Selasa, 31 Maret 2015

TIKAR

    Selama beberapa malam di masa prapaskah ku meminjam tikar dari Pak Parman untuk duduk menyendiri di kaki tangga Peziarahan Rohani Gunung Sempu. Duduk di atas tikar itu terasa nyaman sehingga aku betah merenungkan seluruh rangkaian peristiwa Paskah. Sungguh tak mungkin diriku mengucapkan terima kasih kepada tikar yang hanya benda mati. Saya bisa mengucapkan terima kasihku kepada Pak Parman yang memiliki tikar tersebut.

    Waktu dan ruang di mana ku hidup, telah mengantarku dalam perjalanan yang aku jalani selama ini. Sungguh saya bisa berterima kasih kepada-Nya yang memiliki ruang dan waktu tersebut. Terima kasih TUHAN, atas kehidupan yang kujalani selama ini.





(Yustinus Setyanta)

::. SURUTKAN BEBAN .::

Jerit ratapan terdengar disana
jauh tersimpan derita menyapa
panggil keinginan mencari dimana
Pedulikan kasih mengenal sesama


Ingin cari halaman mereka
tempat kotor damaikan jiwa
sabda janji Sang Maha Kuasa
Pastikan mereka harus disapa

Niat terlahir seiring doa
puncak indah kian terpana
ajak gurau lepaskan dukalara
Surutkan beban diantara derita


(Yustinus Setyanta)

SUARA BELALANG

Menikmati Suasana tengah malam di puncak bukit Sempu. Hening dan hanya terdengar suara angin serta serangga malam. Yang menarik dari semua itu adalah suara belalang yang tidak pernah berhenti. Ia terus menerus bersuara, entah untuk menarik lawan jenisnya atau untuk mengusir hawa dingin, tetapi ia terus saja bersuara. Suara belalang itu demikian setia menemaiku yang terus mendaraskan doa. Sepintas memang suara itu tidak berarti, namun kesetiannya dalam menemaniku berdoa sungguh sangat berarti.


Salib Besar yang terbuat dari kayu jati utuh
di Tempat Peziarahan Salib Suci
Gunug Sempu Yogyakarta.









(Yustinus Setyanta)

Senin, 30 Maret 2015

ANGIN MALAM

Tatkala di Taman Getsemani, Gusti Yesus menyendiri dan berdoa. Tidak jauh dari-Nya, ketiga murid yang dipesan untuk menemaniNya berdoa ternyata tertidur pulas. Dua kali Dia terpaksa membangunkan mereka, namun mereka senantiasa kembali tertidur. Akhirnya hanya angin malam yang menemani Dia dalam doa.

Entah berapa kali Dia membangunkan aku untuk juga terjaga dalam doa. Namun selalu saja aku kembali dan kembali tertidur lalapditengah kilauan gemerlapnya dunia. Bukan hanya ragaku yang tertidur tetapi jiwaku ikut tertidur. Jika angin malam menjadi teman bagi Dia dalam doa, maka angin malam menjadi 'nina bobo' yang terus membuatku terlena dalam tidur.






















(Yustinus Setyanta)

Minggu, 29 Maret 2015

::. KIDUNG JAGAD RAYA .::

Misteri cinta tenggelam di lubuk bumi dan cakrawala
menguras mata air dengan paruh burung di sangkarnya
Hujan turun, sungai mengalir deras, lalu muara
menampung rahasia kidung jagad raya

Kemudian benih cinta tumbuh di dasar kolam
yang dicipta di tepi danau tanpa bunga setaman
Siapa terapung di atas daun talas yang licin?
matanya merekah, bersenggama dengan matahari

Wahai pemilik segala rahasia langit dan bumi
tempat rahasia tercipta
dan misterinya cinta
Tiupkanlah wewagian di dada insani

Tetes hujan bersenandung diatas payung
menyayikan lagu-lagu semesta
Yang tak tertulis di kitab-kitab para nabi


(Yustinus Setyanta)



Sabtu, 28 Maret 2015

::. RELIEF PERJALANAN .::

Berapa lagikah harus kukatakan padamu
jika yang menggerakkan matahari di mataku:
Rekah bibirmu. Sudah sekian rupa cipta kataku
demi menyatakan kebenaran niat kepadamu

Betapa dekatnya jurang curam yang menunggu
untuk menelanku jika sekedip saja langkahku
Dan kalah pada prasangka kotor di lingkupmu
yang seolah mencemarimu sekian waktu

Sekali ini, dengarkan aku: ingat-ingatlah
Rekah bibirmu yang memahat kelopakku
Menjadi relief-relief perjalanan

Penuh syukur aku
           berdiri di muka kehidupan
Memandangmu serta sekalian
           dengan getar jiwa yang penuh
Sambil kidungkan doa
           demi daya hidup


                       (Yustinus Setyanta)

::. GENERASIKU .::

Tertiup lirih seruling, terhenti badai melanda
saksikan mendung selimuti cakrawala
Budaya menangis rampas cerita yang dipuja
mengingat kisah generasi semakin menggila


Kau anak bangsa pelantun kidung ceria
kau terlahir sempurna dimasa yang berjaya
kau panggilan negeri teriakkan lantang jiwa
kau harapan beliau yang telah wujudkan merdeka!

Bangunlah tegarkan asa busungkan dada
raih secerca kedamaian, tanggalkan angkara
Mengertilah hanya kau yang mampu menjaga
bersama impian mari teguhkan bakti tuk negara


(Yustinus Setyanta)


Selasa, 24 Maret 2015

DISTORSI KEBUDAYAAN

     Distorsi padamulanya dikenal sebagai sebuah istilah dalam dunia elektronik. Siaran yang ditangkap dengan suara yang tidak bersih, kotor, tidak jelas, bising dsbnya. Pada pesawat radio disebut distorsi, kemudian istilah ini dipakai dalam pembicaraan kebudayaan. Distorsi kebudayaan maksudnya adalah pemutarbalikkan fakta, pengaburan aturan, hukum, nilai-nilai hidup, moralita (etika) dsbnya. untuk memperoleh keuntungan kelompok tertentu atau pribadi. Distorsi juga bisa bermakna perubahan bentuk akibat beberapa faktor luar yang tidak diinginkan. Dalam pengertian yang lebih luas, distoris kebudayaan diartikan sebagai pembohongan publik, pemalsuan data dan kebenaran, pemutarbalikkan nilai-nilai dengan hal-hal yang dapat merusak sebagian atau keseluruhan sistem nilai.

Distorsi dalam kebudayaan merupakan suatu proses pembusukan nilai-nilai dan pada akhirnya meruntuhkan sistem yang sudah ada dan akhirnya meruntuhkan kebudayaan itu sendiri. Ancaman akan terjadinya distorsi kebudayaan, secara umum dapat kita amati pada beberapa peringkat, di antaranya;

1. Sejatinya, suatu kebudayaan terus berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal ini sesuai dengan keberadaan dan hahekat dari pengertian kata kebudayaan itu sendiri. Perkembangan dimaksud boleh jadi berjalan sangat lambat atau terlalu cepat, namun tidak ada kebudayaan yang tidak bergerak. Kebudayaan selalu bergerak maju dan percepatan perkembangannya tergantung pada sejauh mana kebudayaan itu berinteraksi dalam ruang lingkup kehidupan dan dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang beragam dan luas. Distorsi akan terjadi apabila interaksi antar budaya tidak berjalan dengan semestinya atau ada usaha-usaha untuk memperlambat lajunya perkembangan kebudayaan, atau adanya usaha-usaha terencana untuk mematikan atau memandulkan budaya-budaya lainnya.

2. Kebudayaan bukanlah barang jadi dan didapat begitu saja. Kebudayaan adalah sebuah proses penyempurnaan bagi kehidupan sosial masyarakat pendukungnya. Oleh karena kebudayaan itu didapat dengan pembelajaran dan tidak sekali jadi, maka dalam pengembangan kebudayaan diperlukan arah yang jelas. Distorsi akan terjadi apabila pendidikan budaya dihentikan atau tidak dijadikan sebagai prioritas utama dalam pembinaan karakter bangsa.

3. Percepatan gerak perkembangan dari suatu kebudayaan; usaha untuk mensejajarkan, menselaraskan kebudayaan suatu bangsa dengan kebudayaan bangsa lainnya, juga menjadi suatu keharusan dalam dinamika perkembangan kebudayaan. Pertemuan dan persilangan antar budaya dapat dijadikan bahan dalam kajian-kajian spesifik yang mau tidak mau harus ditelaah dan diamati secara bijaksana, berdasarkan pula pada kearifan lokal dari masing-masing etnis atau suku bangsa. Distorsi dalam persoalan ini akan terlihat pada adanya usaha-usaha membuatkan kotak-kotak kebudayaan menjadi sesuatu yang ekslusif atau sebaliknya membiarkan begitu saja nilai yang telah dianut menjadi bulan-bulanan dari berbagai pengaruh luar yang dapat merontokkan sistim budaya tersebut. Pendangkalan makna kata kebudayaan menjadi hanya kesenian saja, adalah salah satu bentuk distorsi yang harus dicermati.

Beberapa faktor distorsi

Dalam mengamati apakah kebudayaan Indonesia telah atau sedang mengalami distorsi secara khusus dapat dilihat dari beberapa faktor, di antaranya;

Kebudayaan-kebudayaan lokal (ada bermacam sebutan; kebudayaan daerah; kebudayaan etnis: kebudayaan masyarakat tradisi) yang dimiliki bangsa Indonesia, yang dianggap sebagai asset bangsa masih dan tetap dimiliki berbagai etnis terus berkembang dan masing-masingnya saling menyempurnakan dan menanamkan serta memperkokoh nilai-nilainya sendiri. Boleh jadi, perkembangannya melanjutkan apa yang sudah ada yang tersimpan dalam khasanah budaya mereka, maupun perkembangannya “menyimpang” dari yang sudah ada. Suatu perkembangan baru yang pada dasarnya berangkat dari kebudayaan lama dengan alternatif; berbeda sama sekali dari kebudayaan lama, atau mengukuhkan kembali kebudayaan lama mereka. Problematika pengembangan kebudayan lokal dimaksud boleh jadi akan menimbulkan gesekan-gesekan antar sesama budaya etnis yang mungkin terjadi selama kebudayaan tersebut berproses. Presentasi dari gesekan-gesekan ini terlihat pada benturan antar suku yang menimbulkan banyak korban seperti yang pernah terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan tempat-tempat lain.

Kebudayaan nasional yang kini terus diusahakan untuk dapat dijadikan suatu sosok yang jelas menjadi kebudayaan Indonesia dan sekaligus diharapkan dapat menjadi jati diri bangsa, serta menjadi pemersatu kebangsaan sebagai yang dipatrikan dalam satu adagium “bhineka tunggal ika”, berbeda-beda tapi satu. Tidak dapat dihindari, masalah kebudayaan nasional juga diseret untuk masuk ke ranah politik. Dominasi dari suatu kebudayaan lokal yang tengah digenggam oleh pihak penguasa tidak dapat dihindari bahkan terjadi usaha-usaha penyeragaman dan bahkan penekanan pada budaya-budaya lokal lainnya. Hal ini terlihat jelas dalam presentasi nilai-nilai kebudayaan Jawa dalam bentuk etika, tingkah laku, tatakrama, tata nilai bahkan bahasa dan cita rasa yang diekspos habis-habisan secara nasional melalui tingkah laku, bahasa dan tatakrama para elite kekuasaan dan elite politik. Dari satu sisi, cara-cara tersebut seakan melebur, memperkecil, memperlemah dan bahkan memangsa kebudayaan-kebudayaan lokal yang seharusnya tetap dipertahankan berbagai etnis sebagaimana diakui oleh UUD negara Indonesia. Akibat “ekspansi budaya” tersebut, secara nasional yang ditemukan sekarang adalah “ke-ika-an” sedangkan “ke-bhineka-an” pupus dari hari ke hari. Kita mau jadi satu dengan menghilangkan keberagaman.

Kebudayaan global yang terus merambah dan mengaburkan batas-batas negara, batas-batas budaya lokal maupun nasional yang pada akhirnya berkemungkinan akan terjadinya suatu penyeragaman dunia. Kebudayaan global yang ditupang oleh negara-negara maju atau kekuatan-kekuatan yang menguasai ilmu dan teknologi menyebabkan terjadi ketimpangan dalam kewenangan kekuasaan dalam mengelola bumi sebagai hunian bersama. Kebudayaan global juga terkadang terlihat mengerikan, karena kecenderungannya yang dianggap “bebas nilai” itu telah melabrak nilai-nilai budaya yang tengah diamalkan oleh setiap suku bangsa. Tidak dapat dipungkiri, bahwa budaya global tersebut membawa pula berbagai pemikiran-pemikiran sekuler yang dapat merontokkan nilai-nilai keagamaan yang sudah ada. Dalam konteks inilah kita dapat memahami kecemasan dan kerisauan pada agamawan, budayawan dan tokoh-tokoh masyarakat terhadap nilai-nilai yang dibawa oleh globalisasi dimaksud.

Hal-hal tersebut di atas satu sama lain mempunyai keterkaitannya dan masing-masing mempunyai problematikanya sendiri-sendiri. Pada fase-fase tertentu boleh jadi akan mengalami pergeseran dan gesekan-gesekan kultural yang tidak dapat dihindarkan. Sebagai contoh; ketika kebudayaan lokal sedang memperkuat dirinya sebagai reaksi dari dampak-dampak negatif kebudayaan global yang melanda kehidupan mereka, pada saat yang sama, otoritas negara berusaha pula untuk membentengi dirinya dengan mempercepat lajunya pembentukan kebudayaan nasional. Dalam pada itu; baik kebudayaan lokal maupun kebudayaan nasional tersebut terus terombang ambing oleh dampak dari kemajuan iptek, politik dan ekonomi yang diusung oleh kebudayaan global.

Distoris Kebudayaan Pada Berbagai Daerah Kebudayaan

Sebagai sebuah kasus dalam konteks distorsi kebudayaan tersebut, sepatutnya kita menoleh sebentar pada problematika budaya yang tengah melanda di provinsi D.I Yogyakarta. Sebagaimana juga provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi D.I Yogyakarta adalah sebuah wilayah administrasi negara Republik Indonesia yang keberadaan, kewenangan, hak dan kewajibannya diatur oleh perundang-undangan yang sah. Wilayah ini dihuni oleh sebagian besar penduduk pendukung kebudayaan suku daerah setempat. Akan tetapi, misalnya D.I Yogyakarta bukanlah “Jawa” dalam pengertian ketatanegaraan, meskipun Daerah Istimewa Yogyakarta di kenal sebagai pusat budaya jawa di indonesia. Jawa adalah sebuah nama bagi satu suku bangsa yang punya wilayah, bahasa adat dan budaya Jawa. Penduduk lainnya yang juga berasal, menetap dan tinggal di D.I Yogyakarta banyak sekali seperti suku Tapanuli, Cina, Bugis, batak dsb. Sebagaimana suku Jawa yang berasal dan bermukim di Yogyakarta, suku-suku lain itupun demikian juga. Mereka juga pendukung dari budaya lokalnya sendiri-sendiri.

Akan tetapi ada anggapan bahwa D.I Yogyakarta itu hanya berbudaya Jawa, tanpa mau menoleh atau menyentuh budaya-budaya dari etnis lain yang juga berada di Yogyakarta. Anggapan ini mengharuskan mereka untuk terus mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan Jawa.

Di pihak lain, anggapan bahwa D.I yogyakarta sesungguhnya adalah “Indonesia Kecil”. Artinya Yogyakarta yang dihuni oleh berbagai etnis dengan berbagai budaya yang mereka miliki harus mendapat perlakuan yang sama, karena semuanya adalah warga negara Indonesia yang punya hak dan kewajiban yang sama. Dengan arti kata, bahwa perlakuan pengembangan kebudayaan juga harus dilakukan seimbang antara pengembangan kebudayaan Jawa dengan pengembangan kebudayaan non-Jawa.

Ketika pembicaraan tentang problematika budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta mengacu pada satu macam bentuk pengembangan seperti pengembangan kebudayaan Jawa saja misalnya, persoalan-persoalan lainnya tentu akan segera muncul. Masalah demokratisasi dalam kebudayaan, masalah perlakuan yang sama, masalah lintas budaya, pluraisme agama dsbnya. Persoalannya adalah bagaimana kita menempatkan kebudayaan-kebudayaan lain dalam proses pengembangan kebudayaan di D.I Yogyakarta. Masalah yang cukup pelik antara lain; dapatkah orang yang berada dalam suku Jawa dengan dukungan kebudayaan Jawa-nya menerima secara berimbang dalam melakukan pengembangan kebudayaan dari etnis yang lain pula dan begitu juga sebaliknya.

Persoalan lain yang harus juga menjadi pertimbangan adalah; kebudayaan Jawa (Yogyakarta) merupakan produks dari kebiasaan dan adat dengan latar agama mayoritas yang kuat. Hal ini menyebabkan nilai-nilai ajaran Agama mayoritas menyatu sebagai adat dan budayanya yang telah berproses dalam kurun waktu yang cukup panjang dengan dinamika sejarahnya sendiri. Sementara suku-suku bangsa lain yang juga mengembangkan kebudayaan mereka berpunca dari sistem kepercayaan dan agama yang berbeda. Berbeda basis ajaran antar agama, menyebabkan berbeda pula nilai-nilai budayanya, seterusnya menyebabkan pula terjadinya perbedaan dalam etika, norma dan citarasa.

Dalam konteks ini, persoalan seputar perbedaan dari keberagaman budaya di Yogyakarta harus ditempatkan pada prioritas utama dalam usaha mencegah terjadinya suatu bentuk distorsi yang lain pula.

Problematik budaya di Yogyakarta boleh jadi juga terjadi di daerah-daerah budaya lainny seperti yang sering kita lihat dan dengar. Distorsi akan terjadi apabila pihak pemegang kekuasaan dan masyarakat tidak jeli melihatnya sebagai “bom waktu” dari berbagai gejolak yang mungkin saja bisa terjadi sebagaimana yang telah terjadi di beberapa daerah budaya di Indonesia.

Hal ini penting diingatkan, agar di belakang hari nanti, masalah-masalah kebudayaan yang berkemungkinan dapat menjadi peluang untuk sebuah distorsi, dapat dicegah lebih dini. Jangan sampai masalah-masalah ini merebak dan kemudian diseret pihak lain kepada masalah-masalah politik, yang berujung nantinya pada berbagai goncongan sosial yang tidak dikehendaki.

Selagi kita belum mempunyai grand design atau strategi kebudayaan yang jelas dan nyata, kemungkinan distoris kebudayaan yang di-salemak-peak-an ke dalam dunia perpolitikan Indonesia hari ini akan tetap menjadi ancaman yang lebih menyeramkan. Sebagaimana juga pendidikan karakter yang masih terus dalam buah mulut (wacana) saja, ancaman distoris kebudayaan tidak akan dapat dihindari.







(Yustinus Setyanta)

PERUBAHAN JAMAN DAN NILAI KEHIDUPAN

Perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan takan pernah mampu menghapus nilai-nilai kehidupan yang hakiki dan nilai-nilai baik dalam kehidupan manusia, kecuali manusia itu sendiri yang mengingkarinya. Karena itu setiap kali kemunculan dalil "zaman sudah berubah" ketika orang membicarakan sebuah nilai kehidupan, kiranya jangan buru-buru mengambil kesimpulan dan bersetuju dengan nilai baru yang ditawarkan. Karena perubahan zaman sesungguhnya tidak ditujukan untuk menghapus atau meniadakan sebuah nilai kehidupan dan bud
Perubahan Zaman



Selasa, 17 Maret 2015

SALIBKU

Upacara Jalan Salib, mengundangku untuk menghayati peristiwa penyaliban yang menyadarkan aku akan kasih-Nya yang paling agung. Namun di jalan salib tersebut, aku juga di ajak untuk mengikuti Dia dan memanggul salib ku sendiri. Ada yang berpikir bahwa salibnya kecil, ada yang berpikir bahwa salibnya sedang-sedang saja, namun ada pula yang merasakan bahwa salibnya demikian berat. Salib senantiasa aku identikkan dengan penderitaan yang aku alami. Padahal sebuah penderitaan hanya menjadi salib tatkala dalam penderitaan tersebut terungkap kasih Allah. Salib tidak pernahbisa dipisahkan dari kasih Allah. Adakah penderitaan benar-benar merupakan salib, ataukah sepenuhnya penderitaan?












(Yustinus Setyanta)

Senin, 16 Maret 2015

::. PERIHAL PUISI DAN TEMAN .::

Daun daun kering, berserakan sana sini
Debu debu terbang tak berumah
Di tengah irama melodi puisi
Hijau segar sejuk membasah

Engkau berteman dengan puisi
Di tengah ruas ruas yang berlari
Mengeja huruf dan bait bait sunyi
Seluruh hidup puisi tak henti henti

Yang mendekap senyummu berhari hari
Yang mereguk kopi malam sunyi
Yang kau hantar doa di malam sepi
Yang pelihara nuri dan kenari

Di rumah batin terdalam
Itulah puisi abadimu kau lahirkan
Kau lihat rambut memutih beruban
Menyatu dalam nafas siang malam

Mengasah anak sambil bersajak
Pada puisi mengabdi
Bersatu langkah mengeja hari
Hingga kelak membumi


(Yustinus Setyanta

::. EMPU HENING .::



Air laut tak tidur oleh ombak
Seperti keris meliuk dalam luk
Hidup laksana dibakar tungku
Membara memanggang bajamu

Setiap keris memiliki riwayat tubuh
Langit tempat awan berumah
Tempat bersandarnya bulan
Tempat bintang bertaburan.

Engkaulah langit itu
Engkaulah tungku itu
Engkau juga laut muaranya ikan ikan
Langit pemberi keluasan purnama bulan.

Yang menyebarkan biji biji puisi
Bergelanyutnya awan yang bersajak
Serta engkaulah langit teduh itu
Empu hening di ketinggian langit biru


                        (Yustinus Setyanta)

MEMAKNAI SEBUAH HARMONI KEHIDUPAN

Tidak hanya manusia yang berfikir mengambil mamfaat dari sebuah kegiatan yang dilakukan orang lain. Sudah menjadi hukum alam, dimana suatu kegiatan manusia sesungguhnya memberikan kemanfaatan pula bagi orang lain, baik lansung atau pun tidak. Begitulah kehidupan, meskipun banyak juga orang cenderung menolak sebuah kegiatan orang lain karena hanya berfikir keuntungan yang bakal diperoleh orang lain dari kegiatan yang dilakukan. Penolakan itu mungkin lebih merupakan kesalahan cara pandang atau pun dilator belakangan mission tertentu, walaupun terkadang tidak dipungkiri pula ada juga sebuah kegiatan yang dilakukan manusia mengabaikan kelestarian lingkungan dan budaya.

Terlepas dari ada niat jahat dari sebuah kegiatan si manusia, dibalik keuntungan yang diharapkan orang lain dari kegiatan yang dilakukannya, jika dipahami dengan seksama biasanya selalu ada mamfaat atau keuntungan bagi orang disekitarnya. Dalam bahasa orang-orang modern disebut sebagai dampak dari sebuah aktvitas, walaupun dampak itu sendiri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Tetapi kehidupan selalu dalam lingkaran menguntungkan dan merugikan. Persoalannya kemudian adalah bagaimana mengoptimalkan yang menguntungkan dan meminimalisir yang merugikan.

Kehidupan adalah sebuah mata rantai. Keindahan dan harmonisasi kehidupan manusia akan terus terpilihara apabila mata rantai kehidupan terpelihara dengan baik serta seimbang. Satwa misalnya bukanlah musuh manusia dan disisi lain satwa berintuisi manusia adalah sahabat mereka. Selalu saja ada kemungkinan didalam aktivitas manusia, satwa mengambil keuntungan atau meraih sesuatu yang mereka butuhkan dari aktivitas manusia, sebaliknya dibalik aktivitas satwa manusia yang memperoleh manfaat. Semua itu bisa terjadi ketika terjadi interaksi antara manusia dan satwa dalam sebuah keakraban yang alami.


Seperti terlihat pada foto seorang pembajak merasa tidak terganggu ketika burung kuntul mencari makan ditanah yang dibalik \ traktor pembajak, sebaliknya burung kuntul tidak ada keraguan akan terancam dari sang pembajak sawah saat mengais makanan. Foto di atas adalah sebuah cermin dari dampak sebuah aktivitas, ketika seorang pembajak membajak sawahnya, segerombolan burung Kuntul menunggu kalau-kalau ada “santapan” seperti cacing dari setiap jengkal tanah yang dibalik bajak pembajak. Sang pembajak tak berniat mengusir si- burung Kuntul, dan Si-burung Kuntul setiap menunggu dan mengamati setiap jengkal tanah yang dibalikan traktor pembajak sawah. Tak kerugian apa-apa yang dirasakan Sang Pembajak atas kehadiran Burung Kuntul karena cacing yang mungkin muncul dari setiap tanah yang dibalikannya bukanlah tujuan sang pembajak sawah, sementara si burung kuntul pun ada keberungtungan karena biasanya harus berkerja keras mengamati dan mengais-ngais lumpur sawah untuk menemukan sepotong cacing, kini dengan kegiatan pembajak sawah cukup menunggu dan hanya perlu bersabar sedikit

Begitulah sebuah harmoni kehidupan tercipta secara alami dan kehidupan terasa indah, damai dan sejahtera. Jika manusia bisa berdamai dengan satwa, bisa dibayangkan seandainya sesama manusia hidup dalam suasana tidak saling mengganggu dan saling memahami, niscaya kehidupan sosial makin bermartabat dan kemuliaan kian bercahaya dalam hidup dan kehidupan manusia. Ada banyak contoh dan isyarat alam yang memberikan kita akan pemahaman arti penting harmoni kehidupan. Yah….Harmoni kehidupan, itulah cikal bakal dari keindahan hidup manusia dan lingkungan.


(Yustinus Setyanta)

::. POHON SUNYI .::

Hidup pohon berasal dari biji
Yang lebat buah itu hati
Semestinya terbentang,
nan rindang....

Seperti laut hamparan samudra
Begitu luas, tak terukur
Yang siapa pun mencebur
Di kedalamannya

Tapi, adakah mereka bersalah
Jika ingin merasa punya ?
Kalau pohon sunyi itu
Tumbuh besar di halaman rumah jiwa
Tak terukur tingginya
Tak terselami dalamnya
Berbuah sajak, aduhai melodiusnya


                  (Yustinus Setyanta)

Minggu, 15 Maret 2015

PUISI TURUT MEWARNAI KEHIDUPAN

DI Indonesia, dalam bulan Juli terdapat dua hari penting di bidang kesusastraan.
- Pertama, Hari Sastra Indonesia yang ditetapkan tanggal 3 Juli sesuai dengan tanggal kelahiran sastrawan terkemuka Abdoel Moeis, yang lahir tanggal 3 Juli 1883 di Bukittinggi.
- Kedua, Hari Puisi Indonesia yang ditetapkan tanggal 26Juli, tanggal yang diambil dari kelahiran Chairil Anwar, penyair Pelopor Angkatan 45 itu yang berasal dari Sumatera Barat, lahir 26 Juli 1922.

     Penetapan dua hari sastra ini, bagi saya, juga perlu di catat dalam ingatan terutama dari aspek urgensinya kehadiran karya sastra dalam kehidupan umat manusia. Terutama puisi, dengan kebijakan menetapkan Hari Puisi Indonesia berarti telah memandang puisi sebagai jenis karya sastra yang penting dan dibutuhkan, yang eksistensinya memberikan manfaat positif bagi kehidupan. Puisi telah menjadi karya sastra yang layak dan patut diapresiasi; bisa dalam bentuk pembacaan, pagelaran, dan diskusi puisi itu sendiri dari segala aspek sebagai upaya untuk lebih mengarifi hidup dan kehidupan ini melalui puisi.
Dengan penetapan Hari Puisi Indonesia, maka sudah selayaknya memberikan apresiasi tinggi, baik terhadap puisi sebagai karya sastra dipandang dari urgensinya terhadap kehidupan maupun terhadap penyair. Sejak doeloe sebutan pujangga yang begitu diagungkan, lebih kerap diidentikkan dengan seorang penyair, padahal menurut KBBI, pujangga adalah pengarang hasil-hasil sastra, baik puisi maupun prosa, termasuk juga ahli pikir dan ahli sastra. Nah, jika penetapan Hari Sastra Indonesia ini mengambil tanggal dan bulan kelahiran penyair Chairil Anwar, tentu mengajak untuk selalu mengenang dan memberikan apresiasi tinggi terhadap seorang Chairil Anwar dalam kapasitasnya sebagai penyair Indonesia terkemuka, yang telah membawa pembaharuan signifikan terhadap perkembangan perpuisian Indonesia modern.


“Berhadapan dengan Chairil Anwar, berhadapan dengan sebuah pribadi yang kompleks, sesuatu yang selalu menarik untuk dibicarakan dan dikenang. Chairil Anwar, salah satu penyair Indonesia yang membawa perubahan besar dalam perpuisian Indonesia modern. Chairil Anwar adalah penyair yang telah membuat sejarah, sedangkan kita barada dalam sejarah itu. Dengan demikian,sangat pantas kalau tanggal dan bulan lahir sang penyair asal Nagari Taeh Kabupaten Limo Puluah Koto itu dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, sebagai bentuk apresiasi dan penghormatan kita terhadap beliau,” kata penyair Adri Sandra dalam inboxnya kepada saya baru-baru ini. Adri Sandra yang bermukim di Payakumbuh ini, termasuk salah seorang dari 20 penyair Indonesia yang diundang ke Pekan Hari Puisi Indonesia di TIM Jakarta tgl. 27 Juli 2013, dan harus membacakan puisi karya Chairil Anwar , serta puisi untuk Chairil Anwar karya masing-masing penyair yang diundang.

Penetapan Hari Puisi Indonesia yang diambil dari tanggal dan bulan kelahiran seorang penyair, mengingatkan bahwa ternyata profesi sebagai penyair, dikaitkan dengan kualitas puisi yang dihasilkan serta dampak puisi itu terhadap kehidupan, akan dipandang penting dan membawa prestise tinggi. Betapa tidak, banyak penyair Indonesia yang selalu diingat dan diperingati hari lahir dan tanggal kewafatannya, tapi sedikit sastrawan Indonesia (yang bukan penyair) mendapat perlakuan seperti itu. Chairil Anwar merupakan penyair Indonesisa yang selalu dikenang dan diperingati, sementara penyair-penyair lainnya sepertinya terlupakan. Begitu juga, sastrawan Subagio Sastrowardoyo lebih dikenal dan dikenang kepenyairannya (dengan puisi-puisinya yang menggugah kehidupan), ketimbang sebagai cerpenis, eseis dan kritikus sastra yang terkemuka di Indonesia. Dengan demikian jelaslah bahwa kehadiran puisi berarti bagi kehidupan kita.


Sepertidi kemukakan J.L. Moreno, “Lebih penting dari puisi ialah efeknya. Sebuah puisi dapat merangsang seratus perbuatan heroik.” Sementara Norman Podhoretz melihat bahwa sastra (termasuk puisi) dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara orang berpikir mengenai hidup;mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya.

Sebetulnya, jauh sebelum Hari Puisi Indonesia ditetapkan, eksistensi puisi dalam kehidupan di tengah masyarakat sehari-hari tak pula bisa dibilang sepi atau terpencil. Dibanding dengan cerpen, novel dan naskah drama, puisi lebih dominan mewarnai kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Buktinya, puisi selalu menghiasi berbagai acara seremonial dalam skala kecil maupun besar yang dilakukan masyarakat. Misalnya, pada pembukaan berbagai acara di lembaga pendidikan, acara-acara kemasyarakatan di tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan juga provinsi kerap diisi dengan pembacaan puisi yang senafas dengan tema acara tersebut. Tak terkcuali pula, pada pembukaan acara Halal BiHalal di berbagai kantor dan instansi tak jarang juga ditampilkan pembacaan puisi religius, yang mewarnai acara tersebut menjadi artistik dan menyentuh. Bahkan pada acara pembukaan Pekan Olah Raga Nasional (PON) XVIII di Riau 2012 lalu juga ditampilkan pembacaan puisi oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri. Belum lagi, kita juga sering mendengar dan menyaksikan acara lomba membaca dan menulis puisi, dan beragam bentuk pagelaran puisi lainnya, seperti musikalisasi puisi, dramatisasi puisi dan parade bacapuisi yang biasanya melibatkan para tokoh dan/atau pejabat pemerintahan dan swasta setempat, seniman, budayawan dan politikus. Kegiatan seperti itu jelas memperlihatkan bahwa sesungguhnya puisi jauh lebih dominan memberi polesan warna terhadap berbagai aktifitas ditengah kehidupan masyarakat sehari-hari, ketimbang cerpen, novel, dan naskah drama.

Di samping dalam bentuk pembacaan/ pagelaran puisi seperti di atas, kegiatan penulisan puisi ditengah masyarakat pun tumbuh dan berkembang menggembirakan. Puisi, di samping menghiasi lembaran media cetak seperti surat kabar dan majalah (termasuk rubrik untuk puisi anak-anak dan remaja), juga lebih banyak muncul di media online seperti di jejaring social facebook. Malah di facebook berbagai group sastra tumbuh bak cendawan di musim hujan, sehingga tak heran kalau puluhan bahkan mungkin ratusan puisi muncul menghiasi status facebook setiap harinya. Facebook kini telah berfungsi ganda, selain sebagai media informasi umum juga lebih dominan dijadikan media pemublikasian/ pemasyarakatan puisi yang dibanggakan, di mana penyairnya sendiri langsung menjadi redaktur terhadap puisi yang akan dipostingnya tersebut. Penulisan puisi juga berlangsung diam-diam menghiasi buku-buku agenda/diary anak-anak sekolah, remaja dan masyarakat umumnya dari berbagai status dan latar belakang pendidikan. Malah teman saya seorang dosen yang kandidat doktor bidang perikanan di Universitas Gadjah Mada, pundiam-diam juga senang menulis puisi. Diam-diam pula ia menyerahkan kumpulan puisinya kepada saya baru-baru ini. Kumpulan puisi berjudul “Merah” itu memuat 40 puisi. Waaaa....membuktikan bahwa tak hanya orang dari area sastra atau seni yang gemar menulis puisi.

Meningkatnya kegiatan (membaca, pagelaran dan penulisan) perpuisian di tengah masyarakat dewasa ini, menunjukkan bahwa puisi sebagai karya sastra yang sederhana bentuknya dan kompleks maknanya ini, dirasakan mampu menyuarakan suasana hati dan pikiran. Beribu-ribu orang keranjingan menulis puisi, tapi mereka belum bisa dikatakan penyair. Menulis puisi semakin hari semakin merasuk dalam hati masyarakat, karena puisi bukanlah hal yang asing dalam kehidupan masyarakat kita kini, tapi sudah termasuk sesuatu yang dibutuhkan dalam hidup. Seperti dikemukakan kritikus sastra M.S. Hutagalung,“Puisi benar-benar kita butuhkan, manakala kita bukan hanya menginginkan dokter-dokter yang pintar tetapi tanpa belas-kasihan, jaksa dan hakim yang cerdik tetapi kurang bijak, insinyur-insinyur yang pintar tetapi kurang kreatif, para teolog yang padai berkotbah tetapi keteladanan dalam tidakan nyata yang minim. Tetapi lebih daripada itu, pada tempatnyalah apabila jauh sebelum itu kita terlebih dulu mengisi diri dan hati kita masing-masing dengan kecintaan terhadap puisi atau seni pada umumnya. 

Di Indonesia, kini kita telah menetapkan Hari Puisi dan Hari Sastra Indonesia. Dengan penetapan dua hari penting di bidang sastra ini, tentu saja diharapkan kreativitas bersastra, terutama berpuisi di tengah masyarakat semakin meningkat. Karya-karya sastra sudah tak lagi terpencil di dalam kehidupan masyarakat, sebaliknya justru karya sastra semakin menjadi “kebutuhan”masyarakat untuk lebih meningkatkan kearifan dan rasa humanisme dalam hidup terhadap sesama. Betapa pun sampai kini ungkapan klise sastra (termasuk puisi) mampu menghaluskan budi pekerti manusia masih kukuh dipercaya. Sebuah puisi pun mampu membuat orang lupa akan kegetiran hidup yang mederanya, dan dengan puisi pula orang jadi lupa untuk melakukan tindakan bunuh diri, seperti diungkapkan penyair Subagio Sastrowardoyo dalam puisi berjudul “Sajak” ini. Demikian orang berani untuk merefleksikan diri di depan umum tanpa adanya kepalsuan diri.

“Apakah artisajak ini/ Kalau anak semalam batuk-batuk,/ bau vicks dan kayu putih/ melekat di kelambu/ Kalau istri terus mengeluh/ tentang kurang tidur, tentang/ gajiku yang tekor buat/bayar dokter, bujang dan makan sehari/ Kalau terbayang pantalon/ sudah sebulan sobek tak terjahit/Apa arti sajak ini/ Kalau saban malam aku lama terbangun/ hidup ini makin mengikat dan mengurung/ Apakah arti sajak ini /Piaraan anggerek tricolor dirumah atau/ pelarian kecut ke hari akhir?// Ah, sajak ini,/ mengingatkan aku kepada langit dan mega/ Sajak ini mengingatkan kepada kisah dan keabadian/Sajak ini melupakan aku kepada pisau dan tali/Sajak ini melupakan kepada bunuh diri” (Dari Kumpulan “Dan Kematian Makin Akrab” , 1995, hal.6


(Yustinus Setyanta)


Puisi Jawa : ANGIN SORE












Angin kang kandha
Crita tanpa ukara
Mung minger kekitren ana ing mega
Ngubengi dina

Ngresep adhem
Ngganyut ing tedja
Katut rambating srengege
Nyawiji ngrakit bekti
Nunggu tekaning wengi

   

                                       (Yustinus Setyanta)

DI TEPI KOLAM



Beberapa ekor ikan berenang di kolam, sementara seekor capung terbang hilir mudik di atas permukaan kolam. Tidak jauh dari kolam, ayam bekisar di dalam kandang terus berkokok menyambut pagi.

Ikan-ikan itu memandang sinis capung dan berkata dalam hatinya, "Ah.....capung....capung, kamu tidak bisa seperti kami yang bisa bernafas di dalam air" Sementara capung mengamati ikan dan berkata pula dalam hatinya, "Ah.....ikan....ikan, kalian tidak bisa bebas terbang dan hidup di angkasa seperti aku." Ayam bekisar pun berkata, "Sekalipun ikan itu bisa bernafas dalam air dan capung itu bisa terbang kesana kemari, tetapi mereka tidak mampu berteriak seperti aku...."

Saat sedang mereka-reka inspirasi ini, semilir angin berbisik: :Ah....kamu ini, mereka tidak pernah berpersepsi seperti apa yang ada di pikiranmu."


(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 14 Maret 2015

ONLINE

Definisi Online
Secara umum, sesuatu dikatakan online adalah bila ia terkoneksi/terhubung dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Beberapa arti kata online lainnya yang lebih spesifik yaitu :

Dalam percakapan umum, jaringan/network yang lebih besar dalam konteks ini biasanya lebih mengarah pada internet, sehingga ‘online‘ lebih pada menjelaskan status bahwa ia dapat diakses melalui internet.
- Secara lebih spesifik dalam sebuah sistem yang terkait pada ukuran dalam satu aktivitas tertentu, sebuah elemen dari sistem tersebut dikatakan online jika elemen tersebut beroperasional. Sebagai contoh, Sebuah instalasi pembangkit listrik dikatakan online jika ia dapat menyediakan listrik pada jaringan elektrik.

- Dalam telekomunikasi, Istilah online memiliki arti lain yang lebih spesifik. Suatu alat diasosiasikan dalam sebuah sistem yang lebih besar dikatakan online bila berada dalam kontrol langsung dari sistem tersebut. Dalam arti jika ia tersedia saat akan digunakan oleh sistem (on-demand), tanpa membutuhkan intervensi manusia, namun tidak bisa beroperasi secara mandiri di luar dari sistem tersebut.

Dengan Internet kita dapat menerima dan mengakses informasi dalam berbagai format dari seluruh penjuru dunia. Kehadiran internet juga dapat memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan, hal ini terlihat dengan begitu banyaknya situs web yang menyediakan media pembelajaran yang semakin interaktif serta mudah untuk dipelajari.





(Yustinus Setyanta)

PERBEDAAN MEDIA SOSIAL DAN JEJARING SOSIAL

Saat ini masyarakat sudah tidak asing lagi dengan yang namanya internet. Bahkan, hampir semua orang selalu menggunakan fasilitas internet baik yang melalui smartphone maupun melalui komputer.

Seiring dengan populernya internet, kini pun mulai bermunculan media sosial. Dimana melalui media sosial ini, kita bisa terhubung dengan orang-orang hanya dengan menggunakan internet. Selain media sosial, kita juga mengenal istilah jejaring sosial.

Lalu, apa perbedaan antara media sosial dengan jejaring sosial? Ada yang sudah tahu perbedaan di antara keduanya? Atau justru baru tahu kalau sebenarnya dua kata tersebut berbeda? Tidak perlu binggung, berikut akan dijabarkan perbedaan di antara keduanya.

Secara garis besar, media sosial dengan jejaring sosial itu memang sama yakni media untuk berinteraksi dengan banyak orang tanpa terhalang waktu dan jarak (tempat). Baik dengan media sosial maupun jejaring sosial, kita bisa berkomunikasi, mengirim pesan, maupun gambar ke orang yang jaraknya berbeda dengan kita. Dan yang menjadi pembeda, media sosial atau sosial media (social media-dalam bahasa Inggris) adalah suatu media untuk interaksi online (melalui internet). Banyak manfaat kegunaan, namun juga tak kalah banyak sisi buruknya.

Sedangkan jejaring sosial adalah situs atau website yang digunakan untuk berkomunikasi banyak orang tanpa harus ada mengenal sebelumnya di dunia nyata. Ini yang menjadikan jejaring sosial sering dijadikan tempat untuk mencari kenalan baru atau jodoh. Pengertian Jejaring sosial secara teori yaitu suatu struktur sosial yang terdiri dari satu set aktor sosial misalnya individu atau organisasi tertentu, dan satu set hubungan dyadic antara aktor-aktor tersebut. Dan jejaring sosial biasanya juga mengacu pada interaksi antara orang-orang di mana mereka membuat, berbagi, dan / atau pertukaran informasi dan ide-ide dalam komunitas virtual dan jaringan.
Dari penjelasan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa media sosial itu adalah induknya jejaring sosial. Sementara jejaring sosial itu adalah cabang dari media sosial. Makanya, fungsinya hampir sama.

- Contoh media sosial misalnya: majalah digital, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, jejaring sosial, podcast, foto atau gambar, video, rating dan bookmark sosial.
   Masing –masing memiliki kelebihannya sendiri seperti blogging, berbagi gambar atau foto, video blogging, wall-posting, berbagi musik atau lagu, bahkan VoIP atau Voice over IP, dan lain sebagainya.blog, aplikasi chatting, dsb
- Contoh jejaring sosial:
Berikut macam-macam jejaring sosial populer di dunia.
   Menurut survei yang dilakukan Silverpop, rata-rata jejaring sosial mengalami kenaikan dalam enam tahun terakhir. Namun ada 1 jejaring sosial yang disematkan julukan the rising star yakni Instagram. Dan berikut diantaranya:

1. Facebook
    Jejaring sosial ini memiliki 1 miliar pengguna. Terbesar di jagad raya ini untuk urusan pengguna. Facebook bukan hanya jejaring sosial, Mark Zuckerberg menyuntikan beberapa platform lain di situs ini.

2. Twitter
    Microblogging ini memiliki setengah miliar pengguna atau hampir setengah pengguna Facebook. Didirikan tahun 2006, Twitter cepan mendapat hati di kalangan netizen khususnya pengguna mobile.

3. Google+
   Google pun tergiur ikut terjun di jejaring sosial. Kini media sosial ini memiliki 400 juta pengguna. Google+ terkenal dengan fitur Hangout-nya.

4. Weibo
    Weibo atau Sina Weibo didirikan Agustus 2009. Saat ini memiliki 300 juta pengguna. Weibo sering disebut sebagai Twitter-nya China.

5. RenRen
    Jika AS miliki Twitter, China miliki Sina Weibo. Di China juga memiliki Facebook sendiri, yakni RenRen. Didirikan Desember 2005, RenRen kini miliki 250 juta pengguna.

6. LinkedIn
    Jejaring sosial ini dikenal sebagai jejaring sosial pekerja profesional. Menghubungkan antar profesional maupun dengan brand atau perusahaan. Kini miliki 175 juta pengguna.

7. Badoo
    Didirikan tahun 2006, Badoo kini miliki 100 juta pengguna. Jejaring sosial ini sering disebut sebagai social discovery website.

8. Instagram
    Jejaring sosial ini memiliki harga fantastis, 1 miliar dolar. Tak hanya sebuah jejaring sosial, Instagram juga sebagai aplikasi pengolah gambar. Saat ini miliki 100 juta pengguna.

9. Yelp
    Yelp sering disebut jejaring sosial berbasis lokasi. Pengguna tak jarang mendapatkan rekomendasi lokasi dari jejaring sosial ini. Saat ini miliki 84 juta pengguna.

10. Tumblr
      Jejaring sosial ini masuk ke ranah blog. Tak kalah bersaing dengan platform blog lain macam WordPress maupun Blogger. Saat ini miliki 81 juta pengguna.

11. Flickr
      Situs berbagi foto ini kini miliki 75 juta pengguna. Flickr masif digunakan di kalangan pecinta fotografi.

12. Orkut
      Tak banyak yang tahu jika Orkut adalah jejaring sosial lain milik Google. Meski jumlah pengguanya tak banyak, setidaknya mampu menarik 66 juta pengguna.

13. MySpace
      MySpace masih memiliki gaung dengan 25 juta pengguna. Kini mereka lebih fokus ke ranah social music.

14. Foursquare
      Jejaring sosial berbasis lokasi ini kini miliki 25 juta pengguna. Kini jejaring sosial tersebut mampu menembus 3 miliar check-in.

15. Pinterest
      Jejaring sosial ini tergolong baru. Namun mampu menarik 25 juta pengguna saat ini. Pinterest sering disebut situs pin online.

16. Soundcloud
      Soundcloud sering disebut sebagai jejaring sosial berbasis audio. Didirikan bulan Agustus 2007, kini jejaring sosial tersebut miliki 20 juta oengguna.

17. XING
      Serupa dengan LinkedIn, XING juga kerap digunakan di kalangan profesional pekerja. Saat ini miliki 12 juta pengguna.

18. Friendster
      Sempat menjadi primadona, Friendster kini fokus ke ranah social game. Kini Friendster miliki 8,2 juta pengguna.

19. Path
      Disebut sebagai smart jounal online, Path tetap menghubungkan pengguna dengan keluarga, kerabat, dan sahabat. Saat ini miliki 5 juta pengguna.

20. GetGlue
      Miliki 3 juta pengguna, GetGlue sempat populer di Indonesia beberapa waktu yang lalu. Kini namanya tenggelam dan jarang terdengar lagi.

21. Hi5
      Situs Hi5 didirikan oleh Ramu Yalamanchi pada tahun 2003. Pada tahun 2008, situs web ini masuk ke dalam 20 situs jejaring sosial yang banyak dikunjungi oleh pengguna internet diseluruh dunia.

22. LinkedIn
      Situs media ini didirikan oleh Dan Nye dan kantornya berlokasi di Mountain View, California pada tahun 2006. Situs ini khusus digunakan untuk berbisnis dan khususnya untuk jaringan profesional.

23. Yahoo! Meme
       Situs media ini dibuat oleh Yahoo! Pada tahun 2009. Nama meme dimaksudkan sebagai sesuatu yang menyebar dengan cepat dan menarik perhatian semua orang. Pemakaian web ini hampir sama dengan twitter pada umumnya.

24.MySpace
     MySpace adalah situs jaringan sosial populer yang menawarkan jaringan antar teman, profil pribadi, blog, grup, foto, musik dan video untuk remaja dan dewasa di seluruh dunia. Markas situs ini terletak di Beverly Hills, California, Amerika Serikat. Tetapi pada tahun 2005, News Corp membeli MySpace dengan harga 580 juta dollar AS dan MySpace resmi berpindah tangan menjadi milik News Corporation.

25. Friendster
      Friendster, yang ide penamaannya berasal dari nama Napster, adalah sebuah situs web jaringan sosial di mana seorang pengguna akan membuat identitas maya dan kemudian mengisi data dirinya untuk kemudian mendapatkan account di Friendster. Dalam Friendster, kita juga dapat melihat teman dari teman kita dan teman dari teman dari teman kita, selain melihat teman kita sendiri.
Friendster dimulai sejak tahun 2002 oleh Jonathan Abrams dan sekarang sudah melewati masa beta test. Sejak awal 2005, Friendster juga telah memulai fitur blog. Bahasanya juga sudah multi-language. Dan kini sudah ada versi untuk mobile-nya.

26. Linked In
      LinkedIn adalah situs web jaringan sosial yang berorientasi bisnis, terutama digunakan untuk jaringan profesional. Sampai September 2007 situs ini memiliki lebih dari 14 juta pengguna terdaftar, meliputi 150 industri dan lebih dari 400 bidang ekonomi yang diklasifikasi menurut jasanya.
CEO LinkedIn saat ini adalah Dan Nye dan kantornya berlokasi di Mountain View, California. Perusahaan ini didanai oleh Greylock, Sequoia Capital, Bessemer Venture Partners, serta European Founders Fund. LinkedIn mulai meraih keuntungan (arus kas positif) sejak Maret 2006.

27. FUPEI
      Jika anda melihat judulnya pasti anda terkecoh karena pasti anda menebak situs ini berbau Jepang atau Cina. Ternyata anda salah, situs ini buatan anak Indonesia asli. FUPEI adalah kependekan dari Friends Uniting Program Especially Indonesian adalah sebuah situs jaringan sosial yang berdiri pada bulan Mei 2004 menyediakan ruang gerak untuk kegiatan pertemanan bagi penggunanya secara interaktif. Berawal dari booming situs-situs jaringan sosial seperti friendster pada tahun 2004, FUPEI yang turut ikut memberikan sebuah ruang untuk pengguna internet di Indonesia merupakan sebuah bentuk user-generated-content yang mencakup foto, musik, video, dan lain-lain. Pengguna-pengguna tersebut kemudian dikenal dengan nama fupeis.

28. Bebo
      Bebo adalah sebuah situs jejaring sosial yang popular yang dibuat pada bulan Januari 2005. Ini banyak dipakai di beberapa Negara termasuk Irlandia, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Selandia Baru dan Australia. Versi bahasa Polandia sudah dirilis yang menggunakan database user yang berbeda. Ada planning untuk merilis versi bahsa Prancis, German dll. Dibuat oleh suami dan istri Michael dan Xochi Birch, Bebo diluncurkan secara resmi pada bulan Juli 2005.
Lalu AOL (America OnLine) membelinya pada 13 Maret 2008 sekitar 850 juta dollar.
“Bebo” adalah kependekan dari “Blog early, blog often”.

29. Orkut
      Situs jejaring sosial ini dilaunching pada tanggal 22 Januari 2004 oleh Google Inc. Situs ini merupakan dari karyawan Google sendiri, jadi bukan merupakan hasil akuisisi dari pihak manapun. Dinamai Orkut, karena nama itu sebagai bentuk dedikasi Google terhadap kreatornya yang bernama Orkut Büyükkökten. Orkut tidak begitu populer di Indonesia. Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, pengguna Orkut kebanyakan dari negeri Samba (Brasil) dengan presentase sebesar 51.09% kemudian diikuti oleh India 20.02% (Data dirilis Desember 2009).
Orkut juga mendukung banyak bahasa (multilingual) seperti jejaring sosial pada umumnya. Orkut memiliki jumlah user sebanyak 200 juta orang diseluruh dunia.

30. Koprol
      Ternyata Yahoo! memiliki dua situs jejaring sosial yakni Meme dan satu lagi Koprol. Tidak seperti Meme, entah kenapa saya cukup bangga dengan Koprol ? Apa pasal ? Karena ternyata Koprol merupakan salah satu jejaring sosial made in Indonesia. Koprol tergolong unik karena jika anda check-in (log-in) dengan ponsel, ponsel anda dapat berfungsi sebagai GPS tanpa adanya aplikasi GPS di ponsel tersebut. Setelah anda log-in anda dapat melihat user lain yang sedang ada di lokasi yang sama (kota yang sama).
Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, sistem kerja Koprol merupakan gabungan dari sistem lifestream Twitter, sistem komentar Plurk, dan sistem lokasi seperti Brightkite. Keunggulan inilah yang membuat Yahoo! tertarik mengakuisisi Koprol pada tanggal 25 Mei 2010 dengan nilai yang tidak disebutkan.

31. YouTube
    YouTube adalah sebuah situs jejaring sosial yang sedik berbeda. Di YouTube dikhususkan bagi para anggota untuk saling berbagi video. Di YouTube para member bisa mengunggah (upload) berbagai video untuk saling dibagikan, agar bisa ditonton oleh banyak orang.
Youtube, salah satu jejaring sosial yg sedang populer - gambar : billboard.com

Dan masih banyak lagi,...

Itulah tadi sekilas perbedaan antara media sosial dengan jejaring sosial. Mungkin dengan membaca informasi di atas, kamu jadi tidak salah lagi dalam menggunakan kedua kata tersebut. Kan malu kalau salah, pakai tiap hari tapi tidak tahu namanya smartphone maupun melalui komputer.





(Yustinus Setyanta)

Kamis, 12 Maret 2015

::. TABUR BENIH DI TANAH BERBATU .::

Dalam badai
     kita bawa lentera
Tertawa lepas
     yang bergerak

Kita tangkapi
Agar diam
Lelawa terbang tinggi
Pada kelam

Kita tabur benih di tanah berbatu
Lantas pergi sambil melata
Agar lengkap
Sekalian
Kita bawa hujan dan angin


                        (Yustinus Setyanta)

Foto Unik


Rabu, 11 Maret 2015

::. ANGIN SEPOI .::

Rupanya angin yang mendidik rasa jadi kegembiran
Meski hanya dengan sendal jepit, sabit; dihadang tiram
Bersama-sama caping di kepala sang penjaga kemantapan
Dari serangan hama wereng yang dilahirkan musim

Selalu saja kita tertagih tentang kepiawaian menjaga rahmat Ilahi
Di tengah pusaran musim dan galaksi yang menyeringi
Di seputaran iman yang tumbuh-tumbuhnya jadi falamboyan
Mengubah kepercayaan diri jangan sampai runtuh tergadaikan

Tak ketinggalan batu-batu jalanan tahan banting
Tersenyum mengajak main mata demi cinta dan kasih sayang
Meminta lupakan rasa kurang lebih yang tak terperi
Kita percayakan pada hari-hari gaul yang mengalirkan kisahnya sendiri


{ : yustinus setyanta}



POLITISASI AGAMA

Simbol agama menjadi salah satu isu hangat dalam jagat polotk tanah air. Sebagai bangsa yang beragama, masyarakat Indonesia rentan bersimpati jika petualangan politisi mengedepankan slogan, simbol agama, dan semangat religius. Sehingga sangat logis jika para politisi dan bahkan capres-cawapres mengusung slogan dan simbol agama. Meskipun demikian, penulis tidak membenarkan jika agama dibawa-bawa ke ranah politik dalam rangka mencari kekuasaan.

Dalam kontestan pilpres tahun 2014, partai politik yang berbasis agama menyebar kepada keduakan kandidat capres. Yang perlu dipahami bahwa antara agama dan politik adalah, membutuhkan agama sebagai rujukan untuk membangun moralitas, etika, dan kearifan dalam berpolitik. Bukan sebaliknya, yakni agama sebagai sarana untuk merebut kuasa tanpa etika. Namun sekarang ini, agama cenderung dimobilisasi ke arah politik praktis sehingga agama yang seharusnya bertujuan untuk jangka panjang, baik urusan dunia maupun akhirat, dieksploitasi ke arah politik praktis yang sifatnya sementara dan cenderung bertujuan untuk duniawi.

Tidak dapat di pungkiri bahwa para politisi dalam melakukan jelajah kempanye acapkali menggunakan jargon dan imbol agama dalam menjaring konstituen. Namun ketika sudah memperoleh apa yang diinginkan (msalnya menjadi wakil rakyat) ideologi dan ajaran agama jauh dari mereka. Inilah kenyataan, realita serta menjadi refleksi bagi si penulis. Namun lihat saja ketika penyelenggara negara (yang berasal dari partai plitik) menjadi tersangka korupsi. Mereka semua adalah kaum beragama, dan bahkan mereka memiliki posisi strategis di partai yang berideologi agama.

Perdebatan sengit masih sering terjadi ketika agama dibawa-bawa ke ranah politik. Yang pro terhadap hal itu menganggap bahwa agama penting dalam kerangka membangun politik. Hal ini dapat dilakukan oleh politisi yang mengalami degradasi moral, etika, akhlak dan pola pikir hedonis. Agama menjadi penunjang dan dapat meyeimbangkan akhlak sehingga tidak berperilaku koruptif serta mementingkan diri sendiri. Namun ada juga yang menentang persepsi tersebut. Agama tidak boleh dimasukkan ke ranah politik. sebab agama dan politik memiliki pergerakan yang berbeda-beda. Agama menghubungkan diri manusia dengan Tuhan sebagai hamba-Nya. Sedangkan politik merupakan urusan struktural dalam tatanan pemerintah. Kebijakan politik bisa saja berubah-ubah dalam hitungan detik. Namun dalam agama, keputusan dan hukumnya sudah mengikat dan tidak bisa di ganggu gugat.

Para politisi di negeri ini masih banyak yang berdiri dengan sendirinya berdasarkan persepi dan keyakinannya. Namun semuanya tidak dapat dipermasalahkan jika memang agama dimasukkan dalam politik selama tidak di politisasi atau menjadi kedok. Pasalnya, politisi tanpa beragama ibarat rumah tanpa penyangga. Agama sebagai sandaran dalam berpolitik agar semua yang diputuskan tidak merugikan masyarakat. Toh, semua agama tidak mengajarkan kecurangan, dan ketidakadilan. Agama selalu mengajarkan kesucian, kesalehan, kesantunan, dan kepribadian yang baik. Namun menjadi masalah jika agama di politisasi. Agama di jadikan topeng untuk menjarah kekayaan dan merampas hak-hak bangsa. Negeri ini akan celaka jika pemimpin yang terpilih diproduksi oleh politisasi agama. Semoga negeri/bangsa ini berpolitik secara santun tanpa harus membawa-bawa agama, suku, ras antar golongan.




(Yustinus Setyanta)

::. LANSKAP - 1










Hidup itu sendiri tampaknya seperti iman
Selayaknya air hujan yang meresap di tanah sawah dan ladang
Pada musimnya menumbuhkan padi, sayuran dan bebuahan
Lalu bangkit menembangkan kecapi riang

Dalam kesadaran bunga-bunga melati
Hingga dunia kupu-kupu menari
Karena kekuatan iman
Juga keringat yang mengucur dari badan

Atau......
Magma yang memerdekakan diri
Lewat gunung-gunung di bumi
Membuat mata yang hampa
    di buat takjub memandang kepundan
Walau sering dibuat terkejut
     ketika tak punya pilihan dan meletup

Memberi ingatan
seolah-olah ada yang selalu dibenahi
Dalam perikehidupan
membangun silaturohmi dengan sesama dan alam ini



       {:Yustinus Setyanta}

::. LANSKAP - 2 .::

Hidup itu sendiri punya iman
Seperti awan melayang-layang bebas
           dari beban makna dan bentuk
           Sendiri
           nan pasti

Walau tanpa pemecahan sebagaiman dalil-dalil resmi
Maka ia selalu muncul saban saat saban hari
Dengan bentuk-bentuk yang lainnya lagi
Tanpa ikatan itu ini, dengan nyaman dan santai

Mengajak hati berlenggang mengalun
Menjadi jiwa semesta raya
Kebal akan kekalahan, kekecewaan dan kepuasan
Lihatlah. Tahun-tahun ini. Yang ada

Dunia hanya berisi badak dan kerbau, katanya
Maka ubahlah si maya dengan iman
Karena iman yang menyelamatkan
Agar jadi racun tak berdaya.

Maka perbaikilah suka-cita
Dengan bangunan rasa cinta sesama
Dalam bahagia dan derita, katanya pula
Ya, mudah-mudahan banyak orang mendengarnya
Bahwa iman mengajari manusia jadi apa adanya
Tanpa tanda jasa


{:Yustinus Setyanta}

::. LABA-LABA .::

Sambil bergelanyut di jejaring made-in sendiri
Betapa lahab laba-laba itu mengunyah detik-detik arloji
Sendiri. Nampak diam tak berdaya
Menggulingkan hati dari kedudukannya.

Meski telah terpojok di suatu sudut terpencil
Ia tenang. Tak bawel maupun usil
Justru disana gigih ia menjadi dirinya sendiri
Tiada kegiatan membangun mimpi

Kecuali.......
Mempercaya nyamuk, capung,
Kupu-kupu, lalat, belalang
Yang suka nyelonog
Dalam tapal batas wilayahnya
Yang rawan mengoceh jati dirinya



{ : Yustinus Setyanta}

Senin, 09 Maret 2015

::. EPISODE IMPI .::

Impi pun semakin buih berbuih di jalan raya
Ia sering naik mobil mewah sok paling manusia
Kadang-kadang berjalan kaki gayanya petita petiti
Atau dalam bis kota pakainya norak seksi

Nakuti anak-anak
Suaranya serak
Menggantikan burung gagak...
Ia monster gentayangan yang tidak paham hari ini
Ia seorang pesolek yang menelan biyaya besar
Pemain sandiwara yang jiwanya tidak ada di panggung
Ia ada pada hari ini bersama-sama kita dengar rambut palsu

Bulu mata palsu air muka palsu senyum palsu, itulah adanya
Lebih celaka lagi ia suka mendorong kita memalsu keadaan
Ia gemar berjalan-jalan mempertontonkan keberhasilan
Menenteng manusia berjungkir balik kepalanya


{Yustinus Setaynta}



METAMORFOSIS NOVEL MENJADI FILM

Tayangnya film Supernova: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, yang diangkat dari novel karya Dee dengan judul yang sama baru-baru ini, ternyata mendapat sambutan yang meriah dari penggemar film tanah air. Padahal novel tersebut terbit untuk pertama kalinya sejak tahu 2001. Fenomena perayaan metamorfosis karya sastra ke layar lebar ini nyaris sama seperti ketika film Sang Penari yang diadaptasi dari novel Trilogi Ronggong Dukuh paruk karya A Toheri tayang pertama kali di bioskop.


- Rumah Produksi
   
    Memang, mengadaptasi novel ke layar lebar kini sudah menjadi semacam tren bagi rumah produksi. Tidak jarang, para penontonnya lebih banyak dari jumlah novel atau buku yang terjual. Ini tentu mengejutkan dan menggembirakan, tetapi juga membuat kita bertanya-tanya. Apakah para penonton film yang diangkat dari novel sudah membaca novelnya terlebih dahulu? Bisa jadi, kegemaran masyarakat Indonesia menonton film yang diangkat dari sebuah novel bukan disebabkan karena mereka ingin melihat versi audio-visual dari apa yang sudah mereka baca, tetapi disebabkan karena mereka sama sekali belum membaca novelnya dan lebih tertarik untuk menonton filmnya, karena masih melek huruf katimbang melek baca. Menonton film jauh lebih disukai masyarakat kita ketimbang membaca; itu merupakan asumsi yang masuk akal meskipun terdengar pahit.

    Bagi para novelis, diangkatnya karya mereka menjadi sebuah film tentu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan. Sebab, selain buah amalnya akan semakin banyak tersiar novel yang dibeli rumah produksi film juga dapat menghasilkan pundi-pundi yang jumlahnya jauh lebih besar dari royalti yang diterima penulis dari penerbit.

    Tetapi, memang ada beberapa novelis yang tidak rela dan menolak karya-karyanya difilmkan. Sebutlah Paulo Coelho. Konon novelnya yang fenomenal berjudul Alkemis sudah banyak yang berminat untuk mengangkatnya ke layar lebar, tetapi toh coelho menolak. Coelho tidak ingin imajinasi pembaca menjadi sempit gara-gara novelnya ditafsirkan dalam bentuk film.

    Nah, untuk novelis Indonsia, adakah yang berani menolak jika karya mereka diangkat menjadi film? Ada!. Tetapi kebanyakan, novelis Indonesia berlomba karyanya dapat diadaptasi ke layar lebar. Se-orang novelis yang karya-karyanya banyak diangkat menjadi film, yakni Asma Nadia mengakuinya secara terang-terangan. Dalam sebuah wawancara di sebuah surat kabar.

- Mengekang Imajinasi

    Tidak salah mengidamkan karya kita diangkat ke layar lebar. Tetapi menulis novel jelas berbeda dengan menulis script. Menulis dengan maksud ditujukan agar karya tersebut dilirik rumah produksi sama halnya mengekang imajinasi penulis itu sendiri. Persoalnya apakah sebuah novel menarik atau tidak bagi rumah produksi tentu ada banyak faktor yang melatarbelakangi. Bukan semata karena novel tersebut mudah dan cocok di angkat ke media audio-visual, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tuntutan pasar.

    Film memiliki hukum pasar tersendiri yang meskipun bisa dikaitkan dengan pasar perbukuan tetapi tidak bisa disamakan. Tidak semua novel bagus cocok untuk difilmkan. Tetapi secara umum hampir semua novel yang laris selalu dilirik rumah produksi.

    Apa yang kemudian terjadi? Jika peminat film cenderung cepat meningkat seiring dengan tambahnya jumlah manusia dan film-film bagus (khususnya yang diangkat dari novel), peminat buku (baca: novel) mengalami penambahan yang sangat lambat, dalam konteks yang mudah dipahami; pertumbuhan nonton dan baca tidak seimbang. Maka, semestinya film dan buku menjalin hubungan saling menguntungkan. Rumah Produksi yang mengangkat film dari novel perlu juga memperjuangkan untuk menjaring para pembaca baru, bukan sebaliknya, secara tidak sadar atau terang-terangan meninabobokan minat baca masyarakat kita.


{Yustinus Setyanta}

::. KENTUT .::

Kentut.....
ia tak berwujud, tak bernyawa
tapi baunya terasa
ia tak berbahaya tapi dijauhi
ia ramah tapi tak didekati

kalau bunyinya keras artinya jujur,
tak bersuara artinya pemalu
keluar sekaligus katanya berjiwa besar,
setengah-setengah katanya hemat itu

Oohh, Kentut….
Orang Inggris kentut bilang : “excuse me”…..
Orang Amrik kentut bilang : “pardon me”…..
Orang indonesia bilang : “not me, not me…!”

Kau sungguh dinamis,
Rambutmu kaya selebritis
Sifatmu romantis,
Gayamu erotis,
Pakaianmu necis
Sepatumu made-in prancis,
Sayang wajahmu kaya teletubies.


               (: Yustinus Setyanta)



Minggu, 08 Maret 2015

::. INTROPEKSI .::

Sebelum roda berputar
dan lampu-lampu padam...
Sisi kiri coba lihatlah
walau samar dan sangsi....
Senyum, tangis adalah satu
tetap seiring sejalan...
Bagai siang dan malam
satu menjadi sebuah irama...

beralun bukan bergelombang
berjalan tetap menyilang
bukan sebuah pilihan
tapi itulah kenyataan

          (Yustinus Setyanta)

Jumat, 06 Maret 2015

WARUNG

    Warung adalah usaha kecil milik keluarga yang berbentuk kedai, kios, toko kecil, atau restoran sederhana istilah “warung” dapat ditemukan di Indonesia dan Malaysia. Warung adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan keseharian rakyat Indonesia.








{Yustinus Setyanta}