Senin, 30 November 2015

PARADOKS

Hujan telah mencintaimu tanpa kata-kata 
serupa kemarau menyayangimu tanpa dusta 
Di sebelah mana kita letakkan kacamata 
di situ sisi mata uang tergambar jelas, nyaris tanpa rekayasa




















(:Yustinus Setaynta)

NARWASTU

Apakah itu rambutmu yang berkibar 
disisir angin timur 
hingga aku teringat sulur 
sulur melambai di rumpun belukar 

Yang dikerumun sekelumit andai 
di lembah pencarian tersamar
 bayang diri menjura 
dalam tualang risau usia

Aku hirup aroma yang memanggil tarian 
lingkar gerak menghisap keberadaan
yang linglung di ujung panggung 
seperti berharap ada perjamuan 

Di keluasan alam terbuka 
di padang padang rumput menyala 
sembari menambatkan langkah senja 
mendekat dan menghamburkan dekap

Adalah kejumudan dalam meraba 
pusaran elegi pada putaran jam 
yang bergumam lirih menahan perih 
waktu tersangkut jejarum tafsir 
dari sepetir penglihatan yang ledak 
terikut kata kata mendesak 

Belum tertapakkan juga irama 
karena cuaca meliburkan keberanian
untuk menerjemahkan isyarat 
yang dikirimkan tangan gaib
hingga aku pun termangu kelu 
dan tak tahu mesti bertanya kepada siapa 

Sampai merasakan ada helai sepoi 
apakah itu benar kibaran rambutmu 
yang kini mulai melingkari leherku



(:Yustinus Setyanta)

Sabtu, 28 November 2015

TAK GOYAH

Semua angin yang datang merasuk ke tubuhku,
Tidak satu anginpun yang dapat menggoyahkan batinku,
Aku begitu tenang dan damai disini, 
Batinku seimbang laksana gunung kokoh yang berdiri menjulang tinggi




























(Yustinus Setyanta)

Kamis, 26 November 2015

BAU

Bau; apa yang dapat 
ditangkap indra penciuman 
Kerelaan baru yang semerbak akibat 
terpikat sari jamur dan derai hujan

Bau-bauan dicintai hidung 
Hidung yang ingin tahu 
Apak dibenci hidung 
Hidung yang tak mau tahu

Namun tahukah? 
Ada baunya mengeluarkan bau 
Busuk tidak berbangkai 
Tak tertangkap hidung 

Aku dapat mencium hal itu
Tapi biarlah, toh
Kita juga sama-sama mengeluarkan
bau kentut












{:Yustinus Setyanta}

TOMBOL WINDOWS


Berikut ini beberapa kegunaan tombol windowa pada keybord komputer

1. Jika mau meninggalkan mejamu sebentar, kamu bisa menekan tombol Windows dan tahan kemudian tekan L, dengan begini layar kamu akan terkunci dengan sendirinya, tidak perlu khawatir ada yang menyalahgunakan komputermu.
2. Ketika mau cari dokumen, orang biasa akan membuka "My Computer". Bagi professional, dia akan menekan tombol windows+E, dan akan langsung masuk ke PC Manager.

3. Bos datang ketika sedang asik main main game! Bagaimana? Jangan gegabah! Langsung tekan windows+D, maka akan langsung masuk ke dekstop!

4. Trik – trik yang mewah, tekan windows +tab, layar kamu akan terganti menjadi 3D

5. Alat perekam di dalam windows. Tekan saja windows+R dan ketik psr.exe, setelah itu kamu bisa langsung memulai rekaman.

6. Windows +R dan masukan osk, layar kamu akan muncul keyboard virtual!

7. Gambar / tulisan di layar terlalu kecil, tekan windows ditambah "+" atau"-" ,dan kaca pembesar akan muncul di layar, dan bisa memperbesar atau memperkecil gambar di layar!

8. Sekarang ini computer kita banyak program, contohnya ID, dan kita akan membuka banyak halaman di browser kita. Dengan ctrl+Tab, kita bisa menukar halaman di browsermu. Dan tekan ctrl+w, bisa langsung menutup halaman yang sedang dibuka.

9. Ctrl+Esc memunculkan layar Start

10. alt+space+c menutup halaman yang sedang dibuka.

Semoga Bermanfaat.













(Yustinus Setyanta)


Senin, 16 November 2015

IDIOM

     Idiom (dari bahasa Belanda: Idioom; bahasa Latin: idioma, "properti khusus"; bahasa Yunani :  ἰδίωμα - "ungkapan khusus") adalah ekspresi, kata, atau frasa dengan makna kiasan yang dipahami dalam kaitannya dengan penggunaan umum bahwa ekspresi yang terpisah dari arti harfiah atau definisi dari kata-kata yang dibuat.Selain itu, idiom adalah ekspresi, kata, atau frasa yang masuk akal berarti sesuatu yang berbeda dari apa kata-kata secara harfiah berarti. Idiom "berbelit-belit" berarti petunjuk atau mendiskusikan miring, tidak ada pemukulan secara harfiah setiap orang atau benda, dan semak adalah metafora. Ketika pembicara menggunakan idiom, pendengar akan salah arti sebenarnya, jika ia tidak mendengar kiasan sebelum. Idiom biasanya tidak diterjemahkan dengan baik, dalam beberapa kasus, ketika idiom diterjemahkan ke bahasa lain. , baik artinya berubah atau tidak ada artinya.
    
     Idiom adalah satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Idiom merupakan perpaduan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. 
Contoh idiom adalah membanting tulang, panjang tangan, dan tebal telinga.

     Idiom memunculkan makna baru yang tidak dapat secara langsung ditelusuri dari kata-kata yang digabungkan. Contoh, kaki tangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan 'kaki' dan 'tangan'.


















(Yustinus Setyanta)



KATA MAJEMUK DENGAN FRASE

Pendahuluan

     Dalam kajian morfologi bahasa Indonesia, tentu yang kita bicarakan tidak akan lepas dari kata majemuk dan juga frase. Selain itu dalam lingustik juga mengenalkan kita pada terjadinya kata majemuk, ciri-ciri, serta bentuk perulangan pada kata majemuk.
Dalam bahasa Indonesia pembentukan kata majemuk sering disebut sebagai proses komposisi. Komposisi membentuk makna baru dari persatuan dua kata, sedangkan frase hanya memiliki satu fungsi dalam deretan kata-kata.
     Produktifitas proses komposisi dalam bahasa Indonesia sering menimbulkan berbagai masalah dan pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain, masalah kata majemuk, aneksi, dan frase.
     Kata majemuk didalam bahasa Indonesia memang memiliki banyak tentang konsepnya yang masih simpang siur. Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa kata majemuk adalah sebuah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya.
Linguis kelompok lain, ada juga yang menyatakan sebuah komposisi adalah kata majemuk kalau identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsur-unsurnya. Umpamanya, bentuk lalu lintas mempunyai unsur lalu yang berkategori verba dan unsur lintas yang juga berkategori verba. Namun, komposisi lalu lintas itu tidak berkategori verba, melainkan berkategori nomina, seperti dalam kalimat lalu lintas di Jakarta sekarang sangat padat.


Pembahasan

Pengertian Kata Majemuk
     Arti kata majemuk adalah penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru.
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa Komposisi terdapat dalam banyak bahasa atau tidak melampaui batas subjek atau predikat dengan kata lain : sifatnya tidak predikatif. Misalnya, lalu lintas, rumah sakit,dan meja hijau dalam bahasa Indonesia; bluebird, greenhouse, dan blackboard dalam bahasa Inggris.
Kata majemuk berasal dari penggabungan unsur-unsur yang menjadi satu dan membentuk makna yang baru. Pada tata bahasa structural menyatakan suatu komposisi disebut sebagai kata majemuk apabila diantara unsur-unsur pembentuknya tidak dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak komposisi tersebut.
Ciri-ciri Kata Majemuk
  a. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
  b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik
      keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
  c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
  d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
  e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).

Bentuk Ulang Kata Majemuk
      Pada dasarnya karena kata-kata majemuk membentuk suatu kesatuan maka bentuk-ulangnya harus secara penuh yaitu diulang keseluruhannya. Contoh: rumah sakit-rumah sakit, saputangan-saputangan.
Tetapi seringkali kita menjumpai hal-hal yang sebaliknya yaitu perulangan yang dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan hanya sebagian saja. Contoh: rumah-rumah sakit, sapu-sapu tangan.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan penghematan dalam pemakaian bahasa, dasar ekonomis. Dasar ekonomis ini hanya dapat digunakan bila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham. Dalam hubungan ini agaknya dapat dijelaskan oleh kata ulang dwipurwa dalam bahasa Indonesia, yakni mula-mula orang mengulang seluruhnya, tetapi karena prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja dari lingga yang diulang. 

     Kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Di damping itu, ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya. Misalnya, daya tahan, lempar lembing, dan ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya lomaba lari, jual beli, simpanpinjam, dan lain lain.

     Para penulis tata Bahasa sangat memerhatikan aspek ortografinya memerikan ciri bahwa yang disebut kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua bagian tetapi ditulis serangkai seperti, matahari, hulubalang, daripada, dan peribahasa.
     Para tata Bahasa struktur. Datang dengan konsep bahwa kedua unsur kata majemuk tidak bisa dipisahkan dengan unsur lain dan tidak bisa dipisahkan dengan unsur lain dan tidak bisa dibalik susunannya.Umpamanya bentuk mata sapi dalam arti telur yang digoreng tanpa dihancurkan adalah sebuah kata majemuk sebab tidak bisa dipisah misalnya menjadi matanya sapi atau mata dari sapi atau tidak bisa dibalikkan menjadi sapi mata.

Pengertian Frase
      Frase didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut sebagai gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Pembentuk frasa itu harus berupa morfem bebas, bukan merupakan morfem terikat. Jadi, konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frasa; sedangkan konstruksi tata boga dan interlokal bukan frasa, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Dari definisi itu juga terlihat bahwa frasa adalah konstruksi nonpredikat. Contoh frase antara lain: kamar tidur, seorang mahasiswa, rumah makan, 

      Frasa tidak boleh mengandung predikat karena kelompok kata yang mengandung predikat akan membentuk klausa. Bahkan dapat membentuk kalimat. Yang dimaksud dengan predikat adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan peerbuatan/tindakan atau sifat dari subjek(pelaku).
Dalam contoh di bawah ini pada kolom kata berpredikat dengan mudah diketahui adanya unsur perbuatan atau aksi, walaupun subjeknya tidak dicantumkan. Kelompok kata yang mengandung predikat adalah klausa, sedangkan kelompok kata yang tidak mengandung predikat adalah frase.

Ciri-ciri Frase
  1. Frase tidak melebihi batas fungsi
  2. Frase menunjukkan identitas makna sebenarnya.
  3. Tidak mempunyai predikat (nonpredikatif).
  4. Proses pemaknaannya berbeda denganidiom.
Frasa memiliki dua sifat yaitu :
  a. Frasa merupakan satuan gramatikyang terdiri dari dua kata atau lebih.
  b. Frasa merupakan satauan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksudnya frasa itu selain terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O,PDL, atau KET.
Demikian sekilas "Perbedaan Kata Majemuk dengan Frase" yang saya tulis dari berbagai sumber



 














(: Yustinus Setyanta)


Sabtu, 14 November 2015

AMEN...

Kala terpaku dilorong buntu 
hadirlah sosok tawarkan bantu 
ajak tuk beranjak dari masalalu 
tinggalkan luka indahkan waktu

Bukan atas nama cinta kau rela 
pedulimu mengenal sebagian jiwa 
tanpa ragu kau korbankan semua 
budimu tak akan ternilai balas jasa

Syukur terucap haru terasa 
kala iba'mu percaya tanpa paksa 
lanjutkan keyakinan perbaiki masa 
hilangkan penat hadirkan senyum ceria

Kau sentakkan tanpa ragu 
rangkul pundak luruskan bahu 
hapuskan kesedihan dalam kalbu 
kepahkan sayapku sibakkan tirai semu








(Yustinus Setyanta)



Jumat, 13 November 2015

KEDAMAIAN

Ketika kasih sayang terasa
darimu tulus tanpa terpaksa
bersama niat wujudkan cita-cita
budi luhur tak berharap balas jasa 

Ikhlas peduli hargai semua
senyum hiburkan saat terluka
kembali ceria nikmati bersama
lugas mengembang musnahkan duka 

Sadarku hanya buah hati
benih tumbuh dari cinta suci
isak tangis jujur saat kumemaki
haru meratap sesali adanya benci 

Engkaulah tempat mengadu
bagai atap peneduh jiwa rancu
peranmu setia enggan meragu
kedamaian ini selalu 
bersamamu
bersamaku............



                          (:Yustinus Setyanta)



Rabu, 11 November 2015

KETIKA JATUH CINTA

Ketika cinta merasuki jiwa
Semua benda seakan menjadi bunga 
Yang indah berwarna warni 
Harum seberbak mewangi

Ketika cinta hadirkan rasa 
Semua suara seakan menjadi nada 
Terdengar lembut mengalun berseri 
Terbangkan kesadaran membumbung tinggi

Cinta adalah anugerah Sang pencipta 
Kapada dua insan, yang berbeda 
Tidak terkira kapan datangnya 
Oh...indahnya hingga tak kuasa diri menolaknya

Bila cinta mulai bertahta 
Semua kata penuh makna 
Mengalir bagai puisi 
Ungkapkan perasaan isi hati

Tapi demikian kira-kira rasa ketika kita jatuh cinta bila dituliskan sebagai ungkapan. Meskipun cinta selaksa berjuta makna dan terbagi tiga bagian :
1. Cinta asmara
2. Cinta pada sesama manusia
3. Cinta kepada TUHAN Sang Pencipta

       Ketika jatuh cinta, saat pertemuan menjadi saat yang dinantikan. Tiada rasa takut, tiada rasa cemas dan khawatir. Hati ini rasanya berdebar bahagia dan merasakan waktu seakan berjalan demikian lamban atau malah cepat. Kalaupun hadir rasa takut, adalah takut jika sampai berhalangan sehingga pertemuan itu tidak terjadi. Kalaupun ada rasa cemas adalah jika tidak berhasil bertemu dengan orang yang di cintai. Kalaupun ada rasa khawatir, maka kekhawatiran yang timbul adalah jika sampai membuatnya marah karena menunggu lama.

Untuk meyakinkan orang lain akan apa yang sudah terjadi bisanya kita menggunakan bukti. Sebanyak mungkin bukti di paparkan untuk meyakinkan bahwa kita paham dengan alur yang membuat semua itu bisa terjadi. Bukti-bukti itu juga bisa digunakan untuk menunjuk hidung siapa yang salah dan siapa yang tidak salah dalam peristiwa yang terjadi. Tuhan tidak mengajukan bukti tetapi mengajukan tanda, karena apa yang diucapkan dalam perumpamaan adalah peristiwa yang terjadi. Tanda berupa pohon ara atau pohon apapun yang mulai bertunas, menastikan bahwa akan terjadi musim panas. Jadi tanda itu untuk memastikan bahwa sesuatu akan terjadi.  (Mrk 13:24-32)

Jika rasa cinta itu bisa aku gunakan sebagai pananda, maka aku pun harus memeriksa kembali adakah aku benar-benar mencintai-Nya? Jika sungguh-sungguh aku mencintai-Nya maka kehadiran-Nya merupakan saat yang aku rindukan. Jika aku benar-benar mencintai-Nyam maka aku akan khwatir jika,aku berbuat atau melakukan kesalahan yang tidak berkenan kepada-Nya. Maka sekali lagi aku harus bertanya kepada diriku sendiri; adakah aku benar-benar mencintai Tuhan?

Perkataan-Nya tidak akan berlalu, sabda-Nya abadi, kekal selamanya. Aku meyakini hal itu. Namun aku mulai belajar untuk memahami bahwa sabda-Nya bukan hanya kekal dan terus bartahan melainkan juga hidup. Dan sabda-Nya yang hidup itu menjadi acuan hidupku. Aku belajar untuk hidup dari sabda-Nya dan menghidupi sabda-Nya. Bukan dengan perbuatan-perbuatanyang besar dan membuat orang lain bedecak kagum, tetapi melalui perbuatan sederhana, melalui sikap-sikap yang muncul di keseharianku.

Hidup yang dihidupi dan hidup yang menghidupi sabda Tuhan, itulah yang membuat aku bertahan. Sabda-Nya menjadi langit yang terus menaungi kehidupanku, dan menjadi bumi di mana aku menginjakkan dan mendasarkan kehidupanku. Jika sabda-Nya tidak akan berlalu, maka langit dan bumiku pun tidak akan berlalu. Tumbuh tunas dalam diriku, tunas iman, tunas harapan, dan tunas kasih yang terus membesar dan membuat hidupku semakin berarti. Dalam iman, harapan dan kasih itulah aku bisa tersenyum menatap datangnya musim panas dimana bunga-bunga kasih bermekaran dalam hidupku.
Terima kasih Tuhan, Engkau andalan hidupku.















(: Yustinus Setyanta)

Senin, 09 November 2015

DOA TENTRAM HATI (Fiksimini)

 Seorang ayah memberikan catatan doa pada anaknya jelang ujian 
"Nak, jangan lupa baca doa ini berulang-ulang sebelum berangkat,
sebelum mulai, selesai ujian dan selama menunggu hasil ujian 
hati jadi lebih tentram saat kamu tidak lulus"




(Yustinus Setyanta)

KARENA KASIH-NYA



     Keyakinan mempunyai skala ukur 0 hingga 100%. Harapan bergerak skala ukur tersebut. Ketika harapan menyentuh pada titik 100% keyakinan, maka harapan itu berubah menjadi kepercayaan. Tetapi ketika berada di titik 0% maka berubah menjadi ketidakpercayaan. Ketika harapan masih bergerak di antaranya disebut keraguan. Kasih Allah dalam setiap peristiwa yang kita alami senantiasa mendorong kita menuju pada kepercayaan akan Dia. Terapi kuasa kegelapan akan menarik kita hingga titik ketidakpercayaan pada-Nya. Menyadari setiap dorongan dan tarikan yang terjadi, akan memantapkan gerak langkah kita.














(Yustinus Setyanta)

KARENA SADAR

      "Sekiranya aku punya delapan tangan..." Gerutu anak yang kebingungan melihat aneka makanan di meja perjamuan. "Tapi kamu hanya punya satu mulut..." Buru-buru kesadarannya mengingatkan.

























{Yustinus Setyanta}

KARENA KESOMBONGAN

"Mata...mata...,kasihan sekali kamu ini. Kamu hanya bisa melihat yang tidak tertutup atau tidak,terhalang. Beda dengan aku yang bisa mendengar meski tertutup dan terhalang." Demikian kata telinga kepada mata.
"Telinga...telinga...,kasihan kamu ini. Kamu hanya bisa mendengar tetapi tidak tahu indahnya bentuk dan warna yang mengisi dunia..." Sergah mata dengan sinis.

Akhirnya terjadilah pertengkaran antara mata dan telinga. Akibatnya si pemilik mata dan telinga itu kebingungan karena ia mendengar gonggong ayam dan melihat kerbau mengeong. Demikian seorang ibu menasehati kedua anaknya yang sering bertengkar.

















{Yustinus Setyanta}

Rabu, 04 November 2015

APA YANG SESUNGGUHNYA ADA

Sejak awal keberadaannya, manusia ingin memahami dunianya. Ia juga ingin memahami dirinya sendiri. Dorongan ini bersifat alamiah. Ia akan selalu ada, selama manusia masih hidup. Memahami dunia berarti mengamati dunia apa adanya. Mengamati dunia apa adanya berarti mengamati dunia di dalam perubahannya. Segala sesuatu terus berubah, bergerak tanpa henti. "Kita tak akan pernah menginjakkan kaki di sungai yang sama," begitu kata Herakleitos, filsuf Yunani Kuno.

Apa yang kita lihat sekarang bukanlah yang kita lihat sebelumnya. Setiap tujuh tahun, tubuh manusia berganti sepenuhnya. Ia menjadi manusia yang sama sekali baru. Yang sama dari manusia itu dengan manusia sebelumnya hanyalah namanya.y Apa yang kita anggap tetap dan akan memuaskan kita pada akhirnya akan berubah dan lenyap dari muka bumi ini. Apa yang diperoleh akan berubah, dan akan lenyap. Apa yang kita perjuangkan dengan seluruh hidup kita akan hilang ditelan angin, terkecuali hal-hal yang sifatnya tidak fana yang akan tetap ada. 

Memahami kenyataan di dalam perubahan berarti juga memahami alam di dalam keterhubungannya. Segala hal saling terhubung satu sama lain. Hukum-hukum fisika yang bekerja, ketika kita mengangkat tangan kita, sama dengan hukum-hukum fisika yang menggerakkan meteor di ruang angkasa nan jauh di sana. Perbedaan hanya merupakan ilusi yang diciptakan oleh pikiran manusia yang terbatas.

Kotoran bagi satu makhluk adalah makanan bagi makhluk lain. Apa yang dianggap menjijikan oleh manusia justru menjadi rumah bagi peradaban serangga atau tumbuhan tertentu. Lingkaran saling keterhubungan adalah bentuk dari alam semesta kita. Tidak ada yang suci dan tidak suci, karena semua saling membutuhkan satu sama lain. Kenyataan juga tidak memiliki konsep. Kenyataan apa adanya, just as it is. Ia tidak memiliki nama. Kata "kenyataan" juga sesungguhnya salah kaprah. Ia membuat aliran perubahan seolah-oleh menjadi tetap, dan bisa disebut "kenyataan". Konsep membuat sesuatu tampak tetap. Padahal, sejatinya, segala hal terus berubah, tiap detik tanpa henti. Konsep bukanlah kenyataan. Bahkan sering kali, ia menghalangi kita untuk memahami kenyataan. Salah satu konsep yang paling banyak digunakan manusia adalah konsep "awal dan akhir". Di dalam alam, tidak ada awal dan akhir. Segalanya berubah, bergerak. Apa yang kita sebut sebagai 'awal' dan 'akhir' juga merupakan sebuah perubahan yang tak istimewa.

Jika tidak ada awal dan akhir, maka tidak ada hidup dan mati. Hidup dan mati hanyalah sebuah perubahan. Pikiran kitalah yang mencapnya sebagai suatu yangpenting. Alam semesta ini sejatinya tidak pernah hidup dan tidak pernah mati. Ia hanya ada dan terus ada. "Awal" dan "akhir", "hidup" dan "mati", itu adalah konsep-konsep di dalam pikiran manusia. Kita lalu melekat pada konsep-konsep itu. Kegembiraan kita menjadi tergantung padanya. Jika sesuatu hidup dimulai kita senang. Sebaliknya, jika sesuatu berakhir atau mati, kita lalu sedih atau berduka. Ini hanyalah ilusi dari pikiran kita, lantas bisa saja merambat ke batin.


Ketika orang mati, tubuhnya menjadi bangkai di tanah. Rumput dan tanaman tumbuh subur di tanah yang berisi bangkai yang telah menjadi humus atau pupuk alami. Sapi lalu memakan rumput itu, lalu manusia memotong mati untuk lauk pauk di meja makannya. Inilah lingkaran kehidupan yang tak mengenal awal dan akhir, mati dan hidup.

Dalam arti ini, dapat juga dikatakan, bahwa seluruh alam ini adalah satu kasatuan. Tidak ada perbedaan. Semua terhubung, dan tidak hanya itu, semua adalah satu. Butiran pasir di pantai dan bintang raksasa yang berukuran ratusan kali lebih besar dari matahari adalah satu dan sama. Bukankah argumen ini didukung oleh penemuan terbaru dalam fisika. Komponen terkecil alam semesta adalah satu dan sama. Antara semut dan gajah tidak ada perbedaan, ketika kita melihat komponen terkecilnya atau terbesarnya. Perbedaan hanya tampak di mata dan pikiran kita. Kesatuan ini ditunjang oleh harmoni di dalam alam semesta. Harmoni berarti segala sesuatu memiliki tatanan tertentu. Ada hukum-hukum alam yang mengatur segalanya. Tidak pernah ada chaos dan kekacauan, sebagaimana dibayangkan oleh manusia. 

Sayangnya, masih ada orang yang tak paham akan hal ini. Ia menganggap, apa yang ia punya akan tetap abadi. Ia lalu melekat pada harta, ambisi, dan nama besar. Ia juga mengira, dirinya abadi dan tetap. Tak heran, ia hidup dalam penderitaan. Ia juga hidup dalam delusi, dengan mengira, kematian adalah akhir. Lalu marah, takut serta sangat sedih, ketika orang yang disayangi meninggal. Bahkan juga berusaha untuk awet muda, serta berusaha untuk menghindari kematian. Malahan juga berambisi untuk memulai sesuatu. Lalu melekat pada ambisi dan pada sesuatu itu. Ambisi membutakan mata. Padahal, itu pun juga sesungguhnya akan berakhir. Jika orang yang hidup dalam delusi berarti hidup dalam penderitaan. Yang melekat dan memegang erat hal-hal fana yang sejatinya terus berubah. Mengira bahwa pikiran dan konsep-konsep adalah kenyataan. Bahkan takut pada kematian dan usia tua. 

Orang yang menderita cenderung membuat orang lain menderita. Penderitaan kolektif akan mendorong konflik antar kelompok. Perang antar negara juga bisa terjadi, karena penderitaan batin yang amat besar dari kedua belah pihak yang perang. Perdamaian dunia tidak akan pernah tercapai, jika orang,masih terjebak didalam delusinya masing-masing.

Maka kita mencoba melepas segala harapan kosong dan pikiran-pikiran delusional yang menutupi mata kita dari dunia apa adanya. Melepas konsep-konsep pikiran kita, dan kemudian hidup mengalir mengikuti perubahaan alam semesta.








{Yustinus Setyanta}

KIDUNG CINTA

Kukidungkan cinta 
Kepadamu 
Yang maha cinta 
Biar jadi bunga hatiku

Kidungkanlah cinta 
Untukmu dan untuknya 
Biar kita mabuk cinta 
Dan cinta mabuk kita

Cinta berkidunglah selalu 
Dalam rinduku kepadamu 
Dalam rindumu kepadaku


{ : Yustinus Setyanta}

SEKIAN

Sekian, hari menjadi janji 
Sekian, hati menjadi lirih 
Sekian, bibir menjadi duri 
Sekian, waktu menjadi perih

Sekian, mata menjadi dengki 
Sekian, rasa menjadi mati 
Sekian, imaji menjadi ilusi 
Sekian, tragedi menjadi api

Sekian, cinta menjadi buih 
Sekian, akibat menjadi bukti 
Sekian, keadilan menjadi puisi 
Sekian, bencana menjadi basi

Sekian, malam menjadi kiri 
Sekian, pagi menjadi lari
Sekian, kumbang menjadi tagih
Sekian, melati menjadi pemberi 
Sekian, hati menjadi sepi 
Sekian, sepi menjadi cemeti

































(Yustinus Setyanta)

Senin, 02 November 2015

BUKA MATA, BUKA HATI


KESADARAN BARU



     Mungkin kesadaran bisa dilihat sebagai hukuman, tetapi bisa juga dilihat sebagai anugerah. Meski sama-sama menyakitkan, namun manakala kita melihatnya sebagai anugerah, ada rentang waktu di depan sana yang menunggu kita bukan dalam penyesalan tetapi dalam kesadaran baru.










{Yustinus Setyanta}

BATAS WAKTU

     Datang dan pergi, ketika tertulis bisa saja berjarak tipis, hanya terpisah satu kata 'dan'. Terlebih jika tanpa kesadaran, datang dan pergi terasa terhimpit. Namun ketika ada sesuatu yang bisa dilakukan di sela kedua kata tersebut, jarak semakin lebar. Akan semakin lebar pula manakala apa yang dilakulan berarti bagi orang lain. Dan teramat lebar jika di sana senantiasa ada kebersamaa dengan-Nya.
















(Yustinus Setyanta)