Rabu, 27 April 2016

SEBUAH LAGU

Lagu yang beredar di internet menjadi daya tarik banyak orang untuk menggunakan internet banyak dari mereka yang menggunakan internet hanya demi untuk berburu lagu lagu yang mereka gilai.

Terkadang mendengarkan lagu akan membawa kita pada masa dimana kita pernah mengalami sebuah kejadian yang indah kadang juga akan membawa pikiran kita menuju ke dalam peristiwa yang menyedihkan ataupun mengembirakan.

Saya senang dengan lagu dengan bahasa mandarin di bawah ini.















我們的天父,

願祢的名受顯顯揚,願祢的國來臨,
願祢的旨意奉行在人間,如同在天上,
求祢今天賞給我們日用的食糧,
求祢寬恕我的罪過,如同我們寬恕別人一樣,
不要讓我們陷於誘惑,但救我們免於兇惡,
求祢今天賞給我們日用的食糧,
求祢寬恕我的罪過,如同我們寬恕別人一樣
不要讓我們陷於誘惑,但救我們免於兇惡 阿們!


 Wǒmen de tiān fù,

yuàn mí de míng shòu xiǎn xiǎnyáng, yuàn mí de guó láilín,
yuàn mí de zhǐyì fèngxíng zài rénjiān, rútóng zài tiānshàng,
qiú mí jīntiān shǎng gěi wǒmen rì yòng de shíliáng,
qiú mí kuānshù wǒ de zuìguo, rútóng wǒmen kuānshù biérén yīyàng,
bùyào ràng wǒmen xiànyú yòuhuò, dàn jiù wǒmen miǎn yú xiōng'è,
qiú mí jīntiān shǎng gěi wǒmen rì yòng de shíliáng,
qiú mí kuānshù wǒ de zuìguo, rútóng wǒmen kuānshù biérén yīyàng
bùyào ràng wǒmen xiànyú yòuhuò, dàn jiù wǒmen miǎn yú xiōng'è āmen!

Jumat, 15 April 2016

DOMBA SEKALIGUS GEMBALA

Ketika penggembala sedang beristirahat, seekor domba jantan berlagak seperti gembala berusaha memimpin dan mengatur teman-temannya. Karena dia kuat dan suaranya nyaring maka domba-domba yang lain pun taat dan takut kepadanya.

Inisiatif dari domba jantan yang menjadi pemimpin itu baik, namun menjadi tidak baik ketika ia berusaha mempengaruhi domba-domba lain untuk tidak usah mempedulikan keberadaan sang gembala. Lebih tidak baik lagi jika ia berusaha membawa domba-domba lain menjauhi gembalanya.








(Yustinus Setyanta)

INI HANYA CERITA

Anggur itu rasanya manis, tetapi tidak manis seperti gula.Ada sedikit rasa asam, ada juga seperti 'kemrenyes' di lidah. Gimana yah......pokoknya rasanya lain dewhh.....susah diceritakan. 




Tetapi ini hanya cerita yang mungkin tidak akan bisa memuaskan karena tidak bisa memberikan gambaran yang sebenarnya kecuali........, untuk dirasakan sendiri.

Begitulah berkat TUHAN.....sama, sama seperti anggur.












(Yustinus Setyanta)

Selasa, 12 April 2016

IKRAR

Di dalam sinar-Mu 
Segala perkara dan wajah dunia 
Tak menyebabkan apa-apa 
Aku sendirilah yang menggerakan laku

Atas nama-Mu 
Kuambil sikap, total dan tuntas 
Lenyap segala dimensi 
Baik dan buruk 
Lemah dan kuat 
Keutuhan yang ada 
Terpelihara dalam pasrah dan setia

Menangis dalam tertawa 
bersedih dalam gembira 
atau sebaliknya.....

Tak ada kekaguman, 
Kebanggan segala belenggu 
Mulus dalam nilai, satu 
Kesadaran yang tinggi 
Mengatasi pikiran dan emosi

Menetaplah, 
Berbahagialah..... 
Demi kesungguhan 
Ialah wujud yang tak terbendakan 

Tak tertuliskan Kugenggam kamu 
Kau genggam aku 
Jangan setuh apapun 
Yang menyebabkan noda 
Untuk tidak melepaskan 
Genggaman, hanya 
Berangkat ulang jengkal pertama




(Yustinus Setyanta)





Jumat, 08 April 2016

DUA SISI KEHIDUPAN

Acapkali aku mendengar bahwa hidup itu mewujud dalam dua sisi yakni; sisi rohani dan sisi jasmani. Tak jarang pula kedua sisi itu dipisahkan. Ketika sedang bergulat dengan persoalan jasmani maka sisi rohani di istirahatkan, dan ketika bergulat di sisi rohani maka persoalan jasmani di kesampingkan. Maka mulailah membagi, memilah waktu yang terbatas untuk kedua sisi tersebut. Seringkali yang terjadi, porsi untuk kehidupan jasmani jauh lebih besar daripada porsi untuk kehidupan rohani. Kesadaran akan Allah adalah sisi rohani. Maka ketika bergulat dengan pekerjaan, dengan persoalan-persoalan jasmani, Allah kekurangan ruang untuk berperan. Berkomunikasi dengan Allah, berdoa, senantiasa diartikan duduk diam sambil mendaraskan kalimat-kalimat doa. Tetapi dalam segala pekerjaan pun Allah tetap kita bawa dan ingat.

Kehidupan rohani dan jasmani senantiasa terpisah. Untuk kehidupan rohani aku mengandalkan iman, sebab dengan iman aku dimampukan untuk merasakan kasih Allah.

Disisi lain, dalam kehidupan jasmani aku mengandalkan akal dan pikiran. Dengan akal budi dan pikiran ini aku dimampukan untuk bisa mengungkapkan kasih Allah secara lebih baik, lebih signifikan dan relevan. Jadi jelaslah hubungan antara kehidupan rohani dan jasmani, antara iman dan akal. Tanpa iman tidak akan ada kasih Allah tidak terungkapkan. Semakin dalam iman, maka semakin besar pula kasih Allah yang bisa aku rasakan hingga muncul dorongan yang kuat untuk mengungkapkannya. Melalui akal pikiranlah ungkapan syukur itu kemudian menemukan saluran untuk mengalir secara baik.

Sebagai orang kristiani, andalan utama untuk bisa merasakan kasih Allah adalah Yesus Kristus. Dia adalah totalitas ungkapan kasih Allah bagi dunia, dan Dia adalah benar-benar roti hidup bagi kehidupan rohaniku. Dengan datang kepada-Nya maka aku tidak akan lapar lagi, dan dengan percaya kepada-Nya aku tidak akan haus lagi. Dalam Dia, hidup rohaniku menjadi penuh dan siap untuk mengalir keluar, memancar sebagai kesaksian. Medan kesaksianku adalah kehidupan ku sehari-hari, dalam keluarga, dalam masyarakat, dalam komunitas gereja, dan di tempar kerja. Ketika kehidupan jasmani ku menjadi ungkapan kasih Allah, maka dalam hal ini tak ada lagi keterpisahan antara sisi rohani dan jasmani. Yang terjadi adalah, kehidupan rohaniku menjadi sumber inspirasi dan semangat yang mendorong dan mewarnai kehidupan jasmani. Maka dalam kehidupan jasmani ku, Dia pun adalah 'roti hidup' yang menjadi andalanku.

Selama ini aku berpegang bahwa Dia menciptakan manusia sebagai makhluk yang berakal budi adalah untuk menjadi kuat dan mampu menghadapi parsoalan-persoalan dunia. Maka menyerah adalah kata yang tabu untuk aku gunakan. Aku harus bisa dan aku harus mampu sebab itu Dia memberi aku akal dan budi. Maka akal pun demikian dominan dalam hidup ku. Dalam hidup keseharian ku iman belum kunjung untuk kudalami, kugeluti. Mendegar bacaan Alkitab, ku pikir itu bukan bidangku, bukan urusanku. Hal itu salah satu dari iman tetap dangkal dan tak menarik dibicarakan.

Peristiwa demi peristiwa yang terjadi hanya kulihat sebatas permukaan, sehingga yang tampak oleh ku hanyalah perkara benar dan salah, masuk akal atau tidak. Jika ada peristiwa yang masuk akal, aku menyebutnya sebagai kebetulan belaka. Itulah akibatnya aku tidak pernah melihat peran Allah di dalam setiap peristiwa yang aku alami.

Jika aku mengalami peristiwa yang menyenagkan, aku merasa bangga, dan itu terjadi karena kemampuanku semata. Jika ada kejadian dan peristiwa yang menggembirakan aku menyebutnya sebagai keberuntungan. Namun jika terjadi peristiwa yang menyedihkan, segara aku menutupi dengan kata kebetulan. Akibatnya aku tak menyadari bahwa Dia terlibat dalam, semua peristiwa itu. Aku kok jadi mengandalkan diriku sendiri. Hingga aku tersadar dengan peristiwa yang membuat aku tak berdaya. Tiba-tiba aku berteriak untuk melihat-Nya, mencoba untuk memahami-Nya, Dia adalah Allah yang maha Kuasa, Maha Besar, Maha Penyayang, Maha Kasih, Maha Pengampun, Maha Bijaksana, Maha segalanya. Dalam keadaan yang terpuruk itulah aku mencoba untuk mengandalkan Dia. Situasi kontras antara aku dan Dia, antara aku yang tak mampu dan Dia Maha Segalanya, membuat aku berpikir bahwa Dia akan menyelesaikanya untuk aku. Dia akan membereskan semuanya dan aku tidak berbuat apa-apa.Aku menjadi fatalistik. Dari sikap tidak mempedulikan diri-Nya, menjadi memanfaatkan Dia. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." Sabda itu mengusik ku untuk selalu datang kepada-Nya, untuk mendalami imanku. Perlahan tapi pasti, aku mampu melihat peran-Nya dalam setiap peristiwa yang ku alami. Aku melihat kasih-Nya dalam setiap kejadian yang ku alami. Baik peristiwa yang besar maupun kecil, ada Dia di sana, ada kasih-Nya di dalam semua peristiwa itu. Aku mulai benar-benar bersyukur karenanya.

Rasa syukur itu membesar semakin besar sangat besar dan memaksa aku untuk tidak berdiam diri tetapi mulai berani mengungkapkan syukur itu sebagai kesaksian. Medan kesaksian adalah kehidupanku sehari-hari. Hidupku berubah, cara pandangku berubah. Aku tidak lagi melihat bahwa bekerja itu semata-mata perkara jasmani, perkara yang profan. Aku mulai menjadikan hidup keseharianku sebagai doa, pekerjaanku menjadi doa dan kesaksian untuk mengungkapkan kasih-Nya secara nyata bukan dengan kata-kata. Dan Yesus Kristus, adalah sumber yang tak pernah habis untuk rasa kasih yang semakin menumbuhkan iman ku.








{Yustinus Setyanta}

BIARLAH HATI KU DIPERKUAT OLEH ANUGERAH-NYA

Tuhan tidak ingin hati Anda dan saya dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan,, diombang-ombingkan dan berubah karena tantangan yang menimpa Anda dan saya. Tuhan ingin hati kita tenang dan diperkuat oleh anugerah-Nya kepada Anda dan saya.

Tetapi jika kita mengira bahwa terobosan-terobosan atas tantangan-tantangan, kita bergantung pada kemampuan kita untuk mematuhi Tuhan, maka hati kita tidak akan tenang. Hati akan penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Mengapa? Karena kita tidak akan pernah mematuhi Tuhan dengan sempurna.




Tetapi jika kita bersandar pada anugerah Tuhan, yaitu kemurahan-Nya yang tidak layak diterima, yang tidak diterima oleh karena jasa kita, sebaliknya yang terjadi - hati kita akan diperkuat. Saat kita menyadari bahwa satu-satunya hal yang melayakkan kita untuk menerima berkat-berkat Tuhan adalah iman di dalam karya Kristus yang sempurna, hati kita diperkuat. Kemudian, kita akan melangkah tanpa merasa takut masalah-masalah kita akan menekan diri kita. Kita akan berjalan dengan keyakinan penuh bahwa berkat-berkat-Nya akan diwujudkan di dalam kehidupan kita. Sahabat, Tuhan ingin hati kita diperkuat, dengan menyadari bahwa kebenaran, kesembuhan, perlindungan, dan persediaan-Nya adalah milik Anda dan saya - semua dibayarkan oleh karya Kristus yang sempurna di kayu salib. Berkat-berkat Tuhan pasti dalam kehidupan kita karena tidak tergantung pada kemampuan untuk mematuhi hukum-hukum Tuhan, namun pada kepatuhan Kristus yang sempurna.

Kita lihat, di bawah Perjanjian Lama, kita menerima berkat-berkat Tuhan hanya jika kita mematuhi seluruh hukum-Nya (Ul. 28:1-2). Jika kita berbuat dosa dan gagal mematuhi satu hukum saja. Kita akan dianggap tidak layak menerima berkat-berkat-Nya. Tetapi, di bahawah Perjanjian Baru, dosa-dosa kita tidak lagi mendiskualifikasi kita karena Tuhan sendiri telah berkata, "Sebab Aku menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka." (Ibrani 8:12).

Jadi biarkanlah hati Anda dan saya dipekuat oleh anugerah Tuhan, karena anugerah-Nyalah, anda dan saya memiliki akses penuh kepada berkat-berkat-Nya. Kita tidak usah lagi khawatir tentang apakah anda dan saya cukup baik atau tidak. Anda dan saya akan berdiri teguh di atas janji-janji yang ada di dalam firman-Nya dan menikmati berkat-berkat-Nya, karena Kristus telah membayar harganya. Bagian Anda dan saya hanyalah percaya dan menerima. (Renhar Destined To Reign)


















(Yustinus Setyanta)

REFLEKSI DIRI - 1

Aku menyadari bahwa diriku bukanlah orang suci yang dikaruniai kuasa untuk melakukan hal-hal yang besar. Terkadang terpikir bahwa aku bukanlah sarana bagi-Nya untuk perbuatan-perbuatan mulia yang hendak Dia tunjukan bagi dunia. Aku hanyalah penonton dan pendengar yang berdiri di pinggiran lalu ikut terpana menyaksikan semua mukjizat dan keajaiban dari-Nya Dia berhasil menemukan kembali diriku. Aku adalah sosok yang dibuang oleh dunia, namun oleh karena kasih-Nya Dia memungutku dan menempatkan kembali diriku ditengah dunia. Maka tak ada alasan bagiku untuk menuntut agar aku menjadi sarana bagi kuasa-Nya.




Ketika muncul kesadaran akan Allah dalam diriku, hal itu bukanlah suatu kebetulan. Sejahat apapun, seburuk apapun, setiap orang tentu tentu pernah mengalami munculnya kesadaran tersebut. Kesadaran itu muncul karena Roh Kudus mengusik hatiku. Dengan setia Dia senantiasa mendorong, memicu munculnya kesadaran akan Allah. Kadang proses munculnya kesadaran itu melalui peristiwa menyedihkan, yang menyakitkan. Kadang pula melalui peristiwa yang mengembirakan dan membahagiakan. Namun bisa jadi muncul melalui lamunan, atau peristiwa kecil yang nampaknya tidak berarti. Begitulah Allah Bapa memanggilku, mengantar dan memberikan diriku kapada Kristus. Maka bukanlah kebetulan jika aku meng-imani Dia.

Namun, selama aku memandang segala sesuatu sebagai kebetulan, maka peristiwa lain pun akan menjadi kebetulan belaka. Hidupku bergerak dari kebetulan ke kebetulan yang lain, dan tidak merasakan bahwa ada peran Allah, ada kasih Allah dalam setiap peristiwa tersebut. Maka dengan menolak kebetulan aku bisa melihat dan merasakan kasih-Nya, dan hanya dengan merasakan kasih-Nya aku bisa bersyukur. Maka hidupku pun bukan lagi bergerak, bergulir dari satu kebetulan menuju ke kebetulan lain, melainkan mengalir dari satu rasa syukur menuju pada rasa syukur yang lain. Dengan demikian aku bisa menjadikan Dia sebagai andalan utama kehidupanku.



Yahhh........dengan kesadaran atau menyadari bahwa karena kasih-Nya aku dibimbing-Nya. Dituntun, dibimbing untuk dapat merasakan kasih demi kasih dalam setiap peristiwa yang terjadi pada diriku. Dibimbingnya aku untuk bisa bersyukur atas karunia demi karunia yang Dia berikan kapadaku. Dari hal yang kecil dalam kehidupan sehari-hari. 

Aku mencatat: Bahwa di dalam sebuah penderitaan ada kesempatan emas bagiku untuk mendengarkan sabda-Nya, merasakan kasih-Nya. Dalam sebuah kegembiraan ada kesempatan emas bagiku untuk berbicara dengan-Nya, untuk mengungkapkan rasa syukur kapada-Nya. Lambat laun rasa syukur itu menumpuk dan tak mampu lagi kutahan-tahan, tak mampu lagi kutampung. Tanpa kusadari rasa syukur itu meluap dan aku berani***** berani mengungkapkanya sebagai kesaksian. Kesaksian bahwa Dia telah mengubah hidupku, bahwa Dia adalah kasih yang terungkap dalam hidupku. Itulah mukjizat*** itulah keajaiban hidupku. Dia mengubah, Dia mengusikku melalui perkara kecil, Dia terus membimbing*** membimbing ke arah yang baik dan benar.

















{Yustinus Setyanta}

Kamis, 07 April 2016

PASKAH DAN PASKA

Soal "Paskah" atau "Paska":

- Paskah.

Lembaga AIkitab Indonesia masih memakai kata "Paskah" sampai saat ini. Itulah sebabnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun "menyesuaikan diri" dengan istilah tersebut.

Pemakaian kata "paskah" dalam KBBI ikut LAI, karena Alkitab terbitan LAI (sebelum tahun 1974) sudah ada sebelum KBBI yg pertama (1988).

Sebenarnya pemakaian kata "Paskah" adalah penyesuaian dengan konteks Indonesia. Kata "Haleluya" dalam bahasa Indonesia, kalau tetap mau menuruti aturan di atas (yang sudah diceritakan oleh Pak Rudy) menurut bahasa aslinya akan diterjemahkan sebagai "Alleluya", bukan "Haleluya", karena dalam bahasa aslinya tidak ada huruf "h" di depan.

Di dalam versi Terjemahan Lama Alkitab Bahasa Indonesia malah dipakai kata "Pasah", bukan "Paskah". Dan memang, kalau mau pakai terjemahan literal sesuai dengan bahasa aslinya, ya terjemahannya itu adalah "Pasah".

Sebelum tahun 1974, Tim penerjemah LAI mengubah istilah "Pasah" menjadi "Paskah" itu setelah melewati berbagai pertimbangan dan kajian yang mendalam, termasuk soal kaidah bahasa Indonesia (karena di dalam tim penerjemahan itu juga ada ahli bahasa Indonesia-nya juga).

Sebenernya inilah kontekstualisasi bahasa, seperti bahasa Yunani "Iohanes" diterjemahkan menjadi "Yohanes" (Alkitab Terjemahan Baru), atau "Yahya" (Alkitab Terjemahan Lama), atau "John" (Alkitab Bahasa Inggris), atau "Yohan" (Alkitab Bahasa Mandarin).

Contoh lain: kata "Ekklesia" (Yunani), jadi "Iglesia" (Portugis), "Gereja" (Indonesia), 'Church" (Inggris), "Kerk" (Belanda).

Istilah Paskah dalam bahasa-bahasa Latin biasanya diturunkan dari salah satu dari dua sumber: Paskha atau Pesakh dan Estre/Eostre atau Easter. Dalam bahasa-bahasa Slavia, biasanya istilah yang digunakan memiliki arti "Hari Agung".

Memang kadang-kadang soal istilah begini ada orang yang "mempersoalkannya".




- Paska.

Menurut KBBI, "Paska" berarti "sesudah", misalnya "paska bencana" = sesudah bencana.
Lantas bagaimana dengan 'pasca'

- Pasca

Nah, gara-gara melihat iklan sebuah perusahaan telekomunikasi yang mengakhiri iklannya dengan kalimat “layanan prabayar kenyamanan paskabayar”, saya kok jadi bingung sendiri, lantas kubuka-buka kamus.

“Pasca kok dibaca paska. Itu kan Bahasa Indonesia yang asalnya dari Bahasa Sansekerta, bukan dari Bahasa Inggris. Kalo Bahasa Inggris-nya kan ‘post’. Kalo Bahasa Indonesia-nya ‘pasca’ ya dibaca ‘pasca’, nggak jadi ‘paska’. Orang-orang banyak yang salah kaprah…”

Terus terang saya juga termasuk ke dalam orang yang salah kaprah. Malah saya pikir kata ‘pasca’ itu nggak ada, yang ada hanya ‘paska’. Saya rasa saya nggak sendiri, beberapa orang ada yang memang nggak tahu kalo ternyata justru kata ‘paska’ itulah yang nggak ada di kamus manapun di dunia ini. Anggapan itu terbentuk karena banyak orang, bahkan di media massa sekalipun – baik iklan atau pembawa berita – yang mengucapkan “paska” ketimbang “pasca”. Kekeliruan yang dibiarkan dan disebar luaskan itu membuat orang umum jadi menganggap kalau istilah itu benar, kemudian digunakan kembali, disebar luaskan lagi, sehingga kekeliruan itu semakin “membudaya”.

Setelah browsing sana sini, dan menemukan di antaranya blog ini, ini, dan ini, jelas bahwa ternyata yang benar adalah kata “pasca” dibaca “pasca” dengan pengucapan huruf “c” tetap seperti pada kata “baca” atau “macam”, bukan dengan pengucapan “k” seperti kata “car” atau “company” dalam Bahasa Inggris.

Dalam Bahasa Indonesia, pasca (sesudah) lawan katanya adalah pra (sebelum). Sedangkan dalam Bahasa Inggris, post (sesudah) lawan katanya adalah pre (sebelum). Lihat kan? Bahasa Inggrisnya “sesudah” itu post bukan “pasca” yang harus dibaca “paska” Sementara penulisan pasca dan pra disambung dengan kata berikutnya, seperti pascapanen, pascasarjana, prasejarah.









(Yustinus Setyanta)






KE-IKHLAS-AN

Gula pasir memberi rasa manis pada KOPI, tapi orang menyebutnyanya kopi manis, bukan kopi gula...
Gula pasir memberi rasa manis pada Teh tapi orang menyebutnyanya teh manis, bukan teh gula...
Gula pasir memberi rasa manis pada es jeruk, tapi orang menyebutnyanya es jeruk manis, bukan es jeruk gula.
Orang menyebut Roti Manis, bukan Roti Gula...
Orang menyebut Syrup Pandan, Syrup Apel, Syrup Jambu, padahal bahan dasarnya Gula.... Tapi gula tetap ikhlas larut dalam memberi rasa manis...
Saya ingin berbagi yang Manis manis pagi hari ini
Bukankah begituah HIDUP ini....
Kadang Kebaikanan yang Kita tanam tak pernah disebut orang....
Belajar Ikhlaslah seperti Gula....

Ikhlas itu mengorientasikan diri hanya untuk mengabdi dan berdedikasi kepada TUHAN. Ikhlas juga artinya murni dan suci.

Ikhlas itu bagai embun bening dipagi hari. Sejuk bagai udara yang asri. Tidak sulit untuk dipelajari asalkan yakin dan berusaha belajar.

Gambaran sederhana ikhlas adalah ketika anda (maaf) buang air besar, pernah anda menanyakan kemanakah perginya itu kotoran? atau gimana nasib kedepannya? atau terus dipikir-pikir terus. Tidak. Tapi dibiarkan begitu saja.

Sama halnya ketika bersedekah, berbuat kebaikan, jika ikhlas, tidak akan menanyakan gimana pendapat orang atau pujian orang. Ikhlas senang riang, sukacita dalam melepaskan sesuatu.

Memang rada susah melepaskan sesuatu yang membuat kita pait, atau getir, saya sendiri pernah mengalami tetapi saya coba terus akhirnya bisa.





Untuk Memasuki Zona Ikhlas.

Dengan management atau pengaturan gelombang otak agar mendapatkan gelombang yang sesuai dengan gelombang di Zona Ikhlas tersebut. Bila direkam dengan alat perekam gelombang otak, EEG (elektroensefalogram), otak terlihat memancarkan gelombang sesuai kondisi jiwa seseorang.

Gelombang tersebut dibagi menjadi:
Beta (14-100Hz): kita berada dalam kondisi sadar penuh, konsentrasi, otak didominasi logika.
Alpha (8-13,9Hz): kondlsl relaks, lstirahat, nyaman, medltatli bahagia.
Theta (4-7,9Hz): kondlsl medltatif yang leblh dalam, khusyuk, dominasi lntuisi.
Delta (o,1-3,9Hz): kondlsl tldur lelap tanpa mimpi, tidak sadar; tidak merasakan punya badan.

Dari keempat gelombang otak tersbut, Alpha dan Theta merupakan pintu masuk ke bawah sadar (dunia kuantum) di mana Zona Ikhlas itu terletak. Untuk mencapai gelombang Alpha dan Theta, Erbe menjelaskan, maka otak perlu diistirahatkan dengan cara relaksasi atau meditasi. Caranya, dengan menstimulir panca indra kita. Untuk indra peraba, blsa dilakukan pemijatan, sedangkan untuk indra penglihatan kita melakukannya dengan melihat dan menikmati keindahan. Sementra untuk indra pengecapan, bisa dilakukan dengan berpuasa, Indra penciuman blsa di lakukan dengan aromaterapi, serta indra pendengaran, kita bisa melakukannya dengan mendengarkan irama alam atau metode terapi musik.

Begitu kita merasakan relaks, nyaman, dan perasaan perasaan positif , itu artlnya otak kita. sedang dipenuhi gelombang Alpha. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk membersihkan pikiran dan perasaan negatif, trauma atau memori yang tersimpan di bawah sadar dan menggantikannya dengan semua hal yang positif sehingga tercapailah kondisl ikhlas itu.

Tanda-tanda keikhlasan itu adalah kalau kita sudah mampu mengubah perasaan negative tersebut menjadl perasaan nyaman, damai, cinta, syukur dan bahagia.






(Yustinus Setyanta)

Selasa, 05 April 2016

HUJAN RAHMAT

Allah Sang Pencerah 
Tenangkan jiwa yang gundah 
Membujuk hati yang gelisah 
Walau menggunung rasa salah

Roh Pemersatu yang handal 
Tak terhalang oleh rasa gagal 
Tawarkan air hidup yang kekal 
Bangkitkan cinta yang radikal

Oh Sang sumber segala rahmat 
Kau teladan dan pemberi hati taat 
Penuhi kami dengan bakti yang kuat 
Jadi pembawa berkat penuh hikmat



(:Yustinus Setyanta)