi kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri semaksimal mungkin. Karyawan pun cenderung ingin menampilkan kualitas terbaik agar mendapatkan penilaian positif dari perusahaan, promosi jabatan, dan mencapai kesejahteraan hidup. Hal ini paling terlihat pada karyawan baru.

Jika hal ini tidak tercapai atau terhenti di tengah jalan, karyawan akan menjadi malas atau akan memutuskan untuk mengundurkan diri. Perusahaan atau instansi pun akan mengalami kerugian. Di samping itu, karyawan juga harus memiliki loyalitas pada perusahaan, buka pada gaji dan remunerasi saja. [YTS]



( Yustinus Setyanta )

::. MILIK YANG AZALI .::

Kusederhanakan kehendak rasa
Dan daya cipta setiap jelmaanmu
Yang teduh demi sinar girang gembira
Ketentramanmu-kedamaianku

kusederhanakan jua kata-kata
Tanpa bulan dan kristal-kristal angkasa
Tanpa bunga-bunga ladang dan hutan
Tanpa penggalan firman-firman Tuhan

      Tetapi memang habis sudah
      Bahasa indah untuk hadirmu
      Kecuali keindahan itu sendiri

      Miliku yang tak termiliki
      Atas milikmu yang tak memiliki
      Kepermilikan sifat-sifat azali


(Yustinus Setyanta)

.:: PELATUK ::.

Menjadi misiu
Pelauk jiwa sajakku
Melesat membidik sesuatu
Tinggal landas dalam lesatan menuju

     Mengarah
     Menusuk
     Selongsong tubuh
     Tak remuk,

Rasakan sejuk
Membias suasana
hati.............


                    (Yustinus Setyanta)




PEDULI DAN BERBAGI

Refleksi : 
     Bahwa dalam percaya, masih belajar dengan tergagap-gagap, aku masih demikian mudah dipengaruhi buju rayu yang menjauhkan diriku dari Allah. Aku demikin mudah tergiur dan tidak berdaya ketika tipu muslihat setan memperdayaku. Bahkan aku masih harus belajar banyak untuk berbicara dengan bahasa kasih. Bahkan aku, masih juga mempunyai kecenderungan untuk lebih mementingkan diriku sendiri. Peduli dan berbagi, menjadi hal yang justru aku hindari. Silahkan orang lain peduli dan berbagi untukku, tetapi jika aku yang harus melakukannya, ada banyak alasan untuk tidak melakukannya.

     Meski demikian, Dia dengan kasih-Nya mengutus Roh Kudus untuk membimbing dan mengarahkan aku supaya aku semakin percaya kepada-Nya. Maka tidak lain, aku hanya bisa membuka diriku pada keterlibatan Roh Kudus dan mengandalkan kasih karunia-Nya. Dengan seluruh kesadaran yang ada padaku, kuserahkan diriku pada penyelenggaraan-Nya. Melalui peristiwa demi peristiwa yang aku alami, Dia mendewasakan imanku, dan memperteguh kepercayaanku kepada-Nya. Kini dan selamanya tidak ada lagi alasan bagiku untuk meragukan diri-Nya.






(Yustinus Setyanta)

Senin, 20 April 2015

::. BARIS KECIL .::

Kujelang
Sinar fajar 
Mata berbinar 
Pikiran benerang

    Tanganku 
    Cangkul jitu
    Kerap menggali 
    Sajak dalam diri.





(Yustinus Setyanta)

EMPATI

Mungkin banyak dari kita yang ngeri dan bertanya -tanya, mengapa kriminal sebut saja begal motor, perampokan, pecopetan marak di banyak tempat, melakukan kejahatan dengan sadis, hingga orang luka parah bahkan kehilangan nyawa.

Kita dapat berduiskusi tak henti akar persoalannya mungkin karena ekonomi, persaingan dalam lapangan kerja, tiadanya peneladanan, survival hidup, dan banyak lainnya. Tetapi, secara piskologi, ada pertanyaan lebih mendasar: meski alasan-alasan di atas, menpapa harus melakukan kejahatan berkekerasan yang sadis?

Suatu konsep paling dasar tampaknya harus disinggung adalah 'empati'. Empati bicara menenai "kemampuan untuk melihat dan merasakan dunia dari sudut pandang dan penghayatan orang lain". Dapat dipilah dalam "empati kognitif" mengacu pada kemampuan manusia unuk mengambil perspektif mental dari orang lain dan "empati emosional" yang menunjuk pada kemampuan untuk dapat menghayati perasaan yang dirasakan oleh orang lain. Keduanya berbeda. Mengapa orang miskin mencuri, misalnya, "ia terpaksa mencuri karena rasa tidak punya pilihan lain, sementara ia harus makan, dan anak-anaknya harus makan, dan ia sudah pernah ketahuan, jadi ia memantapkan perilakunya mencuri". Ini contoh mengenai empati kognitif. Bila kita berpikir "kasihan sekali ya orang itu, terpaksa harus mencuri. Kalau kita ada di posisinya, bisa saja pusing dan bingung sekali melihat bayi menangis karena tidak memperoleh susu yang cukup, anak-anak lapar dan tidak bisa sekolah.....", ini adalah contoh empati emosional.

Pemahaman Kognitif.
     Empati atau pemahaman kognitif diperlukan agar kita dapat bertahan dalam dunia sosial yang sangat kompleks. Kita belajar dari dan menganalisa situasi yang dihadapi orang lain atau ada dihadapan kita untuk dapat mengatasi persoalan. Bila orang kuat dalam empati atau pemahaman kognitif tapi tidak punya empati emosional, ia dapat menjadi orang yang kompetitif, tidak peduli, dan melakukan pelanggaran-pelangaran yang merugikan orang lain bahkan dapat menuduk sekenanya beberbuat salah. Ini karena fokus perhatiannya adalah mencari pengetahuan untuk dapat menemukan peluang dan cara-cara menguasai kompleksitas hidup, bagaimana bisa memperoleh yang paling maksimal dengan cara yang paling strategis.
     Orang yang kuat dengan dominasi pengetahuan kognitif, tetapi berkekurangan empati emosional, mungkin tidak mengalami kebingungan menghadapi dunia sosial. Bisa jadi ia justru punya keterampilan sosial yang tinggi dan terlihat menarik. Mereka punya pemahaman kognitif yang baik sehingga memberikan kesan seolah sensitif atau peduli akan emosi orang lain, tetapi sebenarnya tidak demikian. Karena tidak punya empati emosional, orang-orang seperti ini tidak punya hambatan untuk mengambil manfaat atau melukai orang lain, sulit merasa bersalah, tidak punya perasaan.

     Ada pula orang yang mungkin tidak memiliki empati kognitif ataupun empati emosional. Orang seperti ini mengalami kebingungan memahami kehidupan sosial, tidak mengerti bagaimana harus menipu dan memanipulasi orang lain. Tetapi ia juga tidak mampu menghayati perasaan dan pengalaman orang lain. Mungkin saja ia melakukan ketahatan atau melukai orang lain. Tetapi, karena bukan orang yang pandai memanipulasi dan mengelabui, barangkali ia jadi orang suruhan saja, atau ikut-ikutan dalam kelompok, bukan jadi pemimpin atau otak kejadian.

Empati Emosional. 

     Jadi, empati yang selama ini sering kita bahas sebenarnya menunjuk pada empati emosional, dan ini pada umumnya terjadi. Tidak cukup untuk memiliki empati kognitif saja. Untuk hidup yang manusiawi, sangat penting untuk kita juga memiliki empati emosional, bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain: ikut gembira ketika orang lain mengalami keberhasilan dan mampu menghayati sakit dan kesedihan yang dirasakan orang lain. Memang empati emosional juga sangat tinggi bisa menganggu juga. Bayangkan bila kita mudah sekali tertular emosi negatif (sedih, takut, marah) atau sangat peka akan situasi yang dihadapi orang lain. Mungkin itu akan mengganggu dalam memfokuskan perhatian pada tugas-tugas kita dalam mengatasi persoalan yang kita hadapi sendiri.

Lantas, bagaimana pejelasannya, hingga ada orang yang tidak memilikinya, dan mampu melakukan hal-hal sang buruk kepada orang lain? Ada yang menjelaskan, kepribadian anti sosial mungkin merupakan strategi perkembangan diri individu yang rentan secara genetik akibat dipicu pola pengasuhan yang kacau atau buruk. Orang yang punya keterampilan tinggi memahami kondisi mental orang lain tetapi tidak punya empati emosional diduga mengembangkan karakteristiknya sebagai bentuk strategi hidup.

Otak-atik kita yang dimulai dengan keheranan menjelaskan fenomena kriminalitas, misalnya begal motor akhirnya merembet pada kasus-kasus kejahatan lain hingga kejahatan terorganisasi. Pelaku begal bisa jadi (meski tidak selalu) orang rendah dalam pemahaman akan situasi mental dalam empati akan kondisi emosional orang lain. Tetapi, orang yang berkehendak melakukan kejahatan canggih barangkali justru oran yang punya kemampuan tinggi dalam memahami kondisi mental orang lain. Muncul pertanyaan-pertanyaan baru: apakah pejelasan tidak ada atau hilangnya empati emosional selalu harus dikembalikan pada pola pengasuhan (individu) di masa kanak? Bagaimana dengan peran lingkungan sosial atau konteks lebih makro di masa remaja atau dewasa? Mengapa bahkan ada orang yang bersusah payah memilih untuk bergabung dengan kelompok yang mengambil ideologi kekekesasan sebagai dasar eksistensinya (seperti NIIS)?

Memang masih banyak yang belum dapat dijelaskan. Diperlukan piskologi yang interdishplin, yang terpapar pada berbagai cara berpikir dari disiplin ilmu lain, untuk dapat menjelaskan berbagai fenomena sosial khusus secara lebih komprehensif, dan menelurkan rekomendasi penanganan yang lebih tepat.





(Yustinus Setyanta)

::. RAHASIANYA .::

Aku begitu gesit, begitu riang
Rasa dirasa seperti kupu-kupu
Ada sayap tumbuh sepasang
Melesat terbang kemana mau dituju...

O, aku hampir bisa tahu
           Itu kamu
Rasanya jadi kupu-kupu
Sayap mengibas-ibas
Menguji kepekatan udara
Ada gaya tarik bumi
Rahasianya kamu
          Itu kamu
          Sebagai rahasia.




            (Yustinus Setyanta)

MEMPERCAYAKAN DIRI KEPADA-NYA

Kupegang sepepok uang di tanganku. Bukan aku yang membuat atau mencetak uang tersebut, tetapi orang lain yang memberikan uang itu kepadaku. Bukan orang tersebut yang mencetak atau membuat uang itu, tetapi ia mendapatkannya dari orang lain lagi. Bukan pula orang yang lain itu yang membuat uang, melainkan pemerintah yang mencetak dan memberikan uang itu kepadanya sebagai pembayaran gaji atas pekerjaan dilakukannya. Maka aku mampu memenuhi kebutuhan hidupku karena peran orang lain. Jika aku berbuat sesuatu kepadanya supaya aku mendapatkan uang darinya, maka jika aku yakin bahwa ia tidak mempunyai uang, aku tidak akan berbuat sesuatu kepadanya. Aku pun mulai memilih dan memilah dengan siapa aku akan berhubungan. Aku hanya akan berhubungan dengan mereka yang mendatangkan keuntungan bagiku, dan Allah, seoalah-olah tidak pernah berperan dalam hidupku, tidak terlibat dalam kehidupanku sehari-hari, tidak kusadari penyertaan -Nya dalam perbuatanku. Hidupku hanya berarti bagi diriku sendiri, bahkan aku senantiasa menuntut orang lain untuk berarti bagiku.

Kucoba untuk mengubah pola tersebut. Aku belajar untuk menjadi berarti bagi orang lain, tanpa pamrih. Aku tidak mengharapkan sesuatu darinya. Aku coba untuk menyerahkan segalanya kepada Allah. Aku yakin bahwa Dia akan mengirim orang yang lain lagi, entah siapa dan dengan capa seperti apa, akan berarti bagi kehidupanku. Aku mulai bekerja dengan sepenuh hati dan memandang bahwa apapun yang kuterima dari orang lain adalah dari Allah yang dikaruniakan kepadaku melalui mereka. Dalam setiap peristiwa, aku mulai merasakan kasih Allah yang senantiasa tercurah melalui orang lain.

Aku mulai menyadari bahwa semua tergantung pada apa yang bisa aku perbuat bagi orang lain. Apa yang bisa aku bagikan pada orang lain. Sungguh Allah Mahamurah, Dia akan senantiasa membawa orang lain untuk berarti bagi kehidupanku. Aku percaya tanpa syarat untuk mempercayakan diri kepada-Nya.


(Refleksi diambil dari Yoh 6:22-29)




(Yustinus Setyanta)

IMAN DAN AKAL

Iman dan akal acapkali dipertentangkan. Iman ada di satu ujung sementara akal ada di ujung yang lain. Kita menempatkan diri pada posisi di antara keduanya. Kadang kita ditarik untuk lebih akrab dengan akal, di saat lain kita ditarik untuk lebih dekat dengan iman. Sekalipun mungkin telah bertahun-tahun kita hidup sebagai orang beragama, namun kita masih juga belum mampu menempatkan aman dan akal dengan benar. Ada kalanya kita menjadi lelah, karena sekali melompat ke kanan lalu melompat ke kiri, melompat lagi ke kana ke kiri lagi, begitu seterusnya.

Iman adalah tanggapan, sementara akal yang selalu dikaitkan dengan pikiran dan logika dan proses. Iman adalah hasil dari sebuah proses dan bukan proses itu sendiri. Ketika Allah menawarkan karunia, kita menanggapinya dengan membuka diri terhadap tawaran tersebut. Karena keterbukaan inilah, maka Allah mengutus Roh Kudus untuk terus menerus menyampaikan karunia-Nya dan membimbing kita untuk berbuat sesuai dengan kehendak-Nya terhadap karunia tersebut. Maka tanggapan kita pun tidak berhenti pada sikap menerima, melainkan terus mewujud dalam bentuk ungkapan syukur, dalam bentuk ungkapan kasih kepada orang lain dan dunia. Dalam hal inilah akal kita kemudian ikut terlibat.

Bila disederhanakan, maka kita sampai pada sebuah kesimpulan; Iman memampukan kita merasakan kasih Allah, sementara akal memampukan kita untuk mengungkapkan kasih Allah. Terhadap iman, Roh Kudus membuka realitas kasih Allah yang secara terus menerus dianugerahkan kepada kita. Terhadap akal, Roh Kudus membimbing dan mengarahkan agar kita mampu mengunkapkan kasih-Nya sebagai wujud syukus atas iman kita. Karena iman kita, maka kita bisa melihat apapun yang kita terima, peristiwa dan situasi apapun yang kita alami sebagai anugerah Allah. Dengan bimbingan Roh Kudus, kita dimampukan untuk menyingkapkan dan melihat kasih Allah dalam setiap peristiwa yang kita alami. Dan melalui bimbingan Roh Kudus pula, akal kita dimampukan untuk mengungkapkan kasih tersebut kepada sesama dan dunia.

Iman dan akal bukan lagi merupakan dua perkara yang kita pertentangkan, melainkan menyatu dalam tawaran Allah. Dengan demikian, kita akan mengalami Allah dalam kehidupan kita apa yang diungkapkan oleh Kristus pun akan mampu kita hayati dan kita pahami dengan benar. Kita pun tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita.

Refleksi :
Kepercayaanku akan runtuh atau berkuran apa bila pengaruh akal dan logika yang kutempatkan untuk melihat, menganalisa apa yang harusnya aku terima dengan iman.







(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 18 April 2015

KAMERA

Kuangkat kameraku dan kujepret sebuah pemandangan. Saya sangat yakin bahwa yang ku jepret hari kemarin adalah pot bunga yang indah itu. Beberapa kuntum anggrek sedang memancarkan kelembutannya dan ingin mengabadikan memori manis dan indah ini. Namun hari ini ketika mengambil hasilnya dari toko cetak photo itu ternyata apa yang kuperoleh amatlah berbeda. Pot bunga itu nampak amat kabur. Keindahan anggrek cuma nampak samar-samar. Sementara obyek lain yang berada jauh di belakang pot itu justru amat jelas kelihatan tanpa catat dan cela.

Kecewa....!!! Mengapa setiap kali membidik sebuah obyek selalu saja nampak kabur??? Mengapa hasil jepretan tangan orang lain selalu nampak indah mempesona?? bertanya diri. Ketika sekali lagi memperhatikan kameraku, menjadi sadar. Ternyata diriku yang amatir ini belum mahir mengontrol fokus kameraku. Bukan gerakan tangan saat menjepret, bukan posisi berdiri, jongkok atau duduk yang mempengaruhi hasil sebuah bidikan, walau itu kadang juga penting. Tapi fokus kameralah yang amat menentukan. Diriku masih harus belajar lagi....

Sebuah cakrawala baru kini terkuak lebar di depanku, saat aku memperhatikan photo-photo itu. Ternyata hidupku juga bagai menjepret sebuah pemandangan yang menuntut ketrampilan mengatur fokus. Kuharus belajar lagi dan lagi untuk menentukan fokus kamera hidupku setiap hari. Saya berbisik pada diriku.
---------------
Temanku!! Saya yakin....anda yang profesional tahu maksudku!!!




(Yustinus Setyanta)

Jumat, 17 April 2015

ATAS NAMA CINTA

     Atas nama cinta kadang aku justru menjajah - membelenggu orang yang aku cintai. Bukan bagaimana aku membahagiakan - membuatnya nyaman orang yang aku cintai tetapi bagaimana dia bisa membahagiakanku - bagaiman di bisa membuat aku nyaman. Terkadang pula aku menggangap bahwa orang lain terutama mereka yang dekat dengan ku - orang yang aku cintai - keluargaku adalah obyek-obyek yang aku tuntut untuk berbuat dan bersikap sesuai demgan yang aku inginkan. Jika dia tidak melakukan, menuruti sesuai yang aku inginkan - sesuai dengan kehendak hati ku yang membuat nyaman. Jika dia bersikap tidak sesuai dengan yang aku harapkan akan kemauan ku, aku menilainya salah. Ukuran benar adalah keinginan ku dan harapan akan kemauan ku. Sementara yang menjadi dasar dari keinginan dan harapan kemauanku adalah kepentingan ku, yah aku sedemikian terjebak pada kepentingan diri sendiri. Aku memandang dan melihatnya tidak dengan kacamata Tuhan melainkan kacamat kepentingan diri sendiri yang menyenangkan aku.

     Sebagai orang kristiani hal demikian menjauhkan aku dari percaya dan yakin pada peran Roh Kudus yang ada dalam dirinya yang senantiasa membimbing, menuntun, menolong orang. Ketika aku melihat kedalam antara diriku dengan orang-orang farisi, ternyata aku lebih farisi dari orang farisi. Aku demikian takut kalau sampai bertemu dengan-Nya. Aku tidak membayangkan bagaiman Dia akan mengecam aku. Namun pertemuan itu tidak mungkin aku hindari. Aku tidak mungkin bersembunyi dari-Nya. Maka yang bisa aku lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk mendegar kecaman-Nya pada diriku. Ketika aku bertemu dengan-Nya, sungguh tak ada lagi yang bisa aku katakan kecuali menunduk dan menunduk semakin dalam.

     Aku sadari bahwa mereka semua yang ada dalam keluargaku - mereka yang aku cintai - lahir sebagai manusia - sendiri dan pada akhirnya dan akan menghadapi kematian, sakit sendiri pula. Tengang waktu antara mereka adalah dan sampai meninggalkan dan sepenuhnya mereka sebagai pribadi yang khas dan unik. Sepenuhmya mereka berhak untuk terus dan tambah berkembang menjadi sebuah pribadi. Maka jika karena aku mereka yang ada dalam keluarga ku, yang aku cintai tumbuh dan berkembang sama halnya aku telah membelenggu dan membebani, menjajah orang yang aku cintai. Dengan mengatas namakan cinta "bahwa aku mencintaimu, bahwa aku menyayangi mu ini demi kebaikan mu, ini .........." pada hal jika aku melihat kedalam diriku sendiri, menilik diriku sendiri itu hanya untuk kepuasan pada apa yang aku inginkan, pada apa yang aku harapkan pada kemauan kerasku supaya dia mau menurutiku, aku tidak menilik terlebih dahulu sebelum menasehati orang yang aku cintai, adakah itu benar-benar tidak membebani, membelenggunya, menggekang atau benar-benar memberi dukungan.

Sebuah keluarga. Sebuah hubungan cinta asmara adalah untuk bersama tumbuh dan bukan untuk saling mengerdilkan, untuk melangkah bersama kepada Allah dan wahana untuk bisa menjadi murid-murid Tuhan yang lebih baik dan bersama-sama mengarkan hidup kepada Allah.










(Yustinus Setyanta)

::. AKSARA JIWA .::

Fajar hilang
    tersaput kabut
Embun sirna
    terhanyut hujan
Bianglala pudar
    tertutup mendung

Kala dinding hati meredup
Asa di dada makin meletup
Ketika rasa di jiwa nelangsa
Angan semakin membahana

          Bait goresan hati terucap
          Karena rasa tak terungkap
          Berilah nafas di tiap aksara
          Agar terbaca cerminan jiwa


(Yustinus Setyanta)

Rabu, 15 April 2015

# KUNANG KUNANG #


Siang bergerak menuju petang
Kemudian bayangan siang hilang
Malam pun tak berbintang

Cahaya kecil terang melayang
Itulah cahaya seekor kunang-kunang
Perlahan-lahan terbang.

Aku ingin berdiri
Berjalan dan berlari
Dan melayang tinggi
Mengikuti ke mana engkau pergi
Hingga kita lelah sendiri.

     Seketika aku terhenti
     Kunang-kunang tak sendiri
     Namun aku dapat menyadari
     Ke Indahan kan terus menerangi
     Bayang-bayang ku di malam ini

Ku tau kunang-kunang tak selamanya menemani
Kunang-kunang 'kan segera pergi
Hanya dinginnya malam yang menyelimuti
Namun biarlah sekedar ku nikmati
Walau hanya menghapus sunyi.

******************

Mengapa kunang-kunang dapat memancarkan cahaya pada perutnya?
Kunang-kuanang dapat menghasilkan cahaya dari tubunhnya. Pada tubuh kunang-kunang tersebut terjadi reaksi kimia yang dapat menghasilkan cahaya yang disebut proses bioluninescence.

Di dalam sel pada perut kunang-kunang terdapat zat kimia luciferin yang ketika bereaksi dengan gas oksigen akan menghasilkan cahaya. Cahaya yang dihasilkan berwarna kuning akak kehijauan.

Pada bagian perut kunang-kunang juga terdapat bagian yang mengatur jumlah oksimgen yang masuk ke dalam sel, sehingga berfungsi seperti saklar lampu dan cahaya dari tubuh kunang-kunang akan berkedip-kedip. Ketika banyak oksigen pada sel, tubuh kunang-kunang akan menyala sedangkan ketika tidak ada oksigen tidak ada cahaya yang di hasilkan.


(Yustinus Setyanta)

Selasa, 14 April 2015

ys















""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""









'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''












'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

Amin.

Minggu, 12 April 2015

MENTOR

Awal April 2015, saya berjumpa dengan seorang anak usia belasan tahun di bilang Jl. I Dewa Nyoman Oka Yogyakarta, tergopoh-gopoh menjinjing tas besar berisi buku-buku pelajaran. Saya menanyakan kepergiannya dan dia menjawab, "Om, saya hendak pergi ke mentor saya!" saya sedikit kaget dengan kata mentor itu dan tidak lama kemudian, anak ini berbelok ke sebuat tempat bimbingan belajar.

Saya baru tanggap bahwa yang namanya mentor itu adalah pembimbing. Seperti banyak penyebutan Tentor. Mentor-dalam buku The Odyssey tulisan Homerus (kurang lebih abad ke-8 SM) menunjuk kepada seorang pembimbing yang diminta mengasuh putra Odysseus, yang bernama Telemachus. Sang mentor juga menasihati Telemachus bagaimana sebaiknya dan seharusnya hidup sebagai pangeran.

Selain mentor, kita mengenal pedagogi yang merupakan istilah dalam Yunani Kuno. Kata pedagogia itu berasal dari kata paeda gogos, biasanya diterapkan kepada budak yang mengawasi pendidikan anak-anak majikannya, termasuk di dalamnya mengatarkan ke sekolah atau tempat latihan, mengasuhnya dan membawakan perbekalan (seperti membawa alat musiknya). Paedagogos berasal dari kata pain yang berarti 'anak' dan agogos yang berarti 'memimpin' atau 'membimbing'. Dari kata itu, lahirlah istilah pedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dasarnya, setiap manusia itu -- seharusnya -- memiliki pembimbing. Ketika saya masih kecil, mamah (ibu) saya bilang, "Nak, ke mana pun engkau pergi, selalu ada malaikat pamomong di sampingmu maka jagalah dirimu baik-baik." Mala'ikat dalam bahasa Arab mengandung arti mendampingi, menolong, melindungi, terutama saat berbahaya. Pinokio, sebuah novel tulisan Carlo Callodi (1826-1890), juga mengisahkan seorang boneka kayu yang senantiasa didampingi Cricket atau Jangkrik. Sebenarnya Callodi hendak mengatakan Cricket itu ialah hati nurani. Dalam dunia pewayangan kita mengenal ponokawan (pono =mengerti, dan kawan = sahabat). Ponokawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) ialah pamomong para Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) yang berhati mulia. Sang pamomong atau pembimbing membawakan mereka pada jalan yang benar yang tentunya penuh dengan perjuangan. Dalam bahasa Jawa namaya among yang kemudian muncul kata momong yang berarti mengasuh anak kecil.

Ketika dulu saya menjadi siswa di salah satu sekolah berasrama yang dikelola oleh para Yesuit, para siswa diwajibkan memiliki pembimbing rohani. Di asrama lain, pembimbing itu disebut direktur yang tugasnya mengarahkan (direk = arah). Para siswa juga menginginkan keteladanan hidup dari para pembimbing atau direktur.

Untuk zaman mutakhir ini, setiap orang memiliki mentor. Kebanyakan orang ingin hidup terarah. Untuk mentukan arah hidup, dibutuhkan pembimbing atau direktur. Mentor bagaikan teman seperjalanan di dalam dunia yang penuh hiruk pikuk. Namun, zaman sekarang ini mentor kita bisa tidak kasatmata. Itulah yang namanya "Mentor Virtual". Orang dengan mudah mencari informasi di internet. Ada sesuatu yang mengganjal, tinggal klik, muncullah jawaban dari sang 'mentor'. Mentor zaman sekarang ini, sepertinya, lain dengan zaman Yunani Kuno.








(Yustinus Setyanta)

::. SATU DALAN ASA DAN RASA .::

Kala tergelar permadani cinta
Ketika terbentang tirai rindu
Maka merajut mahligai asa
Dan menata di ruang kalbu

Selimut sayang hangatkan jiwa
Kelambu kasih tentramkan hati
Sulaman cinta damaikan rasa
Tenunan rindu buaikan mimpi

Saat semua tertata sempurna
Takkan ku biarkan begitu saja
Ku tau bukan insan sempurna
Tapi ku punya tulus-nya cinta

Dan harap untuk slalu bahagia
Moga kau rasa hal yang sama
Dan satu dalam asa dan rasa
Sekarang, nanti & selamanya


                  (:Yustinus Setyanta)

Sabtu, 11 April 2015

::. RATAPI SUNGAI .::

Tak ada lagi anak-anak berani mandi
Di sungai-sungai yang dicemari sampah ini
Karena airnya telah bau aneka limbah
Dari kehidupan yang semakin payah...

Maka meratapi sungai-sungai
Meski airmata tak akan memadai
Menawarkan air menjadi bening lagi
Menghidupkan ikan yang telah mati...

Jika sungai telah kehilangan ikan
Dan airnya pun bercampur kotoran
Maka siapa yang tidak akan
ketakutan...


(Yustinus Setyanta)





Jumat, 10 April 2015

PRAWEDDING?

Beberapa pekan lalu, saya pernah mendapatkan kiriman bebeberapa lembar foto dan kartu undangan dari salah seorang teman yang akan menikah. Penampilan kedua sejoli itu tampak ceria dan anggun. Setelah membolak-balik foto itu, ada sesuatu yang menggelitik. Pada foto itu tertera tulisan pra-wedding. Kelang waktu tidak lama kemudian ada teman saya berkomentar. Rupanya dia terusik tentang pemakaian kata yang tepat: prawedding, prewedding, atau pre-wedding? Teman saya yang usil itu bahkan menawarkan alternatif lain, pranikah atau prakawin.

Dalam berbahasa memang sering kita menemukan pemakaian kata yang tujuan atau artinya sama, tetapi penulisannya berbeda. Anehnya, para pengguna bahasa memakainya secara bergantian dengan tidak memedulikan penulisan yang benar. Sekedar contoh, ada orang menusis kharisma yang seharusnya karisma, resiko mestinya risiko, dan otentik yang tulisan bakunya adalah autentik. Hal yang sama juga terlihat pada pemilihan kata prawedding, prewedding, atau pre-wedding.
Ketiga kata yang dicontohkan itu sama-sama dibentuk dari kata wedding dan pra- atau pre-. Khusus untuk kata prawedding, ada hal yang menarik sebagai bahan perbincangan. Di dalam prawedding, unsur pra adalah bentuk terikat yang sudah diterima sebagai kosakata Indonesia yang digabungkan dengan wedding (inggris). Sesuai dengan kaidah ejaan, jika unsur kosakata Indonesia diimbuhkan pada kosakata asing, penulisannya mestinya pra-wedding sebagaimana men-charter dan di-booking. Perihal pre-wedding penulisannya juga masih kurang tepat. Karena sama-sama berasal dari kosakata asing, pre- dan wedding seharusnya dirangkaikan sebagaimana prewedding outdoor.

Masalahnya sekarang mengapa kita harus menggunakan istilah asing, prewedding? Apakah tidak ada padanannya dalam hahasa Indonesia? Adakah kaitannya dengan sikap bahasa atau sikap budaya yang menomerduakan produk anak negeri jika dibandingkan dengan produk asing? Bisa jadi! Sebagaimana kita ketahui, dalam bahasa Indonesia prefiks pre- bersinonim dengan pra yang sama-sama berarti 'sebelum'. Kata asing, wedding, searti dengan nikah atau kawin. Oleh karena itu, prewedding akan lebih baik jika diterjemahkan menjadi pranikah sebagaimana penulisan prakata, prabayar, prapilkada, dan prasejarah.

Perlu dikemukakan bahwa bahasa Indonesia ada sejumlah unsur atau bentuk terikat yang bersumber dari bahasa asing, misalnya non-, inter-, semi-, sub-, trans-, tri-, catur-, panca-, anti-, infra-, termasuk pra-. Setelah bentuk terikat itu berterima sebagai kosakata Indonesia, kedudukan dan sistem ejaannya diperlakukan seperti penulisan prefiks, misalnya nonstop, caturwulan, pascabayar, internasional, pancalogam, transformasi, semiporfesional, dan subtema. Jika unsur terikat itu dilekatkan pada kata yang berhuruf awal kapital, perlakuannya juga seperti penulisan prefiks, misalnya ber-Pancasila dan di-PN-kan. Jadi pasca-, non-, pro-, dan anti- yang diimbuhkan dengan nama diri atau singkatan akan menjadi seperti gasca Sumpah Pemuda 1928, non-Amerika, pro-ASEAN, dan anti-ISIS. Kerapian berbahasa itu tentu tidak akan terganggu apabila kita memahami kaidah ejaan yang disempurnakan (EYD) dan tidak enggan membuka kamus (KBBI).
Sekian bidasan bahasa secara singkat











(Yustinus Setyanta)

::. MERATAPI HUTAN .::

Hutan Pinus Imogiri
Bantul - Yogyakarta
Tak usah bertanya lagi
Siapa menebangi pepohonan
Karena hutan terlanjur gundul begini
Dan satwa-satwa telah dipunahkan

Aku akan meratapi hutan
Agar airmata berlinangan
Menyirami benih-benihan
Yang tumbuh bersama harapan

Jangan menganggap sia-sia airmata
Ketika kejahatan telah merusk semesta
Karena airmata menyimpan cahaya nurani
Untuk memperpanjang sejarah insani

Jika hidup tanpa airmata
Manusia bisa kehilangan cahaya
Dunia menjadi gelap gulita
Maka biarlah aku meratapinya


(Yustinus Setyanta)

""""""""""""""""""""

Hutan Pinus Imogiri terletak di Bantul dekat dengan arah menuju Kebun Buah Mangunan. Di perempatan terminal giwangan ambil arah menuju Jalan imogiri timur. Ikuti jalan saja hingga menemukan petunjuk arah menuju Kebun Buah Mangunan. Mendekati Kebun Buah Mangunan ada pertigaan menuju arah Terong/Patuk dan Dlingo temuwuh, lalu ambil arah menuju Terong/Patuk, Hutan Pinus ada di sebelah kanan jalan. Tidak ada retribusi untuk masuk ke Hutan Pinus ini, cukup membayar biaya parkir kendaraan saja.

Hamparan pemandangan hijau yang membentang seolah tak pernah henti-hentinya memanjakan mata, ditambah sejuknya udara siap memikat hati untuk berkunjung ke hutan dengan jenis tanaman yang seragam ini sembari melepas hiruk pikuk dan kebisingan kota. Suasana menjadi berbeda saat saya memasuki hutan pinus ini, dengan pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, sangat rimbun dan sejuk udara disini. Saat angin bertiup terdengar suara ranting-ranting pohon pinus yang saling bergesekan. Terkadang suara yang dihasilkan agak mengerikan juga seperti gemuruh yang tak henti.

Kamis, 09 April 2015

::. GERHANA JIWA .::

Jiwamu akan menjadi hitam
Seperti bulan dimakan gerhana
Ketika nafsu, ambisi semakin mengetam
Dan nurani terus-menerus merana

Aku melihat gerhana
Menghitamkan banyak jiwa
Lalu banyak manusia kehilangan muka
Memenuhi menara-menara di kota-kota

Para anak-anak juga bisa dimakan gerhana
Lalu masa depannya menjadi gelap gulita
Setelah sekolah-sekolah berubah menjadi pasar
Dan guru-guru beralih status menjadi makelar

Cucu-cucu kita juga bisa dimakan gerhana
Kemudian hidup bagaikan drakula
Setelah arah tak bisa lagi dipetakan
Kiri dan kanan sama-sama membingungkan.


(Yustinus Setyanta)

Rabu, 08 April 2015

PERSIMPANGAN

 Bicara soal persimpangan teringat pada kota semarang yang terkenal dengan simpang limanya. Dalam hidup pun kadang kala dimikian. Saat berada di persimpangan, aku dihadapkan pada dua pilihan: mendekat kepada-Nya atau mendekat pada dunia. Acapkali aku lebih memilih mendekat pada dunia. Apa yang ditawarkan oleh dunia, menurut pandanganku lebih menarik dan menyenangkan. Namun saat kusadari bahwa apa yang ada di dunia ini suatu saat nanti akan berakhir, tawaran dunia ini tidak abadi adanya, aku mulai berpikir. Kembali aku dihadapkan pada persimpangan, mendekat kepada-Nya ataukan terus melaju mendekati dunia?

Dia menjanjikan hidup kekal kepadaku, hidup yamg tidak terbatas oleh kenyatan duniawi. Sekalipun dunia ini hancur, sekalipun raga ini mati, namun hidup yang Dia karuniakan tetap ada padaku. Kuputuskan untuk mendekati Dia dengan melakukan dan menuruti apa yang Dia sabdakan. Meski aku hanya bisa melakukan sedikit demi sedikit, meski aku belajar dengan tergagap, tetapi karena kasih-Nya, Ia senantiasa setia membimbingku, aku pun semakin berani mempercayakan diriku kepada-Nya. Di setiap persimpangan, dengan mantab aku memilih jalur yang membuatku semakin dekat dengan-Nya



(Yustinus Setyanta)

::. DAUN-DAUN SABDA .::

Melayang-layang daun sabda
Raihlah daun rendamkan sarinya
Mengambang butiran iman
Bulatkan iman dalam sabda suci, Tuhan

Renungkan dengan rendah hati
Sabda suci usaha yang sakti
Melayang daun-daun sabda
Memupuk bumi yang mendamba-Nya













(Yustinus Setyanta)

Senin, 06 April 2015

::. GERHANA BULAN .::

Rembulan bisu mengambang di balik tirai samar
Perlahan lenyap ditelan gelap ruang kamar
Dalam pagut panjang bibir yang bergetar
Seberkas sinar memancar pun memudar
Dibuai waktu sawah, ladang pun menjadi liar membelukar

Di ufuk langit bulan lenyap dibekap gelap gerhana malam
Rindu demi rindu bercengkrama bebas di atas tilam
Sepasang kekasih saling berpelukan erat di balik pohon palm
Saling menggenggam erat bara api dahaga hingga padam
Padam oleh tikam maut belati malam yang menghujam

Merpati putih yang terbang jauh kembali pulang
Membawa bangkai sampan yang karam ditangan petualang
Angin barat menghembus nilai-nilai timur bagai layang-layang
Mematahkan jemari lentik melati suci yang tumbuh menjulang
Perahu sampan menggiring hati hingga ke puncak gelombang

Gerhana malam membuat rembulan terkulai pucat pasi
Bagaikan serigala liar, tangan-tangan birahi segera terjulur menjuntai
Menanggalkan lembaran pakian tidur helai demi helai
Dikegelapan simfoni malam pun mengalun, bergema hingga ke bukit dan ngarai




(Yustinus Setyanta)

Jumat, 03 April 2015

::. BENANG-BENANG JINGGA .::

Ke mana kau melangkah pergi,
Lembah demi lembah kau susuri
Laut demi laut galau kau selami
Malam demi malam kau isi mimpi

Ke mana kau melangkah berjalan
Angin demi angin kau hembuskan
Kabut demi kabut kau sibakkan
Senja pancarkan jingga kehagatan

     Bersamamu kuukir sebuah nama
     berselimut benang-benang jingga
     yang akrab terasa
     kini dan seterusnya
     membuatku terlena
     oleh hangatnya cinta
     seorang dara cina

(Yustinus Setyanta)

::. HAKIKAT KATA .::

Apa kata!!
tentang "kata"?
Paradigma saja
tak tertata

Apa katanya!!
tentang "kata"?
dengan mata
pun tak terbuka,

      Apa apa kita berkata,
      "tak apa apa katakan 'kata'
      Masihkah menahan kata!
      untuk satu dalam barisan,

Pasukan berani mati untuk para jelatah
kita ini hidup dalam tata jelata
Masyarakat penuh airmata.
masihkah kita menahan kata!

      anak-anak, ibu, ayah, saudara!
      sekarang angkatan manusia berkata,
      bukan lagi perang bersenjata,
      bukan pula gejolak cinta.

      Pikiran, kata, dan bantahan
      "kami anak-anak pembawa realita tentang kata,
      Demi bangsa,
      demi peradaban nyata"


(Yustinus Setyanta)

Kamis, 02 April 2015

::. GENERASI - 2 .::

Mereka lahir dijaman modern
masa kecil dinyanyikan lagu cinta
tontonannya realita kehidupan
ia merasa dewasa sebelum waktunya

Ia bimbang para tetua bilang
anak sekarang cepat matang
menggunakan kemajuan zaman
tapi ia bilang masa kecilku tak membahagiakan

Ada benarnya ucap mereka
otak s'lalu berfikir instan
tak mampu menciptakan alat main
dengan kedua tangannya

Kreatifitas tersumbat
terikat zaman, terjerat dunia barat
untuk apa segalanya punya
bila hanya memakai yang aku bisa
ia ingin berada di masa kecil mereka


(Yustinus Setyanta)

Rabu, 01 April 2015

4 baris

Secangkir kopi awali pagi...
Hidupkan semangat menyambut hari...
Nyalakan rokok sesudah makan roti...
Picu kembali daya kreasi..



::. YANG TAK SEMPURNA .::

Saat senja datang mengusir siang
Mereka bilang kau malam tanpa bintang
Kita beda, tak sama, apalagi sempurna
Tapi masih bisa bermakna

Semerbak bunga tanpa mahkota
Seperti kereta tanpa roda
Ku coba gali lagi susunan bumi
Mencari arti fakta lebih terperinci

      Mereka memberi seribu alasan
                          kalau kamu buruk
      Tapi aku cinta semua walau kau tak berbentuk
                         akui kalau tak sempurna
                         dan yakini masih bisa bahagia

      Maski lemah
            masih bisa menjadi kukuh
      Meski rapuh
            tetap hal yang terindah

Kita
     yang tak sempurna
Oleh....
     "Karena itu haruslah kamu sempurna,
      sama seperti Bapamu yang di sorga
      adalah sempurna."
     (Matius 5:48)

(Yustinus Setyanta)




RENUNGANKU "YANG TAK SEMPURNA"

"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48)

     Membaca ayat diatas, kita mengetahui bahwa adalah kehendak Tuhan supaya setiap aku menjadi sempurna. Bukan hanya sempurna menurut pandangan kita manusia, namun sempurna sama seperti bapa Bapa. "Hah?? Mana mungkin kita bisa jadi manusia yang sempurna sama seperti Bapa?" Bisa jadi itu yang di pikirkan ketika pertama kali membaca ayat ini. Namun, faktanya, jika Yesus mengatakan demikian, maka "menjadi sempurna seperti Bapa" bukanlah hal yang mustahil bagi kita. Jika kita mencoba untuk menjadi sempurna dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak akan pernah mencapai kesempurnaan sesuai dengan standar yang Tuhan berikan dalam ayat diatas. Dan perlu diingat, untuk menjadi sempurna berbicara mengenai Tanggung jawab dan keputusan.

Jadi, kesempurnaan ini bukanlah sesuatu yang bisa kita terima begitu saja tanpa melakukan apapun. Mari kita pahami lebih dalam ayat diatas. Ada dua hal yang bisa kita temukan dari ayat tersebut.
1. IDENTITAS
    "seperti Bapa yang di sorga adalah sempurna" bisa dipahami bahwa Bapa adalahsumbser (source) dari Kkesempurnaan itu sendiri. "Anak" memiliki artian "diambil dari Bapa". Maka dalam ayat tersebut, Yesus menunjuk kepada Tuhan Allah yang merupakan Bapa kita. Secara sederhana, jika "Bapa" memiliki artian "sumber" dan "Anak" memiliki artian "diambil dari sumber", maka seperti ungkapan, "like Father like Son" berlaku atas hidup kita. Karena "Bapa" kita adalah Pribadi yang sempurna, demikian pula kita, anak-anak-Nya sudah seharusnya sama seperti Bapa kita, yang sempurna adanya.
2. TELADAN
    Perkataan Yesus, "sama seperti Bapamu" memiliki arti yang sangat sederhana, dimana Bapa seharusnya menjadi teladan bagi setiap ku. Yesus pun meneladani apa yang Bapa lakukan. Kita bisa melihat di Yohanes 5 : 19, "......sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak." Mungkinkah meneladani Bapa seperti Yesus telah meneladani Bapa? Kita tahu bahwa ketika Yesus hadir di dunia dan menanggalkan keilahian-Nya..Ia menjadi 100% manusia dan Ia dalam tubuh manusia-Nya menunjukkan kepada kita bahwa seperti halnya Dia bisa meneladani Bapa..demikian pula kita manusia bisa meneladani Bapa yang sempurna. Setiap kita yang sudah Ia tentukan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Roma 8 : 29), bisa menjadi pribadi-pribadi yang sempurna seperti halnya Bapa dan Yesus yang sempurna karena identitas kita di dalam Kristus dan Ia sendiri telah menjadi teladan bagi setiap ku.











(Yustinus Setyanta)