Rabu, 25 Desember 2013

DUNIA IMAJINASI

“Bola diberikan kepada Abdi Tunggal yang berdiri bebas di kanan. Masih, berputar-putar dia. Memasuki daerah penalti. Ah, berbahaya! Beberapa pemain lawan mencoba menghalangi. Lepaskan tembakan. Gooooolllllll!”. Lalu terdengar suara sorak sorai yang membahana....

Mereka yang hidup di era 1990-an ke bawah dan menggemari sepakbola tentu tidak asing dengan suara yang keluar dari sebuah radio transistor, sebuah siaran pandangan mata yang dipancarkan langsung dari stadion oleh RRI. Saat itu, TV belum atau masih jarang dan termasuk barang mewah dan langka. Tetapi walau kita sendiri tidak menyaksikan, hanya mendengarkan, imajinasi kita lewat suara sang penyiar membuat kita merasa seakan-akan berada langsung di tengah lapangan. Sesekali merasa berdebar-debar tegang. Sesekali dengan perasaan kesal. Sesekali dengan perasaan gembira yang sulit digambarkan. Sambil ikut berseru, bahkan ikut melompat: “Gooooolllllllll”. Padahal kita tidak menyaksikan pertandingan tersebut. Kita hanya mendengarkan. Sambil membiarkan imajinasi kita berjalan.

“Anak laki-laki berusia kurang lebih sepuluh tahun itu mengintai dari kaca jendela dengan muka marah, mata merah dan gigi berkerot saking marah dan sedihnya menyaksikan keadaan di ruangan dalam rumah gedung ayahnya. Ruangan itu luas dan terang-benderang, suara tetabuhan musik terdengar riuh di samping gelak tawa tujuh orang pembesar Mancu yang sedang dijamu oleh ayahnya.” Demikian awal jilid pertama dari cerita silat karangan Kho Ping Hoo yang berjudul “Pendekar Super Sakti”.

Mereka yang hidup di era tahun 70-80an dan menggemari cerita silat tentu dengan setia selalu menantikan terbitnya jilid demi jilid dan saat membaca, waktu seakan berhenti di atas lembaran demi lembaran buku kecil itu. Dibaca saat makan, saat ke kamar mandi bahkan saat seharusnya kita sudah tidur. Kita membaca sambil membayangkan. Kita membaca dan larut dalam peristiwa demi peristiwa yang dituturkan dengan memikat dan membuat kita seakan langsung berada di dalam cerita itu. Kita membaca sambil meenciptakan imajinasi kita sendiri. Sungguh mengasyikkan. Sungguh membuat kita lupa segalanya. Sungguh nikmat.

Tetapi kini, semua dapat kita saksikan secara langsung. Semua dapat kita lihat lewat layar TV, atau lewat monitor komputer atau bahkan lewat layar handphone pribadi kita. Ya, semua bisa kita saksikan secara langsung apa yang dulu hanya dapat kita bayangkan dan nikmati lewat pikiran kita. Namun, bagi kita yang tahu nikmatnya memakai imajinasi sendiri sambil mendengarkan atau membaca, tiba-tiba merasa ada yang hilang. Ada yang terasa mengganjal dalam hati. Dengan menyaksikan apa yang dulu hanya dapat kita dengar atau baca sambil membayangkan, tiba-tiba ada jurang lebar antara imajinasi pikiran dan kenyataan yang kini dapat kita lihat sendiri. Aku sering merasa bahwa imajinasiku saat membaca buku cerita silat yang dulu sangat memikat itu tiba-tiba menjadi hambar ketika kini secara langsung menonton film-nya. Sungguh, bagiku jauh lebih mengasyikkan membaca daripada menonton karena saat menonton aku hanya dapat menerima apa yang ditampilkan di layar tanpa dapat mengembangkan alam imajinasiku sendiri.

Dengan mendengarkan dan membaca, aku merasa tidak kehilangan diriku. Dengan menonton tiba-tiba aku merasa dipaksa menerima dunia pikiran orang lain, dipaksa untuk menerima imajinasi yang belum tentu sesuai dengan imajinasiku sendiri. Bagiku, sungguh jauh lebih mengasyikkan hanya dengan mendengar dan membaca daripada menonton. Sebab saat menonton, aku tenyata lebih sering tidak dapat membayangkan, hanya dapat menerima apa yang ditayangkan. Walau itu tidak sesuai dengan gambaranku tentang satu peristiwa, tentang satu cerita, apalagi cerita fiksi maupun non-fiksi yang dengan membaca dapat membuat aku merenung. Aku kehilangan dunia imajinasi. Aku kehilangan daya renungan. Akau bahkan sering merasa kehilangan diriku sendiri.

Betapa asyiknya mendengarkan. Betapa indahnya membaca. Kedua kegiatan itu dapat membuat kita bebas untuk membayangkan apa yang kita dengarkan atau kita baca sesuai dengan kemampuan daya khayal kita. Membuat pikiran kita berkelana jauh, berfungsi sesuai dengan kemampuan kita sendiri. Dunia tontonan visual yang merasuk di era kini, hanya dapat membuat kita menerima apa yang nampak, walau tentu ada juga tontonan yang bagus sehingga tetap mampu membuat kita untuk merenung, tetapi itu sangat jarang. Jauh lebih banyak kita hanya menerima tontonan yang hanya mempermainkan perasaan kita, marah-sedih-gembira, tanpa perlu dipikirkan dan direnungkan agar dapat membuat kita untuk lebih memahami hidup ini. Membuat kita lebih mengerti makna keberadaan hidup kita. Dengan menonton dan menyaksikan, kita tidak lagi memakai pikiran kita sendiri. Tidak lagi hidup bersama dunia imajinasi kita.

Maka tiba-tiba saya paham mengapa generasi sekarang mudah terpengaruh. Mengapa generasi sekarang mudah untuk menerima apa saja yang ditayangkan. Karena dunia imajinasi telah dipinggirkan. Karena yang ada hanya penampakan yang seringkali menggoda rasa tetapi tidak perlu perenungan mendalam. Dunia visual telah membuat kita semua malas untuk berpikir, malas untuk merenung, malas untuk ber-imajinasi, karena semua sudah terpampang dengan jelas di layar dan semua dapat kita saksikan secara langsung. Ah, mendadak aku kehingan dunia yang indah itu: mendengarkan dan membaca. Dunia yang membuat aku dapat membayangkan sesuatu sesuai dengan diriku sendiri tanpa perlu terpengaruh dengan bayangan orang lain. Dan berpikir tanpa harus dipaksa menerima begitu saja imajinasi orang lain. Dunia yang bagiku jauh lebih mengasyikkan dari pada hanya menonton dan menonton saja. Atau apakah aku salah?


Yustinus Setyanta
Jogja

MAKNA "Selamat Natal"

Tanggal 25 Desember 2013 malam, ku luangkan waktu untuk membaca kembali ucapan "Selamat Natal" yang ku terima baik melalui HP, facebook. Ada yang tertulis secara khusus dengan menyebut nama ku.  Ada yang ditulis dengan kalimat indah untuk banyak orang. Ada yang dengan mengutip ayat Kitab Suci. Ada yang dengan kalimat motivasi. Ada yang disertai gambar. Semua sangat mengesankan.

Ketika saya membaca, membayangkan mereka mengirimkan satu per satu, saya terharu. Terasa ada energi positif yang masuk ke dalam diriku. Menimbulkan dorongan dan niat untuk hidup lebih baik, bermanfaat bagi sesama, berkenan kepada Tuhan.

Nah, jika kita setiap hari saling memancarkan energi positif, saling mendoakan, meneguhkan dengan kata-kata baik maka akan banyak hal luar biasa yang dapat kita lakukan. 
Kita perlu belajar untuk selalu memancarkan energi positif.
Tuhan adalah Sumber Energi Positif yang terus memancarkan Terang.


Yustinus Setyanta
Jogja

Jumat, 20 Desember 2013

JADILAH PENDOA YANG RENDAH HATI

Suatu senja di minggu kedua bulan oktober tampak 3 orang "simbok" (ibu-ibu tua) yang duduk cukup jauh dari Gua Maria Sendangsono. Pakaian kebayanya sudah tampak lusuh. Simbok itu sedikit membungkuk duduk dengan penuh ketakziaman, memegang rosario dengan sikap hormat dan mulut mereka tak henti mendaraskan puluhan mantra doa "Sembah Bhekti Kawula Dewi Maria". Mereka sengaja duduk menjauh dari Gua untuk menunjukkan sikap ketidakpantasannya berada terlalu dengkat denganNya, dan membiarkan peziarah lain duduk mendekat ke Gua Maria. Pengalaman menarik ini membuat ku terasa mengharukan dan sedikit tercengang, sepertinya mirip dengan kisah Injil Lukas 18:9-14 yang berbicara tentang pendoa (orang farisi) yang sombong dan pendoa (pemungut cukai) yang rendah hati. Sikap ketiga "simbok" itu mirip dengan si pendoa yang rendah hati. Dari perumpamaan tentang orang farisi dan pemungut cukai terungkaplah bahwa sikap manusia yang bertentangan dengan pertobatan adalah kesombongan diri dan selalu menggangap diri sebagai orang benar. Dalam perumpamaan injil Lukas 18:9-14 ini, Yesus menggambarkan hal itu dengan perbandingan antara si farisi dan si pemungut cukai. Si farisi dengan angkuhnya membanggakan amalnya di hadapan Allah dan sesungguhnya ia adalah orang yang tidak merasa membutuhkan Allah dan belaskasih-Nya juga. Sikap semacam itu biasanya di sertai sikap menghina sesama manusia.

Orang-orang semacam itu bukan hanya ada di zaman Yesus. Sekarang pun banyak orang-orang farisi modern dalam aneka macam bentuk dan prilakunya. Sadar atau tidak sadar "orang-orang farisi" tidak mau lagi memikirkan Allah yang maharahim. Mereka mengganggap bahwa bertobat dan mengakui kelemahan mereka sama dengan menghina diri sendiri.

Melalui kisah ini, pertama Yesus ingin mengajarkan kepada kita tentang bagaimana sebenarnya sikap yang benar ketika berdoa. Tuhan menghendaki kita untuk bersikap rendah hati dengan mengakui bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang tak luput dosa dan selayaknyalah kita mengakuinya di hadapan Tuhan sekaligus memohon pengampunan-Nya. Sikap sombong bahwa kita selama ini sudah merasa menjalankan ajaran-ajaran-Nya, sudah hidup secara benar, sudah berperan besar di gereja dan masyarakat, lalu merendahkan kualitas kehidupan orang lain sangatlah tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Kedua, Tuhan menghendaki kita untuk bersikap jujur ketika berdoa karena Tuhan maha tahu terhadap kehidupan dan kebutuhan kita. Berdoa dengan bahasa yang muluk-muluk, yang "ndakik-ndakik" tidaklah penting. Sebaliknya, kita diminta untuk berdoa dengan jujus dan sederhana yang keluar dari lubuk hati kita yang paling dalam. Si pemungut cukai ini membanggakan amalnya di hadapan Allah. Ia hanya dengan rendah hati mohon agar Allah mengasihi dia. Hanya mereka yang sungguh mau bertobat mau bersikap rendah hati.



Yustinus Setyanta
Jogja



Terjadinya Mukjizat

Kepedulian, perhatian, itulah kira-kira yang muncul kuat dari peristiwa mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Lima roti dan dua ikan mampu membuat kenyang ribuan orang. Apa yang bisa kita mengerti dan pahami dari persitiwa mukjizat tersebut? Mencoba untuk mengerti dan memahami proses terjadinya mukjizat itu jelas tidaklah mungkin. Berusaha mengerti dan memahami sisa roti itu akan untuk apa dan dikemanakan juga tidak mungkin. Yang bisa kita mengerti mungkin hanyalah apa yang dilakukan oleh para murid.

Kita bukan Yesus yang penuh kuasa dan mampu melakukan mukjizat. Kita adalah murid-murid-Nya, dalam peristiwa itu kita hanya menyanggupi ajakan Yesus untuk mempedulikan dan memperhatikan persoalan yang dihadapi banyak orang, kita juga mentaati perintah-Nya untuk membawa kepadaNya apa yang ada pada kita, selain itu kita juga bertugas membagi-bagikan roti-roti itu kepada orang banyak, tidak lain.

Mungkin soal kepedulian dan memperhatikan orang lain menjadi hal pertama yang cukup berat untuk dilakukan. Kita bisa menyaksikan sendiri di jaman ini, penderitaan yang dialami orang lain kadang menjadi kesempatan bagi kita untuk menari keuntungan pribadi. Jika kita ikut berkumpul di tempat itu, mungkin kita akan sibuk menjajakan air kemasan atau nasi bungkus. Tidak sedikit pula korban bencana saat ini yang akhirnya menjadi obyek untuk mendapatkan proyek atau bantuan dari luar negeri. Ujung-ujungnya proyek itu bertujuan hanya untuk keuntungan si pelaksana proyek. Alasan klasiknya adalah setiap pekerja berhak mendapatkan upahnya, tetapi dalam hal ini yang menjadi masalah adalah orientasi kepentingannya.

Kadang kala kita berhenti dan tidak berbuat apa-apa karena merasa tiadk memiliki apa-apa. Untuk berbuat seusatu kita menungga nanti kalau sudah kaya raya, kalau sudah berkelimpahan terlebih dahulu. Kita tidak berani membawa kepada-Nya apapun yang ada pada kita untuk dibagikan kepada orang lain. Kita enggan karena selalu teringat pada kepentingan diri kita sendiri terlebih dahulu. Sekali lagi, yang menjadi persoalan adalah orientasi kepentingannya.

Ketika harus membagi, kita pun kadang terpengaruh pada soal suka dan tidak suka, pada kedekatan hubungan, ini sesamaku dan yang itu bukan sesamaku. Kadang kita masih berpikir soal kelompok soal keluarga, dan soal siapa yang kita sukai. Konsep keadilan yang proporsional seringkali mempengaruhi cara kita membagi. Akhirnya persoalannya pun akan sama, yakni orientasi kepentingan.

Lima roti dan dua ikan yang dibagikan untuk ribuan orang, adalah peristiwa mukjizat yang mestinya memberi arti bagi banyak orang di jaman ini. Ketika orientasi kepentingan kita terpusat pada diri sendiri, pada kelompok kita sendiri maka mukjizat itu tidak akan pernah terjadi lagi.



Tulisan lama 30 Juli 2007
oleh Yustinus Setyanta
Jogja

Membangun Kerinduan

Ketika aku berkesempatan bertemu dengan tokoh yang aku kagumi, yang selama dua puluh tahun lebih aku rindukan, maka kesempatan itu tidak aku sia-siakan. Kepadanya aku minta sepatah kata untuk aku jadikan pegangan. Ia menatapku dan berkata, “Bersiaplah menerima segala sesuatu apa adanya, dengan kasih.” Sepanjang perjalanan bahkan sampai di rumah kata-kata itu terus mengiang. Kata-kata itu menjadi demikian berarti bagiku.

Sebenarnyalah kata-kata itu sudah sering aku dengar dari orang lain. Seringkali pula kubaca dalam buku-buku. Tetapi ketika diucapkan oleh orang yang aku hormati dan aku rindukan, kata-kata itu menjadi demikian berarti. Akan tetapi peristiwa itu justru membuat aku termenung dan bertanya, mengapa sekian banyak kata-kata di dalam Injil selama ini demikian tidak berarti dalam kehidupanku? Kucoba untuk mencari apa penyebabnya. Ternyata penyebabnya sangat sederhana. Tokoh yang aku kagumi itu demikian aku rindukan, sementara Tuhan Yesus ternyata tidak pernah aku rindukan. Peristiwa itu menyadarkan diriku untuk mulai membangun kerinduan pada-Nya. Hari demi hari aku belajar untuk merindukan Dia.

Tulisan lama 21 Juli 2005
oleh : Yustinus Setyanta
Kalasan - Jogja

PENJALASAN PUISI KOSONG

Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah puisi berjudul "kosong" diblog ini
Mungkin ada yang bertanya, puisi kok cuman judul doang, nggak ada isinya sama sekali, lalu apa arti puisi tersebut, lagian kenapa harus di sampaikan? Mungkin juga ada yang berpikiran koq judul dan puisinya "koson"
Menurut saya sebuah puisi harus punya maksud, minimal mengkomunikasikan apa yang ada di benak penulis kepada pembacannya. Nah dalam puisi kosong itu saya mau mengajak pembaca (bukan lewat kata) untuk sekedar memahami arti kekosongan, kosong yang belum tentu kosong, bahkan bisa jadi kosong itu lebih punya isi atau arti dari pada yang ada isinya.
Baiklah mari kita telusur satu persatu :
Diatas saya menyebut bahwa mungkin ada orang bertanya tentang arti puisi yang nggak ada tulisannya itu.. nah ini salah satu fungsinya, membuat orang bertanya atau sekedar mengernyitkan dahi, memacu kinerja otak yang sering di anggurkan saja hingga berkarat… yah minimal sebagai pengganti TTS (Teka Teki Silang).. sederhananya seperti itu..
Berikutnya mungkin kadang sebuah karya hanya dilihat secara visual semata tanpa mau menelisik lebih dalam sebuah objek, sebagai contoh saat kita melihat sapu lidi, apa indahnya sapu lidi yang teronggok usang di sudut ruangan. Kalau kita hanya melihat sapu lidi itu secara visual, maka mungkin bukan keindahan yang akan kita dapat namun justru hal yang menjengkelkan dan menyebalkan, tapi coba kita lihat sisi lain dari sapu lidi lebih dalam lagi, misal proses pembuatannya, mulai sang pembuat harus memanjat pohon yang mungkin sudah dipakai untuk sarang ribuan semut hingga saat memanjat harus menahan gatal di sekujur tubuh, kemudian saat memotong pelepah dengan satu tangan memegang sabit yang bisa diartikan, hanya satu tangan yang berpegangan sehingga resiko jatuh dari ketinggian pohon kelapa semakin besar, belum lagi harus mengerat satu persatu lidinya dan kemudian diikat sehingga menjadi sebuah sapu. Ehm alangkah repotnya…
Belum lagi kalau kita melihat siapa orang yang membuat sapu itu, kenapa mereka mau mengambil resiko seextrim itu, untuk hasil yang nggak begitu besar, isengkah mereka? atau memang hanya itulah keahlian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, dan tiada pilihan lain. Kalau demikian kita yang diberi kemampuan dan kesempatan lebih baik dari sang pembuat sapu wajib bersyukur akan nikmat dan karunia yang diberikan Yang Maha Kuasa itu, dan kalau kita sudah sampai pada tahapan itu maka level apapun yang kita dapat sekarang akan membuat hidup kita tentram, karena kita sadar ada yang lebih buruk dari kita, ya sang pembuat sapu itu tadi…
Dari sisi lain mungkin puisi kosong itu di pandang sebagai cerminan terhadap diri penulis, boleh anda menebak bahwa arti puisi kosong itu cerminan bahwa penulis sedang mengalami masa kekosongan, baik kosong kantong, kosong ide, sampai kosong hati, meski dalam keadaan kosong itu. Penulis masih mencoba untuk exsis, peduli mau dilupakan, disingkirkan atau dibuang jauh-jauh.
Atau bisa jadi penulis ingin menyampaikan bahwa kekosongan justru merupakan space untuk berkreasi, bukankah kita sering bilang, bahwa kesuksesan kita hanya menunggu kesempatan, nah saat kesempatan itu terbuka luas.. maka segeralah kita bergerak mengisinya, meski kita juga harus berfikir seberapa lebar ruang kekosongan yang harus kita isi tersebut, sehingga kita mengisinya dengan pas… jangan berlebihan dan jangan kurang “Sing Sak Madyo Wae” begitulah falsafah jawa mengatakan.
Atau juga anda akan mengira saya sudah gila telah bermain dengan resiko, menaruh karya yang mungkin menurut kebanyakan orang tidak berarti itu, sebuah nilai negative dari bagunan positif yang telah saya bangun selama beberapa bulan ini di blog. Tapi ingat kadang kita harus berani menanggung sebuah resiko untuk bisa mendobragkkkk faham kemapanan dan kemudian menemukan hal baru yang lebih testy, meski sesuatu yang baru itu bukanlah hal yang populis.
Atau juga bisa saja saya ingin menyampaikan sebuah pesan penting dalam dunia pemasaran, hal penting itu adalah“branded” atau kekuatan merk, kekuatan merk yang hanya bisa diperoleh oleh sebuah kontinuitas produk. Contoh sederhananya, penarkah anda dengar lagu yang dipopulerkan Melly Guslow yang berjudul “I just wanna say I love you”itu, coba kalau saya yang menyanyikan pertama kali pasti akan diketawai orang, lagu kok cuma satu kalimat diulang-ulang nggak bisa berbahasa inggris nggaya nginggris, atau mungkin kalau pas saya manggung menyanyikan lagu itu bukan cuma akan panen tomat tapi bisa jadi panen batu yang saya dapat.
Maka akan berbeda kalau yang nyanyi itu seorang Melly Guslow yang punya Track Record bagus baik atas lagu-lagu yang dia nyanyikan sendiri maupun lagu yang dinyanyikan orang lain, maka lagu I just wanna say I love you itu tetap laris di pasaran.
Bahkan kalau anda menyimak kolomnya Hermawan Kertajaya di kompas yang tampil akhir-akhir ini masalah branding lah yang menjadi titik fokusnya…
Satu lagi, kalau anda mencoba memblog ruang kosong di puisi itu, tenyata nggak kosongkan? Ada titik-titik yang saya warnai sesuai dengan warna background blog supaya terlihat kosong, kenapa saya harus mengisinya dengan titik-titik itu? Karena ternyata blog tidak mengijinkan penggunaan Spacy atau enter untuk berdiri sendiri, sehingga kalau kita isi dengan Spaci atau enter maka hasilnya tidak akan ada ruang tersisa, intinya tidak mudah juga untuk menjadi kosong atau mengosongkan diri, tanpa usaha tanpa perbuatan… satu dua minggu anda mungkin bertahan, satu dua bulan anda baru akan merasa gila.. bulan ketiga dan seterusnya kemungkinan anda akan benar-benar menjadi gila.
Sekali lagi jangan kira kosong tidak punya arti, bisa jadi kosong itu sendiri lebih berarti dari sesuatu yang memiliki isi…
Berikut adalah puisi berjudul "kosong"

- KOSONG -

Tak ada isi
Tak ada penghuni
Disini. Belum terisi
Kosong
Melompong
Blong



Terima kasih.

Yustinus Setyanta
Jogja

Selasa, 17 Desember 2013

PESONA KILAUN RAMBUT

Lima Cara Alami Atasi Ketombe
Rambut merupakan suatu mahkota bagi kepala, terlebih bagi para kaum wanita. Kulit kepala berketombe menjadikan masalah yang sering dihadapi banyak orang tanpa mengenal gender atau usia. Berikut ini terdapat lima tips mengatasi ketombe secara alami :

1. Lidah Buaya.
"Yah....tanaman lidah buaya bukan mulut buaya atau buaya darat hehehee...."
 Tanaman lidah buaya ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Tanaman ini bermanfaat bagi kesehatan dn kesuburan rambut. Caranya, kupaslah lidah buanya hingga tersisa bagian dagingnya. Lalu oleskan ke kulit kepala secara merata dan diamkan 10 menit. Lebih baik lagi jika dibiarkan semalaman selama tidur. Setelah itu, bilaslah menggunakan air dan shampo bila perlu.

2. Cuka.
"wah ini cuka biasa bukan cuka yang buat makan empek-empek dari palembang dah...entar kalo pake cuka empek-empek bisa di kerumuni semuat"
Campurkanlah cuka dan air dengan komposisi yang sama, misal secangkir cuka dengan dengan secangkir air. Gunakan campuran tersebut untuk memijat kulit kepala. Diamkan beberapa saat, lebih lama lebih baik. Kemudian bilas dengan air dan sampo berformula ringan, seperti sampo bayi. 

3. Minyak Kelapa.
 "Wahh....bisa buat goreng-goreng nie apa rambutnya mau di goreng ea....entar jadi rambut goreng, atau gorengan rambut dewh jika rambutnya di goreng...."
Minyak ini memiliki kandungan vitamin E dan asam lemak yang dapat mengatasi ketombe. Oleskan minyak kelapa di kulit kepala sebelum tidur. Balut kepala dengan handuk panas dan diamkan beberapa menit. Kemudian bilas dengan air. 

4. Jeruk Nipis dan lemon.
Panaskan jeruk nipis, dan ambil dua sendok makan untuk dipijatkan ke kulit kepala. Lalu peraslah lemon. Ambil satu sendok makan perasan lemon dan campurkan dengan segelas air. Kemudian siramlah ke rambut. Diamkan beberapa saat, setelah itu bilas hingga bersih.

5. Jus Apel.
Siapkan 2-3 buah apel lalu buatlah ekstrak menggunakan juicer. Campurlah ekstrak apel dengan air hangat, aduk hingga merata. Oleskan ekstrak apel tersebut ke kulit kepala, kemudian pijat selama lima menit. Biarkan 15-30 menit, setelah itu bilas hingga bersih.

Selamat Mencoba [*]


Yustinus Setyanta
Jogja

JADILAH TERANG SEKECIL APA PUN SINARNYA

Setiap menjelang Natal tiba dan tahun baru mulai mengintip, hati ku selalu dipenuhi keharuan. Aku merasakan Tuhan memperbaharui hidup ku dari waktu ke waktu. Aku berdiam diri dan merenungkan dalam keheningan hati makna terang dalam hidup ku. Yesus datang sebagai terang dunia. Gambaran tentang terang yang dimengeri awam adalah pancaran sinar yang memberi cahaya pada kegelapan. Hidup ku melalui sebuah proses pendewasaan iman. Sungguh bukan hanya keindahan yang bertaburan bintang ada depan mata ku. Tapi Tuhan juga memberikan ujian. DIA menghendaki manusia menjanlaninya dengan kepasrahan total dan tetap teguh ketika di bentuk, tidak setengah-setengah, apalagi lari menghindar. Dalam kondisi seperti itu ku berusaha memahami misteri Allah dan bertahan karena kekuatan ajaib yang dibentuk Tuhan melalui penyerahan diri, pertobatan dan doa. Waktu saya pernah mengalami seolah tidak ada terang dalam hidup ku, tapi ku menyadari kegelapan tidak memenuhi ruang lingkup ku. Syukurlah, Tuhan tidak saja memberikan pengharapan dan ide cemerlang dan keberanian. Tapi juga kompas. Aku dituntun menumpas belukar satu demi satu dalam nafas iman dan membuat jalan lapang bagi kedua kaki. Fase demi fase ku lewati dengan bekal petunjuk Tuhan. Keterbatasan tidak menjadik suatu yang menakutkan karena ku siapkan diri dibentuk-Nya.

Dalam masa-masa sulit hidup, ku memakai kekuatan doa sebagai sumber keberanian. Mohon kepada Tuhan agar keterbatasan dijadikan modal yang dahsyat untuk menyemangati langkah. Tak hentinya aku mohon agar pikiran disinari cahaya terang. Tidak terkontaminasi pikiran-pikiran negatif yang justru akan menghalangi niat ku bertumbuh dalam iman sebagai manusia baru.

Barangkali inilah cara Allah melibatkan kita juga dalam kegelapan supaya kita menjalani hidup tergantung sepenuhnya dari Allah dan memakai hidup dengan kesederhanaan yang kita punya sebagai penyalur terang untuk sesama. Di balik kisah kelahiran Tuhan yang sangat dramatis, ada makna yang sangat penting yang dapat kita petik, yaitu kehadiran-Nya yang sangat sederhana. DIA ingin menyelamatkam manusia melalui kelahiran-Nya yang penuh kesederhanaan bukan kelebihan apalagi kemewahan.

Maka terang bukan semata sinar yang begitu menyala tapi ada kesederhanaan dalam terang. Hidup sederhana bukan berarti hidup dalam kekurangan. Orang bisa saja hidup sederhana di tengah-tengah harta kekayaan yang melimpah. Keteladanan Yesus dengan cara kelahiran-Nya jelas memberi gambaran bahwa hidup sederhana berhubungan dengan sikap hati seseorang bukan terhadap harta benda atau kekayaan yang dimiliki. Tidak banyak orang saat ini lebih memilih hidup sederhana dan tidak membiarkan hidupnya dikuasai kemewahan dan kekayaan.

Setiap orang berbeda-beda untuk menunjukkan peran dalam masyarakat melalui pengaruhnya. Termasuk hamba-hamba Tuhan dan pelayan-pelayan-Nya. Budaya hidup yang salah kaprah semisal menilai orang berdasarkan barang-barang yang dimiliki, telah menjebak kita dalam pelayanan semu, sadar atau tidak demikianlah adanya. Tuhan mau kita tadi terang bagi sesama bukan melalui kelebihan dan kemewahan. Bahkan pengaruh itu tidak harus besar karena nyala api yang terlalu besar akan menghanguskan semua yang kita miliki. Apa pun yang telah kita lakukan hendaknya meninggalkan suatu kebahagiaan yang merupakan ungkapan nyata kebaikan Allah.

Kita kobarkan semangat dan Allah sebagai pemantik. Demikian kerja sama antara kita dengan Allah. Selalu ada korelasi yang menunjukkan pada karya nyata. Ada banyak orang yang takut menjadi terang karena merasa tidak besar pengaruh cahayanya, mereka tersembunyi di antara kehebatan-kehebatan sinar terang yang dihasilkan kekuatan listrij dengan daya besar. Sebenarnya apa pun kekuatannya, kalau Allah tidak mengaliri kabelnya dengan kekuatan-Nya maka lampu itu tetap tidak akan pernah menyala dan tidak menghasilkan terang.

Dewasa ini konflik begitu banyak terjadi dalam kehidupan kita, gampang sekali nyala api berkobar, bahkan nyata sekali terlihat dari hal-hal kecil termasuk organisasi-organisasi di tubuh Gereja. Natal yang sakral telah mewujudkan perayaan yang kadang menumbuhkan suka cita sesaat. Konflik pribadi dalam mewujudkan perayaan Natal tidak menggambarkan makna kelahiran Kristus yang penuh kesederhanaan. Mungkin saat ini kita bisa memgubah cara perayaan Natal dengan makna yang mendalam dengan merayakan Natal secara sederhana supaya semua orang benar-benar merasakan kehadiran Yesus.

Natal bukan kemeriahan dengan kelengkapan makanan dan hadiah berkelimpahan. Melainkan dengan mengubah dan membaharui hidup kita. Banyak sesama kita yang patut disentuh, mereka yang putus asa, kehilangan harapan dan kepercayaan diri, bahkan sudah kehilangan senyumnya, canda tawanya. Mereka tak lagi merasakan kehangatan cinta dan persahabatan. Mereka menantikan pertolongan dan penghiburan diri kita. Kristus datang ke dunia untuk meneladankan kemurahan hati pada siapa pun pada saat yang tepat. Inilah saat yang tepat untuk kita menjadikan terang sekecil apa pun sinarnya bagi sesama.


Yustinus Setyanta
Jogja

IMAJINASI

Imajinasi ialah...
Lompatan api yang menghanguskan...
Atau...
Gumpulan es yang membekukan...

Imajinasi merekam...
Kenyataan dalam ilusi...
Mau pun asa...
Ke dalam angan...

Mengawang...
Mengapung...
Menggapai...
Menyentuh... 
Bumi yang tua...

Imajinasi ialah...
Ruang tanpa sensor...
Mengangan...
Melukis...
Menciptakan...
Menulis...
Mimpi..
Jauh dari beku pikiran...

Imajinasi...
Jebakan...
Untuk lari dari kenyataan...
Yang mengecewakan..
Atau...
Jeratan...
Untuk lari dari belenggu keadaan..
Yang menghasut perasaan...

Imajinasi ialah...
Imajinasi...
Tanpa lawan...
Pun tak berlawan...
Kecuali dirinya sendiri...


Yustinus Setyanta          --------------     Puisi
Jogja

KOSONG

......
..........
..............



Yustinus Setyanta
Jogja

MAKNA BINTANG NATAL

Pada gua Natal atau pohon natal. Apakah ini adalah bintang yang membimbing para orang majus itu?
Apakah secara astronomis memang ada bintang yang demikian ataukah hanya suatu gaya bahasa?
Apakah relevansi keberadaan bintang Betlehem itu untuk kita?

PERTAMA :
Bintang itu seringkali disebut Bimtang Betlehem atau Bintang Natal atau Bintang Yesus. Bintang yang dipasang pada Kandang Natal atau Pohon Natal memang mewakili bintang yang membimbing orang-orang majus. Kisah tentang bintang Betlehem ini hanya ditemukan di Injil Matius. Keberadaan bintang ini dipandang sebagai pemenuhan ramalan Bileam (Bil 24:17). Bintang ini mewartakan kedatangan Yesus "Raja orang Yahudi" (Mat 2:1-2). 

KEDUA :
Kisah masa kanak-kanak Matius banyak mengikuti pola-pola dari Perjanjian Lama. Misalnya, pola pemberitahuan tentang kelahiran, kisah tentang Yusuf. Kisah orang-orang majus dan bintang juga juga menggemakan kembali kisah yang ada dalam Pentateukh tentang Musa dan digabungkan demgan gambaran Mesias yang berasal dari keturunan Daud (bdk Bil 22-24), tentang Bileam). Sudah hampir pasti teks ini mengacu pada munculnya kerajaan Daud. Sebagaimana Beleam Sudah melihat terbitnya bintang Daud, demikianlah orang-orang Majus telah melihat bintang dari Raja orang Yahudi di Timur. Matius mau menggambarkan bahwa melalui astrologi orang-orang Majus mendapatkan wahyu yang tidak sempurna. Mereka ini mengamati tata-susun bintang pada saat tertentu mempunyai makna tertentu. Dengan itu, mereka menyimpulkan bahwa seorang raja dilahirkan di Yudea, karena itu mereka ingin datang menyembahnya. Ketika mereka tiba di Yudea, mereka membutuhkan penunjuk arah. Salah satu jalan yang masuk akal untuk bertanya tentang raja yang baru dilahirkan, tentulah bertanya kepada raja yang sedang memerintah. Akhirnya, mereka dibimbing untuk menemukan kepenuhan tafsiran astrologi mereka itu dalam pribadi bayi Yesus, Sang Wahyu yang sempurna.

KETIGA :
Secara astronomis dan astrologis, ada berbagai teori tentang keberadaan bintang Betlehem itu. Masing-masing teori memiliki keunggulan tetapi juga kelemahan. Berikut ini adalah teori terbaru yang tampaknya dapat diterima. Teori ini dikemukakan oleh seorang astronomis Michael Molnar dalam bukunya, The Star of Bethlehem: The Lagancy of the Magi. Menurut Molar, pada sekitar tahun 6 SM (Sebelum Masehi), dua tahun sembelum kematian Raja Herodes, planet Yupiter muncul di Timur sebagai bintang Fajar dalam tanda orang Yahudi, Aries sang kambing jantan. Planet Yupiter yang muncul di Timur inilah bintang Betlehem itu. Matius merujuk hal ini sebagai "Bintang-Nya di Timur" (Mat 2:2.9). Peristiwa ini terjadi sekitar tanggal 17 April tahun 6 SM. Para astrolog percaya bahwa ketika bintang rajawi zeus, yaitu planet Yupiter, berada di Timur, saat inilah saat yang paling kuat untuk memberikan kerajawian. Ciri kerajawian lainya juga muncul dari pertempuran antara planet Saturnus dan Yupiter pada saat matahari terbit. Justru hal inilah yang juga terjadi ketika Yupiter berada di Timur.

KEEMPAT :
lepas dari aspek astronomis, pada awal tahun 2008 ini Paus Benediktus XVI menggarisbawahi misi Gereja dan setiap orang kristiani untuk memberikan pencerahan dalam pencaharian akan kebenaran. Merurut bapa suci. Makna bintang dari Tiga Raja adalah undangan untuk semua orang kristiani untuk menjadi misionaris bagi seluruh umat manusia, dengan "memberikan pencerahan melalui kata dan kesaksian hidup, membimbing jalan untuk saudara-saudari kita." Bintang Betlehem juga tanda bahwa kita harus tanpa kenal lelah mencari kebenaran.

Cahanya bintang, yang diikuti oleh orang-orang Majus, adalah tanda bahwa "cahaya Kristus telah mulai menarik umat manusia kepada-Nya......dari segala bahasa, bangsa, dan budaya". Bapa suci melantukan; "Adalah kekuatan Roh Kudus yang menggerakkan hati dan pikiran untuk mencari kebenaran, keindahan, keadilan, dan kedamaian". Dengan mengutip almarhum Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus menegaskan. "Manusia menemukan dirinya dalam perjalanan yang tanpa akhir dalam arti manusiawi, yaitu pencaharian akan kebenaran dan akan seorang pribadi yang bisa dipercayai" (Fides et Ratio 33)




Yustinus Setyanta
Jogja

ARTI KEHIDUPAN

Apa yang membuat kita hidup?
Yang membuat kita memiliki arti dalam kehidupan?
Serta tidak merasa sia-sia dalam menjalani kehidupan ini?
Renungan ini saya tulis, setelah mendengar sebuah keluhan dari seseorang yang berkata bahwa, betapa dia telah memberikan banyak sumbangan buat mereka yang miskin tetapi tetap menjadi sasaran kemarahan saat gejolak sosial timbul. Seseorang yang merasa sia-sia saja segala kebaikan yang telah diberikannya selama ini. “Semuanya tak berguna....” katanya dengan penuh rasa sesal. Dan kesal. ( bdk KEJ 4:6-7)

Saya mengenal dia sebagai seorang yang cukup berada, selalu siap menyumbang buat kegiatan sosial dalam masyarakat, tetapi tak pernah aktip bersosialisasi. Dikenal tetapi tak mengenal. Baginya, cukuplah dia membantu dengan sebagian dana yang dimilikinya tanpa perlu terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang berjalan. Mungkin karena merasa bahwa lebih berguna waktu yang dimilikinya dipergunakan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, agar sebagian dapat dibagikan, dari pada hanya membuang waktunya tanpa hasil yang nyata. Merasa bahwa semua dapat diganti dengan materi, bahkan persahabatan sekali pun.

Entah mengapa, kita seringkali menganggap bahwa semua persoalan dapat diatasi dengan dana yang kita miliki. Dengan bantuan materi yang kita siap bagikan. Tetapi kenyataannya hidup tidaklah demikian. Terkadang materi saja tidaklah cukup. Bahkan sering bukan solusi sama sekali. Perkenalan, persahabatan dan pergaulan tidaklah mungkin dibeli. Selain dikenal dan terkenal, kita juga harus mengenal. Tanpa mengenal, kita bagaikan hidup terasing di tengah masyarakat, mungkin menjulang tinggi, tetapi hanya menjadi sekedar tontonan yang, jika dalam situasi mendesak, dapat didaki dan dijarah. Hingga ke puncaknya.

Bagaimana pun, hidup kita ini tidak cuma sekedar materi belaka. Kita pun memiliki perasaan yang mampu membuat kita merasa dekat, merasa intim dengan mereka yang kita kenal, kita sayangi dan selalu ingin kita raih dan kita rangkul. Perasaan demikianlah yang membuat kita lebih dapat menerima mereka yang kita kenal secara langsung daripada mereka yang hanya muncul dalam bentuk benda dan materi, berguna sesaat tetapi kemudian mudah terlupakan. Sebab materi tidak berwajah. Tidak berperasaan. Dan sering tidak menyentuh kehidupan kita senyata kehadiran seseorang secara langsung.

Maka hidup tidak cukup hanya dikenal saja. Kita pun harus mengenal. Sebab hidup yang baik selalu berkomunikasi satu sama lain. Tidak cukup melalui perantara materi, sebesar apapun materi itu. Tidak. Dan itulah arti kehidupan ini. Setiap percakapan sesederhana apapun bentuknya, setiap sapaan dan kunjungan satu sama lain, sering jauh lebih bernilai daripada sekedar kiriman. Jauh lebih bermakna daripada sekedar titipan. Bagaimana pun, materi tidaklah akan berbicara seindah suara kita. Tidaklah akan semesra dengan kehadiran kita. Kita sulit tersentuh oleh materi tetapi akan tersentuh oleh kehadiran wajah-wajah yang hadir untuk tersenyum atau berbagi simpati di depan kita. Secara langsung. Secara nyata. Suatu bukti bahwa kita ada. Kita nyata.

Apa yang membuat kita hidup? Yang membuat kita memiliki arti dalam kehidupan ini? Bukankah itu karena kehadiran orang-orang saat kita membutuhkan mereka? Maka sungguh mengherankan ketika kita merasa telah membeli kebaikan dengan sumbangan. Telah membayar persahabatan dengan materi. Telah berbuat baik hanya dengan sekedar membagikan amplop berisi uang. Tanpa perlu tahu. Tanpa butuh mengenal. Saling mengenal. Saling membantu. Saling melayani. Saling berkomunikasi.


Yustinus Setyanta
Jogja

Sabtu, 14 Desember 2013

BAHAGIA DENGAN NGE-BLOG.

Wah, pokoknya kalau bisa, mas datang ya. Rugi kalau nggak datang! Mas Setyanta kan ini? ayolah datang Mas!" Demikianlah seorang panitia lomba menulis menyakinkan, menghubungi ku lewat HP. Akhirnya, dengan mantap, aku pun datang ke acara pengumuman lomba menulis itu. Tak di sangka, aku menjadi pemenang kedua dengan hadiah i-Pad

Blog. Media inilah yang mengantarkan saya menjadi pemenang kedua ketika itu. Media yang lama sudah tidak saya sentuh-sentuh lagi. Namun karena gairah menulis saya saat itu tumbuh kembali dan momen indah menang lomba menyemangati saya kembali, meski blog saya biasa-biasa saja, desainya pun polos, beberapa tulisan mendapat tanggapan dari penitia lomba (peserta pembaca). Apa pun itu saya bahagia.
"Satu tulisan ter-posting di blog, maka penulisnya sudah bisa di sebut blogger". Ingat sekali dengan nasihat ini yang saya temukan di blog seseorang. Intinya begitu. Selamat Hari Blogger Indonesia 27 Oktober, yang di peringati sebagai hari kebangkitan blogger nasional dan setiap tanggal 27 Oktober di tetapkan sebagai hari blogger nasional dan kiranya agar lebih berkualitas dan mencerahkan. Mari merayakan.

Ada hari ini atau tidak, blogger masih tetap akan eksis. Sejak dicanangkan tahun 2007 oleh Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh, pada 27 Oktober 2007, hari blogger nasional menjadi semacam ceremonial virtual. Aktivitas ngeblog menjadi seolah-olah 'makin bergairah'. Saya tidak tahu pasti mengapa tanggal 27 Oktober ditetapkan menjadi Hari Blogger Nasional. Apakah karena berdekatan dengan 28 Oktober Hari Sumpah Pemuda, dan ngeblog identik dengan aktivitas anak muda? Entahlah

Pada awalnya ngeblog dipakai oleh seseorang sebagai sarana curhat atau menceritakan pengalaman dirinya. Seiring perkembangan jaman ngeblog mulai bergeser menjadi salah satu cara untuk mendulang rejeki. Mulai dari pay per klik atau bahkan sampai menjual barang melalui blog. Semua sah-sah saja asalkan dengan cara yang benar.

Munculnya situs microblogging semacam twitter, path, instagram (foto) dan sebagainya menambah ramai tools/aplikasi blogging. Pemanfaatannya juga sudah mulai bersinergi satu dengan lainnya. Mengawali aktivitas blogging juga bisa dilakukan dengan sederhana, tanpa perlu merumitkan diri.
Blogging adalah 'cara' untuk mendapatkan sesuatu, bukan sebuah tujuan. Karena blog adalah tools. Memanfaatkan tools sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil semaksimal mungkin.

Ini kenapa malah ngelantur membahas blogging, dan bukan hari blogger nasional? Ya mungkin karena memang tak ada yang harus dipetik dari perayaan Hari Blogger selain kita tetap bersemangat untuk menulis blog, mengisinya dengan konten lokal, dan menyebarkannya melalui social media agar dibaca lebih banyak orang. Untuk sedikit memanjangkan konten artikel ini dan lebih tahu tentang Hari Blogger Nasional, silakan berkunjung ke link ini  Dan entahlah ada berapa blogger yang menulis tentang Hari Blogger Nasional hari ini. Ini adalah perayaan tentang penulisan, tulisan, dan manfaatnya, bukan perayaan ceremonial atau upacara saja. Mari merayakan.
Selamat Hari Blogger Indonesia 27 Oktober 2013


Tulisan ini di muat di Harian "Jaw Pos" Sabtu 27 oktober 2013 yang lalu namun baru saya poskan sekarang


Yustinus Setyanta
Jogja                                                                                                                                                           

Rabu, 11 Desember 2013

MENATAP SENJA MERONA DI PANTI GLAGAH

Mungkin sebagian besar orang jika ditanya tempat mana paling nikmat untuk menatap matahari terbenam, mereka akan menjawab itu adalah pantai. tak peduli pantai pasir putih, hitam, karang, beton, tebing; yang penting tetap saja berupa batas daratan dengan lautan. Seharian berkeliling dengan panas yang membara, dan sempat mampir tidur sebentar mampir di perkebunan buah naga lantas ku bergerak merapat menuju sebuah pantai di pesisir Yogyakarta, yang terletak di Kabupaten KulonProgo. Nama desa dan kecamatan tidak begitu saya tahu, tetapi pantai ini merupakan salah satu pantai andalan objek wisata di daerah ini.

Jalanan berupa aspal yang masih bagus dan dilengkapi dengan petunjuk arah tidaklah menyulitkan bagi kami untuk menemukan gerbang tiket untuk masuk ke kawasan objek wisata ini. Sebagian besar pantai telah diberi pemecah ombak untuk mengurangi gempuran ombak yang mengakibatkan abrasi keras pada pantai pasir hitam ini. Bentukan pemecah ombah yang unik menjadikannya objek menarik sebagai pemanis ketika akan narsis narsisan. Tanpa lama bergerak sajalah ku ke ujung-ujung pemecah ombak ini. Bentukan pemecah ombah yang unik menjadikannya objek menarik sebagai pemanis ketika akan narsis narsisan. Tanpa lama bergerak sajalah ku ke ujung-ujung pemecah ombak ini.
Bentukan pemecah ombah yang unik menjadikannya objek menarik sebagai pemanis ketika akan narsis narsisan. Tanpa lama bergerak sajalah aku ke ujung-ujung pemecah ombak ini. Menatap senja yang tertutup mega, namun tetap meneruskan kilaunya sore itu.

Cahaya senja menaburkan warna-warna jingga di langit, di antara awan hitam yang ber-arak di atas lautan luas, serta gelombang lunak yang memukul pantai. Dan di tepi tembok pemecah gelombang ku berdiri  menatap jauh ke ufuk barat. Petang tiba dalam keheningan. Jauh di tengah samudra, membayang samar-samar perahu dan beberapa perahu kecil lainnya. Inilah sepenggal kehidupan di antara keluasan alam raya. Dan betapa kecilnya diriku, hanya sebutir debu yang tak berarti sama sekali di antaranya. Hanya sepercik sinar di antara miliyaran galaksi. Menengok sejarah yang telah berjalan teramat panjang, apalah artinya sepenggal riwayat yang kita susuri ini? Namun, disini, tepat di tepian tembok pemecak gelombang, ku melihat panorama alam dengan diriku sendiri. Aku ada. Dan aku menikmati serta memikirkannya. Mungkin, dalam kesendirianku, aku terpesona memandang keindahan warna senja di langit yang mulai mengelam sambil merenungkan kekerdilan diri, namun tetap terasa bahwa aku memusat dalam keberadaanku saat ini.

Jauh di tengah laut, sebuah biduk kecil nampak kesepian terombang-ambing gelombang. Beberapa ekor camar melayang lepas dan sesekali satu dua ekor nampak seakan mengambang di atas biduk itu. Dunia tenang, seakan mengambil istirahat setelah pergulatan dalam udara yang terik dan gerah sepanjang hari ini. Dan pantai glagah yang jauh dari hiruk pikuk kota mulai berbenah menuju malam yang menjelang tiba. Aku menyerap suasana itu tanpa kata. Tanpa hasrat untuk berkata-kata. Dan memang, ada banyak hal dalam kehidupan yang kita jalani ini, takkan bisa dijelaskan hanya dengan kata. Ada banyak hal yang hanya bisa dijalani dan dialami. Serta diresapi. Keindahan, kesunyian, kerinduan, kelembutan selalu membawa rasa damai dalam hati walau hanya sekejap. Dan itu cukup sebagai pengimbang segala kesibukan kita sepanjang hari yang dilintasi.

Waktu adalah milik kita. Dan ketika kusadari itu, aku mengenang mereka-mereka yang selalu merasa kekurangan waktu. Bagi mereka, waktu tak pernah cukup. Waktu tak pernah cukup, bukan karena mereka tak punya waktu, namun karena merasa tak pernah cukup kesempatan untuk terus meraih kekuasaan-kekuatan-kekayaan yang terus menerus membayangi kehidupan mereka. Waktu adalah milik kita. Kita bukan milik waktu. Sebagai pemilik, kitalah yang harus mengatur penggunaannya, dan bukan waktu yang mengatur kita. Sesekali, kita layak untuk berhenti. Layak untuk menikmati waktu yang kita miliki. Layak untuk melihat ke sekeliling kita. Sungguh, petang hari di pantai Sorong ini, aku menyaksikan kehidupan yang berjalan bersama keberadaanku sendiri. Kita ini memang sekecil debu, namun juga pusat kehidupan. Tanpa kita, tanpa keberadaan kita, bukankah tak ada hidup? Dan tak ada waktu? Ya, mungkin tetap ada hidup dan waktu, tetapi bukankah kita tak pernah akan mengetahui dan mengenalnya?

Malam menjelang tiba. Langit perlahan tenggelam dalam kekelaman. Dan makin banyak pula yang berdatangan memenuhi sepanjang pantai ini. Mereka datang bergerombol. Berpasangan atau hanya seorang diri. Tak ada yang peduli. Tak ada yang menghalangi. Hidup ada untuk dinikmati. Waktu ada untuk dijalani. Sebaik-baiknya. Sepasang kekasih tadi. Entah kemana, aku tak tahu. Mendadak aku merasa betapa kita, ya kita semua, sesungguhnya hanyalah pendatang di bumi yang indah ini. Kita semuanya hanyalah pendatang. Yang kita miliki hanyalah sang waktu. Waktu yang akan mengawal kita hingga akhir. Dan sebagai pendatang, kita tak pantas mengeluh. Sebab pada akhirnya, kita semuanya akan pulang kembali. Berpulang kembali Kepada BAPA........





Yustinus Setyanta
Kulon Progo - Jogja

LEGAWA

Kata "Legawa" itu kata berasal dari bahasa Jawa yang sekarang juga dipakai dalam bahasa Indonesia. Legawa itu berarti rela atau ikhlas. Dalam bahasa Jawa ada kata "lila legawa". Legawa itu ada hubungannya dengan kata "lega". Yang jadi pertanyaan yaitu hubungannya kata "lega" dengan "legawa": dari mana tambahan "wa" dalam kata "legawa" itu?

Dalam ceritera perwayangan ada tokoh yang bernama "Rama Legawa". Kata "legawa" nama tokoh itu berasal dari kata "Raghawa". Seperti "Pandhawa" atau "Korawa", kata "Raghawa" itu artinya darah atau keturunan "Raghu". Sepertinya kata "legawa" terjadi itu ya dari nama tadi, tetapi maknanya ya sama dengan kata "lega" atau "rela". Kata lega atau legawa itu menggambarkan sikap batin yang ikhlas, rela, tidak terbelenggu oleh rasa tidak rela atau kecewa atau lapang dada.

Penyair Jawa modern, Iesmaniasita, menciptakan puisi yang berjudul "Apa kamu sudah lega?". Pada puisi tadi Iesmaniasita bertanya pada penyair-penyair seangkatannya, "apakah kamu sudah lega jikalau hanya menyanyikan lagu warisan?". Memang, dalam kesusasteraan Jawa banyak ciptaan yang hebat. Banyak pengarang dan pujangga terkenal, mulai dari Empu Sedah, Empu Panuluh sampai Ranggawarsita. Tetapi pengarang sekarang apa ya bisa puas kalau hanya merawat warisan para leluhur, tidak bisa menciptakan syair sendiri? Kata "lega" dapat diartikan "menerima", yaitu menerima atau sudah bisa "menyanyikan lagu warisan" tidak mempunyai semangat menciptakan lagu sendiri.

Kata "legawa" itu artinya menerima dengan hati longgar. Kalau kalah ya menerima kekalahannya, kalau menang ya tidak sangat-sangat membanggakan diri. Caleg yang tidak terpilih menjadi anggota legistatif tidak perlu terlalu bersedih atau kecil hati. Tetapi untuk yang tidak menjalani memang ya gampang saja berkata demikian, terhadap yang menjalani, lebih-lebih yang sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit, dunia ini memang ya menjadi benar-benar gelap.

Semua tindakan itu ada buahnya sendiri-sendiri. Tidak semua tujuan atau keinginan itu bisa terlaksana, lebih-lebih kalau tidak disertai usaha dan dihitung dengan teliti. Walaupun seperti sudah berjanji "siap menang, siap kalah", tetapi jika kalah sepertinya kok ya belum siap tow yow. Jadi, mencari legawa-nya hati memang tidak mudah.

Manusia itu memang harus bisa legawa, sebab manusia itu hanyalah makhluk yang tidak luput dari rencana-Nya. Manusia itu bisa terkena sakit, terkena susah, dan terkena nasib yang kurang baik, menjadi tua dan tidak luput dari mati. Jika sudah sampai waktunya, manusia bisanya cuma pasrah kepada Yang Membuat Hidup (Allah). Tanpa mengingkari perlunya usaha, Rancana TUHAN yang berada dalam hidup manusia harus diterima dengan rela-legawanya hati. Seperti Bunda Maria yang rela legawa menerima kehendak-Nya

Rela jika
kehilangan tidak suka menyesal
menerima jika terkena
jangan iri terhadap sesama makhluk
ketiga legawa kesedihan diserahkan pada Tuhan.



Yustinus Setyanta
Jogja

ANGIN KERINDUAN

Dingin suasana malam ini
Diterpa semilir angin kian membelai
Diri yang berselimutkan sunyi
Diantara malam dingin ini

Aku terdiam disudut kamar yang kusam
Kesunyian terasa semakin kelam
Ku rasakan dinginnya angin malam
Sunyi malam kian mendekam

Angin sejukmu terasa membelai kulit ku
Dingin tubuh ku semakin ngilu
Angin sampaikan pada sang pemilik rindu
Aku ingin bersamanya bercumbu

Di malam dingin ini, sejuk terasa
Di malam sunyi ini tiada yang kusapa
Ia yang s'lalu hadir menjelma
Dalam mimpi tidur ku yang lena

Sendiri di sudut kamar ini
Setetes air mata meluncur ke pipi
Sedih kurasa sa’at dikau hadir membayangi
Senyum mu manis penuh misteri

Berbinar-binar hambar kurasakan
Biasnya malam ini ku sendirian
Berdiri diatas malam kesunyian
Bermimpi belum juga kenyataan

Angin kemana kehangatan itu
Antara mimpi dan kerinduan yang memburu
Asa aku ingin berjumpa tak dapat bertemu
Angan ini terbang bersama sang bayu

Menghempas pikul gelombang yang menerpa
Menepis kerinduan namun tak berdaya
Mengapa rindu ini kembali menyapa
Menghampiri kesendirian ku yang hampa

Angin bawalah kerinduan ku padanya
Agar bias ini pudar berganti warna
Agar senyuman misteri ini menjadi nyata
Aku mau s'lalu bersamanya

Siang dan malam ingin selalu berdua
Sa’at mentari kulihat dari jendela
Senyuman itu nyata disaat ku membuka mata
Seraut wajah mu yang cantik datang menyapa

Mengucapkan selamat pagi
Membawakan secangkir kopi
Manis yang kau buat setiap pagi
Untuk diriku ini

Ramah sapaan mu penuh sanjungan
Rayu manja mu yang ku rasakan
Rasanya bak didampingi bidadari khayangan
Berharap rintih ku kan berdampingan kenyatan

Kini khyalan ku terbang bersama angin
Kerinduan yang memanjang di kesunyian
Kelam kian mencekam dalam kesendirian
Kehampaan hati ku ini selalu ku rasakan

Tiada hujung untuk ku berlari
Tiada tempat untuk ku berdiri
Tiada kamar untuk ku bermimpi
Tidak!!! waktunya akan ku akhiri

Karna dia masih menunggu dengan setia
Kesetiaanya dapat kurasakan dalam dada
Keikhlasanya masih murni ku rasa
Karna dia masih yang ku cinta

Angin ku titipkan salam rinduku pada mu
Agar malam ini bukan mimpi yang berlaku
Agar impian yang nyata kembali bersama ku
Anggaplah ini hanyalah sementara waktu


Tebasan angin rindu 'kan jadi penghias diri
Apabila kau tak lupa diri
Dan tebasan angin rindu 'kan jadi penyakit hati
Apabila kau tak berhati-hati

Tebasan angin rindu pasti 'kan selalu berlalu
Dan berbekas dalam ukiran kalbu
Atau tersimpan dalam arsip hati
Kemudian angin rindu akan berhenti berlari
Maka kita pun 'kan bersama-sama lagi
Hingga akhir nanti


Yustinus Setyanta           ---------------             Puisi
Jogja

AUTOPILOT, Inisiatif

Pernah mendengar istilah autopilot? Istilah yang sering kita temukan bila menonton film atau bermain game, yaitu sebuah sistem yang membuat kendaraan mampu bergerak tanpa campur tangan pengendalinya, dalam hal ini manusia sebagai pilot atau drivernya. Siang ini istilah ini kembali saya dengar ketika tadi saya membaca koran 'kompas', namun bukan di ranah teknologi itu. Beberapa hari yang lalu sembari mengaduk teh hangat dan menenton sebuah stasiun TV Swasta yang sangat kritis itu, membuka editorial dengan judul “Negeri Autopilot.” Binggung.com? hehehehe.......Pasti tidak, kalau kita sangat mengenal baik koridor berita TV yang penulis maksud.

Ada sebuah kisah dimana jalan penghubung Jabar-Jateng yang nyaris putus, tinggal sebelah jalan, belum mendapatkan perhatian penanggung jawabnya, entah dinas atau kementrian yang punya tanggung jawabnya. Tapi warga sekitarnya, entah siapa yang menyuruh, atau mungkin nalurinya sebagai “penguasa” daerah tersebut, mengatur lalu lintas secara sukarela. Biar mobil-mobil ngga' pada masuk jurang katanya. Suka karena dikasi uang receh oleh yang lewat, dan rela karena diberi seadanya, hehehe......... Namun, bukan sukarelanya yang kita bahas, melainkan kepada niat dan pengorbanannya untuk sekedar membantu. Padahal jalur selatan Jabar-Jateng ini levelnya jalur nasional/negara, yang artinya perekonomian banyak hidup karena jalurnya (dahulu) lancar.

Ada lagi kisah-kisah serupa yang pernah kita dengar, tentang sendal Aal dan koin Prita. Terbukti rakyat, yang apa minta ijin dulu ke pak RT/RW atau pak kadesnya, berhasil mengatasi batas lintas kepercayaan, daerah, bahkan sosial, untuk saling mengumpulkan dukungan sendal dan koin. Tak ada yang memerintah (memberi perintah) disini, unsur peka dan peduli dari hati lah yang lebih mengajak tangan mengulur dan kaki bergerak.

Masih banyak berita lainnya, seperti komunitas Saber (Sapu Bersih) yang lagi-lagi sukarela membersihkan paku di jalanan Jakarta. Atau berita terbaru tentang anak-anak SMK Trucuk, Klaten, yang membuat mobil dengan kandungan lokal 80%. Walau memang sudah banyak SMK yang bisa membuat mobil lainnya, bahkan pesawat, dan walaupun juga karya-karya ini belum bisa besar jika belum ada industri manufakturnya, tapi ide kreatif untuk mengapresiasi hasil karya dalam negeri, tidak hanya patut diacungi jempol, ditepuk tangani, dijadikan gosip selewat, tapi juga difollowup. Lagi-lagi kita bisa melihat ketika yang berkuasa sedang sibuk dan pusingya mengatasi kemacetan, mengurangi jumlah mobil, datanglah solusi pendek dari anak-anak SMK itu.

Disini penulis/saya bukan (hanya) ingin mengkritik pemerintah, namun secara sisi positifnya bisa diambil bahwa autopilot atau ketiadaan kendali atas apa yang terjadi pada rakyat, jangan (hanya) dipandang sebagai kurangnya perhatian pemerintah. Tapi juga bisa dirasakan bersama bahwa masa-masa sulit inilah yang membuat rakyat negeri menjadi semakin tertempa, semakin menguatkan barisan.

Ide yang muncul ditengah tekanan dan penderitaan, dipacu oleh rasa "Peka dan Inisatif," yang apabila semua menular pada generasi muda sekarang, semoga saja stok generasi berikutnya pasti mampu membawa negeri dalam keadaan adil dan sejahtera, pasti.
Mari kita selalu optimis!!.
Barangkali Autopilot  bukan (hanya) dilepas liar, mungkin ajakan inisiatif bersama.


Yustinus Setyanta
Jogja

KEKUATAN IMAJINASI

Pada kesempatan ini saya ingin mengangkat tema tentang Kekuatan Imajinasi, hasil dari pengaruh kekuatan imaginasi ini yang bisa mempunyai efek positif dan efek negatif, bergantung kepada individu tersebut dalam mengolah kekuatan imajinasi ini.
Dan jangan pernah meremehkan imajinasi ini, imajinasi bukanlah gambaran kosong atau angan-angan tanpa isi, imajinasi ini memiliki sebuah kekuatan yang mempengaruhi pikiran dan fisik kita.

Sejarah sudah mencatat, banyak tokoh tokoh dunia menjadi terkenal akibat imajinasi yang luar biasa ini dan imajinasi ini mempunyai kekuatan yang dahsyat.

Kita mengenal tokoh Albert Einstein, ia pernah mengatakan,”energi mengikuti imajinasi”, tentu saja Einstein serius dg ucapannya ini, dg membuktikan adanya hukum kekekalan energi, dia sendiri telah mengakuinya ketika ditanya, bagaimana ia mampu menghasilkan begitu banyak teori yg spektakuler ?, dia menjawab imajinasilah yg menjadi salah satu bahan bakar dari idenya itu.

Lantas bagaimana Imajinasi yg dihasilkan oleh pikiran kita bekerja ?

Pada prinsipnya perlu kita sadari, bahwa pikiran kita adalah sebuah kekuatan yang sangat besar, mempunyai daya magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi autopilot atau dalam kata lain mengangan-angan tak terkendali atas apa yang kita ingin wujudkan, yang kita cita-citakan, bahkan yang sekedar kita imajinasikan.

Pikiran mampu mengendalikan secara automatis apa yang kita inginkan dan apa yang tidak kita inginkan, maka hati hati dengan kekuatan pikiran kita dan pandai pandailah mengelolanya karena pikiran yg dijabarkan melalui imajinasi mempunyai kemampuan autopilot tersebut yang mampu mempengaruhi semua kejadian dalam hidup kita, dan terkadang hal ini jarang disadari oleh masing masing individu, dan baru mengetahui/menyadari setelah kejadian itu terjadi.

Setiap orang boleh mempunyai impian akan masa depannya, mimpi itu bisa berupa keinginan menjadi penulis yang hebat, ingin jadi dokter, insinyur dan lain lain.

Dalam mewujudkan impian inilah kekuatan imajinasi sangat besar pengaruhnya seperti yg saya gambarkan pada Albert Einstein, dan ia bisa mengelolanya menjadi efek positif.

Sekali kita merencanakan, membangun imajinasi dan mematrikan dalam pikiran kita, maka fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang sudah kita pikirkan. Saya ingatkan sekali lagi hati-hatiakan kemampuan autopilot yang sudah saya bahas di atas.

Tapi kebanyakan dari diri kita saat ini kadang kurang cermat mengelola kekuatan pikiran kita yg digambarkan dalam imajinasi yg kita bangun, sering kali kita mendapatkan efek negatif dari dampak kekuatan imajinasi ini, karena kita kurang cermat dalam mengelolanya, bahkan ada yg tidak sadar dalam mengelola kekuatan imajinasi ini.

Untuk mudahnya saya beri sedikit contoh gambaran nyata dalam hidup kita dari efek negatif ini.

Seperti kenapa ibu kita terlalu kuatir dg anak anaknya, sehingga ini membuatnya sulit tidur dan akhirnya menjadi sakit, kejadiannya sederhana saja, ibu ini sudah membangun imajinasi dalam pikirannya tetang hal hal buruk yang menakutkan, bisa didasari atas dasar pengalamannya sendiri atau pengalaman orang lain, nah ibu ini terus membangun hal hal buruk yang menakutkannya itu, terus berkembang dan berkembang, dan ini menciptakan suatu ketakutan yang amat sangat dan kecemasan yang tinggi dalam dirinya, sehingga kekuatan imajinasinya ini menciptakan energi negatif buat dirinya, sehingga dia gelisah, kuatir dan lain lain, dan ini membuat gangguan dari jadwal tidurnya, jadwal makannya sehingga mengakibatkan jatuh sakit.

Kebanyakan hal ini dilakukan diluar kesadaran ibu ini, sampai dengan ada yang menyadarkannya atas kekeliruan membangun sebuah imajinasi dalam pikirannya, karena salah dalam mengelola kekuatan imajinasinya, sehingga tercipta kebiasaan yang salah yaitu, ibu ini menjadi fokus dengan hal hal buruk dalam imajinasi yang dibangunnya, dan ini semakin memperburuk kondisi fisik si ibu, dengan kurang tidur dan kurang nafsu makan, akhirnya jadi sakit, ingat bahwa kekuatan imajinasi ini sekali dibangun dan dipatri dalam pikiran kita, maka akan mempengaruhi fisik kita tergantung energi yang dihasilkannya.

Contoh lain :
Seorang yang selalu maunya makan terus, sehingga menjadi gendut tak karuan, hal ini terjadi sama persis dengan kejadian ibu di atas, orang yang punya kebiasaan maunya makan terus, karena dia membangun imajinasi tentang makanan dalam pikirannya, ia selalu membayangkan lezatnya makanan, bentuknya makanan dan jumlahnya makanan, kebiasaan inilah yang membuat ia jadi fokus terus kepada makanan tersebut, sehingga kekuatan imajinasi yang dibangunnya memberi energi buat organ tubuhnya dalam hal ini organ pencernaannya yang bekerja secara automatis membentuk enzim enzim pencernaan sehingga memberi feedback ke otak untuk menciptakan perintah rasa lapar, dan kebiasaan ini berlangsung berulang ulang kali dan menjadikannya sebuah kebiasaan yang tidak disadarinya, sehingga hasil akhirnya ia tidak bisa mengendalikan rasa laparnya dengan keinginan makan yang begitu besar dan tak terkendali.

Inilah sedikit gambaran yang ingin saya sampaikan, begitu besarnya kekuatan imajinasi dalam pikiran kita.



Yustinus Setyanta
Jogja

SELAMAT MALAM

Malam yang tenang langit-langit bersih tumpah bintang gemintang seolah menempel di langit yang hitam pekat.
Angin yang biasanya kencang kini terasa lembut.
Dingin yangg biasanya menusuk tulang kini kembali hangat.
Ketenagan malam seolah mempesona tetumbuhan untuk tidak megoyakan dedaunannya.
Tertidur dengan nyenyaknya seolah kabut yang berwarana-warni meyelimuti diri.

:::. Malam .:::
hmmm......
Angin berhembus jauh menyapa
Membisik rindu, dari sebegitu saja
Dan, diantari dingin semilirnya
Ada hangat, mengalir di jiwa
Tersenyum pada
: Malam!!


Yustinus Setyanta
Jogja
                                        

Selasa, 10 Desember 2013

MOMEN

Semua hari sama saja, demikian kita kerap mendengar kalimat itu. Apakah memang semua hari sama? Bukankah, bagi kita semua, ada saat-saat tertentu yang demikian berkesan sehingga kita merayakannya dengan penuh sukacita? Atau saat yang demikian dramatis, tragis dan tak mungkin terlupakan sehingga kita ingin mengenangnya agar menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak lagi melakukan hal yang sama? Bukankah kita semua mempunyai momen yang demikian menggugah hati dan menentukan kehidupan kita saat ini?

Maka jelas bahwa, setiap hari dan setiap saat, adalah berbeda karena memiliki keunikannya sendiri. Ada momen-momen yang setiap saat bisa muncul, momen-momen berharga yang mungkin takkan terulang kembali. Momen yang dapat menentukan hidup, keberhasilan dan kebahagiaan kita. Momen yang harus kita kenal dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dengan berjaga-jaga dan waspada karena sering momen demikian muncul tanpa terduga. Dan tanpa kita sadari. Tetapi dengan kepekaan hati dan kesadaran diri, kita pasti bisa mengetahui kemunculannya.

Demikianlah, kehidupan ini berjalan dengan momen-momen yang tak pernah sama. Momen yang kadang sama sekali tak terduga. Tidak semua hari sama. Bahkan semua hari tak pernah sama. Saat fajar ketika hari baru tiba, kita bisa memandang langit dan menyadari betapa setiap hari baru tiba dengan panorama yang selalu berbeda. Tetapi semua perbedaan itu hanya dapat kita rasakan jika kita peka terhadap apa yang nampak di luar, dan kita tak terperangkap hanya dengan apa yang kita rasakan dalam diri sendiri.
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya” (Mat 25:13). Dan memang demikianlah, setiap saat ada momen yang tiba dan akan menentukan hidup kita. Menentukan keberhasilan, kebahagiaan dan masa depan kita. Ada banyak kemungkinan dalam hidup ini. Banyak kemungkinan. Setiap satu pintu tertutup, janganlah hanya terpaku di depan pintu yang tertutup itu tetapi perhatikanlah pintu-pintu lain yang saat demikian mungkin sedang terbuka lebar dan siap menyambut kedatangan kita. Untuk kita masuki. Untuk kita pergunakan.

Setiap saat kita harus percaya bahwa kehidupan ini mempunyai pilihan-pilihan yang harus kita temukan, putuskan dan jalani. Semua pilihan mengandung akibatnya sendiri tanpa perlu kita sesali. Tanggung jawab atas pilihan kita ada pada diri kita pribadi. Bukan pada orang lain. Maka temukanlah momen-momen indah dalam hidup ini. Berjaga-jaga dan telitilah untuk menantikan dan memasuki momen yang tepat. Jangan hanya berdiam diri dan berkeluh kesah. Jangan pula hanya menunggu tanpa upaya untuk mencari dan menemukan.

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7). Itulah tugas kita untuk menemukan kebahagiaan yang ingin kita raih. Itulah kesempatan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Minta dan cari dan ketoklahlah setiap kesempatan, setiap saat dan momen bermakna yang bisa hadir tiba-tiba di depan kita. Berjaga-jagalah selalu. Dengan demikian, kita pasti dapat menemukan momen-momen yang berharga buat kehidupan kita. Buat kehidupan sesama. Buat dunia. Jadi yakinlah bahwa setiap hari selalu berbeda. Setiap hari memiliki kemungkinan-kemungkinannya sendiri. Setiap hari selalu membuka kesempatannya bagi kita untuk menjadi berguna. Menjadi berharga dan berarti bagi diri kita serta bagi sesama kita. Menjadi bukti semangat Tuhan kepada kita. Kita semua.

Yustinus Setyanta
Jogja

BEBERAPA MANFAAT GALAU

Galau.. Kata inilah yang sedang menjadi tren di sekitaran ABG. Bahkan salah satu operator telekomunikasi di Indonesia mengeluarkan produknya yang bernama “Anti Galau”, bahkan di status FB , tweeter dan SMS di HP. Biasanya mereka menunjukkan kegalauan dengan status mengeluh, menunjukkan diri sedang resah, bingung, dan pikiran kacau.
Sebenernya apa sih arti kata Galau ini?

“ga·lau , ber·ga·lau sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran);
ke·ga·lau·an n sifat (keadaan hal) galau.”Jadi dilihat dari definisinya sih galau itu lebih kepada sebuah pikiran yang carut marut tidak keruan, bukan ke masalah hati atau perasaan yang saat ini seringkali digembor-gemborkan orang-orang. Bahkan orang-orang lebih mengkaitkan kata ”galau” ini pada orang-orang yang sedang mengalami permasalahan seputar percintaan.

“Galau, itu ketika manusia tidak dapat mencapai aktualisasi diri”
galau menurus kamus Tesaurus Indonesia, adalah berat otak, bimbang, bingung, cemas,gelisah, hilang akal, kacau, karut, keruh,khawatir, kusut, nanar, pakau, resah, ribut,risau, semak hati, senewen, sesat pusat, terombang-ambing, was-was.

Galau, versi Gugling : Galau biasanya mewakilkan suasana hati seseorang yang sedang dalam keadaan susah, gelisah, gundah gulana, bingung, serba tidak enak dan semacamnya. Galau seperti rasa sedang jatuh cinta. Makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak (padahal kondisi mengantuk dan lapar).

Galau, versi bidang psikologi : Sebuah keadaan dimana Kecemasan adalah perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologis dan fisiologis. Kecemasan dalam kadar normal merupakan reaksi atas stress yang muncul guna membantu seseorang dalam merespon situasi yang sulit. kejiwaan seseorang yang memiliki rasa kurang percaya pada sahabat-sahabatnya. Dengan kata lain, saat ia memiliki sebuah masalah cenderung lebih mencintai kesendirian, kesakitan dan ketersesatan, merasa tidak (kurang) diperhatikan atau dicintai oleh orang-orang di sekitar, mencari perhatian dan merasa patut di kasihani bahkan tidak percaya sepenuhnya pada rencana TUHAN.

Namun Galau yang di arahkan pada positif juga bermanfaat, Supaya supaya tidak menganggapnya sebagai musuh. Maka pikiran kita akan lebih terbuka. Hati lebih tenang. Respon lebih baik.

Inilah yang membuat orang-orang hebat tumbuh setiap harinya dari jutaan masalah yang mereka alami,
inilah 6 manfaat galau :


Pertama,
Karena Galau, kita jadi tahu siapa teman sejati dan siapa yang hanya basa-basi. Teman sejati akan mendekat ketika kita galau. Teman basa-basi akan menjauh ketika kita galau.

Kedua
Galau juga bisa membuat kita sadar diri bahwa kita tidak sempurna. Galau jauhkan kita dari menjadi pribadi yang takabur.Orang yang tidak pernah Galau selalu merasa dirinya sudah hebat dan cenderung merendahkan orang lain yang sedang galau.

Ketiga
Galau membuka berbagai pintu kesempatan. Karena kita galau, maka kita akan sibuk mencari jawaban.
Kalau kita sungguh-sungguh mencari, maka pasti kita akan menemukan jawabannya. Kesempatan akan muncul dengan sendirinya.
Mereka yang tidak pernah galau, tidak akan pernah mencari jawaban, dan mereka tidak akan pernah menemukannya.

Keempat
GALAU membuat kita off-balance. Gak seimbang. Dan itu mendorong kita mencari keseimbangan baru.
Untuk bisa naik ke anak tangga yang lebih tinggi, maka kita angkat kaki. Jadi off-ballance.
Gak seimbang & takut jatuh.
Supaya selamat, maka tentu kita harus segera menapak di anak tangga berikutnya. Begitu seterusnya hingga kita sampai di atas.
Orang yang tidak pernah galau akan terjebak pada zona nyamannya. Dia tidak akan pernah berkembang.
Singkatnya, galau mendorong kita naik kelas. Kita yang tadinya berada di zona nyaman jadi ‘terpaksa’ naik kelas.

Manfaat Kelima
Karena galau, kita jadi dekat dengan Tuhan. Orang galau perlu tempat mengaduh, meratap, dan memohon. galau membuat kita merasa rapuh, maka kita akan mencari TUHAN sumber kekuatan.
Doa yang kita panjatkan ketika galau adalah doa yang paling khusyu’, paling panjang, dan paling spesifik.


Manfaat keenamSisi positif dari perilaku galau adalah belajar mengakui kelemahan kita, bahwa kita manusia rapuh dan berpasrah diri atas apa yang sudah kita usahakan. Masih ada TUHAN yang memiliki rencana dan kuasa atas segalanya.

Tuhan itu yang Maha Kasih Dia memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan masih sisa 12 bakul lagi, tetapi kita harus berusaha untuk mendapatkannya (menjadi pelaku Firman). Jangan tunda lagi, mulailah sekarang di manapun kamu berada, Tuhan sedang menunggumu dengan tanganNya yang terbuka.

Nah itulah 6 Manfaat Galau. Setelah tahu semua itu, saya berharap, kamu tidak perlu takut galau
Mulai sekarang jadilah ‘pengalau’ yang positif. Jadikan galaumu itu sebagai katalis untuk jadikan dirimu lebih hebat.
Kultwit ini ditulis oleh seseorang yang selalu galau.
Jadikan galau sebagai pembelajaran hidup untuk memotivasi kita menuju kehidupan yang lebih baik, bener.
Semoga bermanfaat.



Yustinus Setyanta
Jogja

SIMPATI dan EMPATI

SIMPATI

Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga, atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.
Simpati adalah melakukan sesuatu untuk orang lain, dengan menggunakan cara yang menurut kita baik, menurut kita menyenangkan, menurut kita benar.

EMPATI
Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh bila sahabat kita orangtuanya meninggal, kita sama-sama merasakan kehilangan.
Empati, adalah melakukan sesuatu kepada orang lain, dengan menggunakan cara berpikir dari orang lain tersebut, yang menurut orang lain itu menyenangkan, yang menurut orang lain itu benar. Jadi, apa yang menurut Anda suatu kebaikan, bisa saja sebenarnya malah mengganggu orang lain.
Empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.
Empati adalah kemampuan kita dalam meresponi keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with). Selain itu Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu.

Dunia yang semakin global dan ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan empati sosial masyarakat semakin rendah. Itu kenapa seringkali terjadi konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat mencegah meluasnya dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah mensosialisasikan rasa empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial terkecil yang mampu membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya masyarakat Indonesia.

Secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis, barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian, rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.

Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Selain itu empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain.

Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Oleh karena itu, setiap orang tua wajib menduplikasikan rasa empati kepada anak-anaknya.


Yustinus Setyanta
Jogja

STRATEGI PEMAHAMAN

Agar selalu konteks dalam berkomunikasi, maka dibutukan :

STRATEGI PEMAHAMAN sbb ;

1. Aku TIDAK TAHU kalau dia TAHU

2. Aku TIDAK TAHU kalau dia TIDAK TAHU

3. Aku TAHU kalau dia TIDAK TAHU

4. Aku TAHU kalau dia TAHU

Posisi ketika berhadapan dengan orang lain ada dimana (nomer berapa).
Tentukan! Setelah itu baru melangkah.


Yustinus Setyanta
Jogja

PETANI DI PEDESAAN

Sering kita dengar ada orang yang mengatakan bahwa tanah air kita ini memiliki tanah yang subur dan cocok
untuk pertanian. Pernyataan tersebut seolah mengidentifikasikan negeri ini pada aktivitas pertanian, hal tersebut memang tidak keliru, namun adanya kesuburan tersebut bukan berarti pertanian kita telah menyejahterakan semua petaninya. Kenyatannya ada petani yang sejahtera dan ada yang hidup sederhana.

Suatu kali di sebuah desa yang masih alami suasana alam kala itu ku berjumpa dengan seorang petani, yang ramah sembari kami ngobrol dan menikmati singkong rebus dan teh
 “Di sini kami hidup apa adanya, nak. Barangkali terasa berat, tetapi tetap akan kami jalani. Kami percaya bahwa semua hal ada yang baik. Bahkan dalam suasana sejelek apapun juga. Bukankah selalu ada tawa bahkan biar kita susah bagaimana juga? Kami hanya perlu merasakannya. Dan menikmatinya....” Demikian kata-kata bijak seorang bapak petani tua yang menetap jauh di pedesaan. Jauh dari keramaian kota. Dan jalan menuju ke lokasinya yang tidak beraspal. Berdebu di musim panas.

Tiba-tiba ku mengingat kalimat-kalimat itu, saat membaca atau mendengarkan berbagai keluhan atau protes mengenai hidup ini. Barangkali memang, kian banyak keinginan kian banyak pula keluhan kita. Seberapa banyakkah dari kita yang sadar betapa hidup yang kita bayangkan sesungguhnya sulit atau mustahil sama dengan hidup yang kita jalani. Dan saat kita merasa gusar terhadap apa yang dilakukan orang terhadap kita, karena kita merasa tak sesuai dengan apa yang kita inginkan, sadarkah kita bahwa kita sungguh meninginkannya? Jangan-jangan keinginan itu timbul justru saat kita menerima atau merasakan apa yang telah dilakukan orang lain. Sementara jika orang itu tak melakukan sesuatu apapun justru kita juga tidak memiliki keinginan yang berbeda.

Hidup itu sulit jika kita tak mampu menyederhanakannya. Hidup menjadi pelik jika kita hanya mau menerima tanpa mampu memberi, sedang saat menerima kita merasa tak pernah puas dengan apa yang kita dapatkan. Padahal kita sendiri sesungguhnya tak tahu apa yang kita inginkan. Sebab kita tak mengetahui sebelum seseorang melakukan sesuatu yang ternyata kemudian tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan itulah soalnya. Kita tidak membutuhkan sesuatu yang belum ada. Tetapi saat dia menjadi ada, kita ternyata tak merasa puas.

Tetapi dapatkah kita hidup dengan seadanya disaat kita dilingkupi dengan aneka macam keberadaan benda-benda yang tak mampu kita miliki? Dan disaat yang sama pula tak mampu kita ciptakan sendiri? Tidakkah pada akhirnya, semuanya itu membuat hidup kita menjadi lebih rumit. Dengan beban keinginan, hasrat dan ambisi yang tidak berkesudahan. Kesemuanya membuat kita terperangkap dalam obsesi untuk mencari solusi namun bila ternyata kita gagal, dapat membuat hidup kita menjadi pahit. Atau malah putus asa.

“Di sini kami hidup apa adanya”, kata petani tua itu. Dengan kata lain, di sini hidup, bagi mereka, adalah suatu kesederhanaan. Sebab, “selalu ada tawa dalam kondisi susah bagaimana pun”. Jauh di lokasi yang terpencil, dimana kesunyian menjadi sahabat sehari-hari, hidup ternyata menjadi lebih ringan. Daripada di kota-kota yang mengagumkan dengan cahaya kelap-kelip dan tak pernah tertidur, namun ternyata sering kita merasakan kesusahan yang bersembunyi di antara tawa ria yang bergemuruh. Kesepian di tengah keramaian. Kesengsaraan di tengah kemewahan.



Yustinus Setyanta
Desa Krembangan - Panjatan - Kulon Progo - Yogyakarta 



Senin, 09 Desember 2013

LAUTAN

Alun melaju sampan
Buih putih basah
Di tengah segara perahu menyendiri
Sungguh enak terombang gelombang

Berjalan dari kelam ke kelam
Kita susuri sepi diri
Debur ombak di pesisir meredam
Debur jantung yang sedang ramai

Oh, laut. indahnya dirimu ini
Membentang luas di bumi
Membuat nyaman mata yang memandangi
Dengan warna biru yang menggoda
Kau sangatlah mempesoa
Mata ini terasa memanja

Nyanyian-nyanyian merdu dari dalam dirimu
Terdengar jelas dalam hatiku
Dengan langit jernih yang memantulkan keceriaan
Menjadi pemandangan menakjubkan

Kau berisikan air berwarna biru
Biru indah melukiskan dirimu
Takkan bisa kuhindarkan pandangan darimu
Cuaca mu yang sungguh sejuk itu

Angin sepoi-sepoi bertiup
Berkeliaran dibawa pepohonan
Pasir mu yang berwarna putih
Terlihat suci tanpa noda
Terasa lembut di kaki
Bagaikan menginjaki awan

Karang-karang mu yang luar biasa
Berkelap-kelip bagaikan bintang
Dengan bermacam-macam warna
Dan bentuk-bentuk yang unik
Karang-karang besar maupun kecil
Hidup di dalam dirimu
Yang menari-nari dengan ria nya
Terlihat sangatlah anggun

Ombak yang berlomba maju
Berlomba-lomba ke darat
Bagaikan seekor kuda yang sedang berpacu
Berpacu dengan cepat

Kau menjadi rumah bagi para ikan-ikan
Berbagai macam ikan yang cantik dan rupawan
Ikan yang sering bernyanyi dalam laut
Dan bersenang-senang bersama sahabat

Mata ku arahkan ke depan
Pandanganku menyapu lautan
Deru ombak berlarian menuju ke tepi
Suara ombak memecah keheningan senja hari

Perahu kecil tak hentinya
Menari di atas wajah laut yang tertawa
Mengikuti arah angin yang ceria
Sang nelayan tak henti jua mencari nafkah untuk keluarga
Seruan ombakmu membangkitkan semangat citra
Sesosok mata mengintai dibalik kabut
Larik warna jingga dan abangan awan berarak
Perlahan laut menelan sang surya diufuk barat


Yustinus Setyanta          -----------           Puisi
Pantai Handayani - Gunung kidul - Yogyakarta

Minggu, 08 Desember 2013

KETOKLAH HATIMU

"Tidak ada yang menyayangi aku. Mereka semua telah melupakan ku. Aku tertinggal seorang diri. Hanya sendiri"

Seberapa seringkah pertanyaan itu berkecamuk di dalam hati? Saat-saat sepi datang menangis tersedu-sedu. Dalam rindu yang teramat dalam. Dalam luka yang perih. Dalam sepi malam yang menggigit jiwa. Dan terus bertanya-tanya tentang makna keberadaan di dunia ini. Mengapakah itu harus terjadi? Mengapa??

Kita memang tak bisa melepaskan diri dari pemikiran untuk selalu ingin diperhatikan. Selalu ingin dikasihi. Selalu ingin diayomi. Tetapi pernahkah kita memperhatikan orang lain? Pernahkah kita mengasihi dan mengayomi orang lain? Jika kita mengira bahwa kita selalu memperhatikan, mengasihi dan mengayomi orang lain, bertanyalah pada dirimu, apakah perhatian, kasih dan pengayoman yang kita berikan itu murni berasal dari hati kita? Ataukah itu hanya sebentuk balasan dari perhatian, kasih dan pengayoman yang telah diberikan kepada kita? Kita memang jarang berusaha untuk mencari. Kita hanya menunggu. Dan jika apa yang kita nantikan tidak muncul, gelisahlah kita. Kita mulai meratap dan mempersalahkan orang lain. Layakkah itu?

Kasih sayang hanya dapat dijumpai jika kita mencarinya sendiri. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" demikianlah sabda Yesus. Maka janganlah kita hanya duduk menunggu datangnya kasih sayang itu. Dalam seluruh riwayat Yesus, Dia selalu mencari. Saat pertama kali, Dia sendiri telah datang menemui Yohanes Pembaptis untuk dibaptis. Dia, yang bagi Yohanes sendiri lebih layak untuk dibaptis olehNya, telah datang sendiri untuk menggenapkan kehendak BapaNya. Dia tidak menunggu Yohanes datang untuk membaptisNya. Dia sendiri telah berjalan berkeliling sambil berbuat baik, mencari dan memberikan kasih sayangNya kepada orang lain, dan menemukan sendiri balasan setimpal dari orang-orang yang dikasihiNya. Maka kasih sayang yang tulus pun diterimaNya. Tidak maukah kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Yesus sendiri?

Ketoklah hatimu. Carilah cintamu. Jangan hanya duduk menunggu sambil menyesali diri. Atau menyesali orang lain. Ketahuilah bahwa, banyak, teramat banyak orang yang siap membalas kasih sayangmu jika kau sudi memberikan sedikit saja perhatian kepada mereka. Orang-orang yang saat ini belum kau kenali. Atau mungkin sudah kau kenali secara fisik tetapi tidak kau kenali hatinya. Sungguh sia menghabiskan waktu tanpa melakukan apa-apa. Tanpa berusaha untuk mencari. Hidup tetap melaju ke depan. Waktu terus saja lewat meninggalkan hari ini yang telah kita sia-siakan. Mengapakah kita harus menunggu hingga semuanya menjadi terlambat?

"Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan," itulah yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita semua yang terus berupaya mencari kasih sayang sejati. Hidup memang tidak mudah. Terlebih jika kita tidak siap untuk memberi. Dan hanya menunggu diberi saja. Jadi mulailah membagikan kasih sayangmu kepada orang lain hari ini juga. Jangan lagi menunggu. Dengan demikian kita akan menerima balasan yang jauh, jauh lebih menawan dari pada yang dapat kita bayangkan.


Yustinus Setyanta
Jogja

REMBULAN - PURNAMA

          Sia-siakah hidup di dunia ini? Ada yang hidup dengan berpikir dan merenungkan. Ada hidup dengan berbuat dan melakukan. Ada yang berpikir dan berbuat. Tetapi tahukah siapa sebenarnya diri kita ini? Kenalkah kita padanya? Mengapa terkadang kita merasa kesepian dan terpencil seorang diri? Mengapa terkadang kita merasa sulit untuk dipahami? Merasa sulit untuk berbaur dan mengikuti pikiran dan perbuatan orang-orang lain? Tersesatkah kita seorang diri di jalan hidup yang sunyi ini, tanpa seorang pun mampu untuk mengenal diri kita? Siapakah kita? Dimanakah kita? Mengapa kita harus ada?

Malam ini purnama bersinar dengan indahnya di langit. Cahayanya yang jernih nampak bening berpendar menerpa alam. Dedaunan pohon-pohon nampak diam membeku.  Tak ada angin. Suasana jalan sepi seakan turut menikmati keindahan cahaya yang dipancarkan oleh sang dewi malam. Aku memandang ke langit, memandang ke bulatan yang bercahaya tersebut sambil berusaha untuk menyerap keindahannya ke dalam jiwaku. Dan betapa mustahilnya menuliskan di sini pengalaman yang kurasakan saat itu dengan kata-kata dan kalimat bahasa. Pengalaman hidup memang sering tidak untuk dituturkan. Hanya untuk dirasakan. Secara pribadi. Secara amat pribadi.

Maka siapakah kita, selain dari insan yang amat pribadi, dengan perasaan dan pemikiran sendiri. Dengan memandang purnama yang menerangi langit malam, ku memandang diriku yang hadir di dunia ini, bukan hanya sebagai bagian dari dunia, tetapi bahkan adalah dunia yang kurasakan seorang diri. Tanpa aku, tanpa kehadiranku di dunia ini, dapatkah aku mengatakan bahwa dunia ini ada? Dapatkah kukatakan bahwa engkau ada? Dapatkah kupastikan bahwa dia ada? Tidak, tentu tidak. Kesadaran kitalah yang membuat keberadaan kita menjadi pasti. Dan tanpa kehadiran kita di sini, saat ini, kita semua hanyalah kemustahilan belaka.

Cahaya rembulan bersinar dengan kecemerlangan yang menghanyutkan diriku. Purnama di langit yang jernih tanpa mega secuil pun. Dan di bumi, pepohonan diam membeku, seakan turut larut dalam suasana syahdu yang dipancarkan oleh bumi saat menyambut keindahan alam ini. Ah, hidup tidaklah sia saat kupandang langit malam ini. Tidak sia. Ada banyak hal yang telah, sedang dan akan kita alami, tak mungkin dapat kita tuliskan atau tuturkan dalam kata-kata untuk dipahami. Hidup ada untuk dinikmati, untuk direnungkan, untuk dipahami. Tetapi bukan untuk dituliskan di sini. Hidup kita seakan menjadi rembulan yang terkadang bercahaya purnama, namun terkadang pula tenggelam dalam kegelapan malam. Segala sesuatu punya masa masing-masing. Segala sesuatu punya kesempatan sendiri-sendiri. Dan kita adalah pribadi yang telah, sedang dan akan mengalami kesempatan-kesempatan indah ini. Kesempatan yang indah. Sampai akhir tiba. Bukankah demikian?

          Demikian setiap purnama tiba selalu membawa keindahan cahayanya. Dengan pendar sinar yang menerangi bumi, seakan menyapa alam dan mengirim salam. Bahwa waktu kegelapan takkan pernah kekal. Bahwa selalu ada masanya ketika terang tiba dan membawa harapan yang indah bagi kehidupan ini. Bagi setiap orang. Dan kita hanya perlu menanti dengan sabar. Dengan tetap mempertahankan semangat hidup yang telah dianugerahkan kepada kita. Kita semua.

Lihatlah dunia yang diterangi cahaya purnama itu. Resapkanlah kedamaian yang menyapa engkau. Nikmatilah ketenangan dalam terang yang membuat alam seakan lelap dalamnya. Bukankah kita telah memiliki segala kepermaian itu dengan cuma-cuma? Bukankah kita hanya perlu menikmati dan menyadari kehadirannya yang menakjubkan? Waktu bagi dunia hanya sekedar jalan, ke depan tanpa perlu disesali, tanpa perlu merasa kecewa dan sakit hati. Sebab siapakah yang mampu untuk menahan kehadiran sang purnama? Dia akan muncul sesuai dengan waktu yang dimilikinya.

Setiap kehadiran kita tidak hanya memiliki masa kelam, tetapi juga masa terangnya sendiri. Hidup hanya perlu dibiarkan mengalir sesuai dengan kodratnya. Hidup hanya butuh kesempatan untuk tetap ada dan tetap berlangsung. Maka purnama yang tiba segera akan menyapa kita, segera akan membawa kembali harapan yang hilang. Kita selalu punya kesempatan untuk berguna. Untuk berarti. Tak ada yang sia-sia di dunia ini selain dari ketidak-sabaran kita dalam menghadapinya.

Memangnya siapakah kita sehingga menginginkan segala sesuatu berjalan dengan sempurna? Bukankah kita hanya perlu menyadari keberadaan kita dalam eksistensi alam semesta ini? Dan semuanya berjalan sesuai dengan perputaran yang telah pasti? Bagai roda yang berputar menuju ke satu tujuan pasti, kita kadang berada di atas kadang di bawah, dan selama kita masih hidup, selama itu pula kita tak dapat menghindari situasi tersebut. Tetapi pada saatnya nanti, kita akan tiba di tujuan dimana kita dapat beristirahat dalam ketenangan yang abadi.

Setiap purnama tiba selalu membawa pesan bahwa, ada yang tak pernah bisa dihentikan. Bahwa dia akan tetap selalu hadir. Jika saatnya telah tiba. Dan sama seperti rembulan itu, harapan pun menjadi purnama yang indah jika kita setia mempertahankan semangat rembulan kita. Ya, rembulan adalah semangat dan purnama adalah harapan yang akan terwujud jika kita setia dalam meyakini kehidupan kita di alam semesta ini. Dan seperti roda yang terus berputar, kita mengarah ke satu tujuan pasti. Di sanalah kita akan membuktikan kebenaran keyakinan kita semua.


Salam damai bagimu semua....



Yustinus Setyanta
Jogja