Sabtu, 28 Februari 2015

PERJALANAN PANJANG

Bagi orang biasa, sebuah perjalanan seringkali dijadikan waktu untuk rehat apalagi perjalanan yang panjang menggunakan kendaraan umum seperti naik bus atau kereta api. Namun tidak demikian halnya bagi orang sibuk. Lamanya perjalanan sering dianggap sebagai waktu yang terbuang sia-sia. Seiring kemajuan teknologi dan alat komunikasi, maka dipilihlah sarana trasportasi dengan waktu tempuh yang paling singkat, atau membawa segala peralatan komunikasi agar dalam perjalanan pun kekerjaan masih bisa terus berlanjut.

Orang kusta itu datang kepada Yesus juga menempuh perjalanan. Namun mengingat kondisinya maka perjalanan itu kemungkinan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sebab jika sampai ketahuan ia akan dilempari batu dan diusir pergi oleh orang-orang Yahudi yang sehat, dia melakukan perjalanan hanya berteman pengharapan. Harapan itu yang terus menerus menyita perhatiannya sehingga makin lama harapan itu makin besar. Puncak dari harapan itu adalah ketika ia berhadapan dengan Yesus. Pertemuan dengan Tuhan adalah pertemuan yang sangat dia harapkan. Buah dari pohon harapan yang dipelihara dengan baik adalah keselamatan karena kuasa Tuhan.

Sebagaimana si orang kusta, aku pun melakukan perjalan yang panjang yang disebut dengan perjalanan rohani. Maka aku melihat perbedaan antara perjalananku dengan perjalanan si orang kusta tersebut. Mungkin aku tidak sedemikian ketakutan seperti dirinya, meski gerak dan kemerdekaan ku pun dibatasi. Namun yang penting harapankuku pun tumbuh di sepanjang perjalanan sebagaimana harapan si kusta tersebut. Iman, Harapan, dan Kasih adalah tiga bekal penting untuk bisa sampai ke hadapan-Nya.


{Yustinus Setyanta}

ORA ET LABORA

Menarik garis batas yang tegas untuk memisahkan antara bekerja dan berdoa. Setidaknya ungkapan "Ora et Labora" menunjukkan hal tersebut, berdoa dan bekerja. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sibuk dengan profesi atau panggilan hidup masing-masing. Banyak dari kita adalah orang yang super sibuk. Orang, bangun tidur langsung mandi......berpakaian, sarapan sambil persiapan kerja. Berangkat pagi pulang petang, bahkan ada yang pulang  larut malam dan ini menjadi kegiatan yang rutin dan yang tersisa ketika pulang adalah kelelahan. Akibatnya suatu ketika akan mengalami kejenuhan dan hatinya kering (hidupnya tanpa arti). Profesi bisa membuat sibuk selama 24 jam, hingga bisa saja menjadi orang yang tidak sempat melakukan hal lain yang juga penting. Ditengah kesibukan itulah kita dapat meluangkan, memberikan waktu kepada Tuhan yang setia mendapingi kita sehari-hari. Kita perlu berdoa.

Doa ditemukan dan dihayati dalam semua agama. Doa adalah usaha manusia untuk mengarahkan hati kepada Allah. Setiap orang yang berdoa mengarahkan hatinya kepada Allah, dia tidak hidup untuk dirinya sendiri dan oleh kekuatannya sendiri, melainkan ia mempercayakan diri kepada Allah. Berdoa menjadi kegiatan yang dikemas ke dalam suasana tertentu yang hening, yang tidak sibuk, yang terkonsentrasi pada satu titik. Kemasan itu membuat doa tidak mungkin disatukan dengan segala macam kesibukan lain. Namun yang biasanya terjadi, dari 24 waktu yang kita miliki, doa hanya mendapat sangat sedikit porsi waktu, itupun kalau tidak habis sama sekali. Akhirnya, doa pun tempat pelarian manakala dirundung kesedihan, persoalan, terkurung dalam ketidakmampuan. Selama kita tidak mengalaminya, doa tetap terlupakan.

Orang berbuat tentu mempunyai maksud dan tujuan, demikian pula ketika seseorang berdoa, tentu ada maksud dan tujuannya. Tujuan dari berdoa inilah yang membuat doa lalu dikelompokkan dalam berbagai jenis seperti; doa pujian, doa persembahan, doa syukur, doa tobat, doa permohonan dll. Apapun jenis doanya, selalu saja doa itu menghubungkan setidaknya dua kutub yaitu kita sebagai pendoa dan Allah sebagai tujuan doa kita. Suatu ketika mungkin ada tiga pihak, yaitu yang berdoa, yang didoakan, dan ada Allah sebagai tujuan dari doa. Suatu ketika pula ada empat pihak yang terlibat yakni; yang berdoa, yang didoakan, perantara doa, dan Allah sebagai tujuan dari doa kita. Namun jarang sekali orang mempermasalahkan doa-doa seperti doa pujian, doa syukur, doa persembahan, atau doa tobat. Yang seringkali dipersoalkan adalah doa permohonan. Kenapa demikian? Karena dalam setiap doa permohonan ada harapan untuk terkabulnya doa tersebut. Suasana yang mendorong pun sangat berbeda dengan doa-doa yang lain. Doa permohonan biasa didorong oleh situasi yang kurang, yang susah, yang menderita dan penuh persoalan. Sementara doa pujian, doa syukur, doa persembahan didorong oleh situasi yang lebih baik, yang terpenuhi, atau berbahagia. Maka sesungguhnya permasalah tersebut berakar dari apa yang kita rasakan.

Bagi yang sekali berdoa lalu permohonannya terkabul tidak masalah, ia akan langsung memuji dan bersyukur, itu pun kalau tidak lupa. Tetapi bagi yang sudah berkali-kali berdoa namun permohonannya tidak juga terkabul, atau sudah sekian tahun bertekun dalam doa tetapi tidak juga terkabul, bisa saja akan bertanya, apa yang salah dengan doaku? Barangkali akan mulai berpikir cara doanya yang salah atau rumusan doanya yang keliru, atau tempat berdoanya yang tidak pas atau mendengar kalimat penghibur doa itu bukan dengan kata-kata yang bagus tetapi dari hati akan terkabulnya doa, dll. Tanpa terasa yang terjadi adalah pergeseran maksud. Tidak lagi mecari, menemukan jawaban atas doa, tetapi menuntut pemenuhan keinginan dengan berdalih kebutuhan yang dibungkus dalam doa permohonan. Maka menempatakan Allah pada satu pilihan yakni mengabulkan doanya. Lebih jauh lagi, membingkai Allah dalam persepsi manusia. Dimana sebagaimana manusia, Allah akan mengabulkan doa jika doanya disusun demikian bagus nan indah. Allah akan tersentuh dan mendengarkan doa, jika mendarasakan deretan kaliman yang amat panjang dan emosional. Dengan memaksakan persepsi manusiawi terhadap Allah hal itu menunjukkan bahwa tidak mengenal Allah. Melalui doa Bapa Kami, Yesus hendak meluruskan hal tersebut. Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam sorga, menunjukkan bahwa yang terpenting adalah terjadinya kehendak Bapa dan bukan keinginan sendiri. Maka apapun kehendak Bapa hal itu adalah jawaban atas doa kita. Demikianlah sebuah doa akhirnya menunjuk pada sebuah jawaban dan bukan tuntutan. Maka doa pun akhirnya tetap bermaka sebagai komunikasi dengan Allah.

Berdoa adalah berkomunikasi dengan Allah. Demikan makna doa yang singkat padat. Bentuk yang paling sederhana dari berkomunikasi adalah merasakan kehadiran, sebab sekalipun mengucapkan kalimat sampai berbuih namun tidak merasakan kehadiran Allah, sebab sekalipun bersusah payah mengerahkan tenaga menenangkan hati tetapi tidak merasakan kehadiran Allah, komunikasi itu tidak pernah terjadi. Sama halnya ketika orang lain mencoba berbicara dengan kita, namun kita tidak menganggap keberadaannya, tidak menganggap kehadiranya lantas "emang enak di cuexin...."

Merasakan kehadiran Allah bisa di lakukan kapan pun dan dimana pun. Bahkan ketika sibuk bekerja pun tetap bisa merasakan kehadiran Allah, dengan menghayati bahwa setiap unsur dari pekerjaan yang dilakukan merupakan bentuk peran Allah dalam kehidupan kita. Seperti ketika petani sedang menggarap sawah, ketika ia menghayati bahwa tanah yang dioalahnya adalah wujud kasih Allah, bahwa cangkul yang dipegangnya pun bisa ia miliki karena kasih Allah, air yang membuat tanah gembur adalah karena kasih Allah, maka petani itu bisa bekerja sambil berdoa. Artinya, petani itu bekerja dalam bingkai kesadaran Allah. Hal seperti ini bisa di lakukan dalam setiap kegiatan. Kita berdoa di dalam bekerja membawa kita pada kesadaran yang terus menerus akan Allah, sehingga kita merasakan semakin dekat dengan-Nya.





{Yustinus Setyanta}

SUARA BATIN DAN PIKIRAN

Jika berbicara soal kedalaman, kesungguhan, dan kejujuran, acakali mengkaitkannya dengan suara hati atau suara batin. Kita menganggap bahwa suara batin berbeda dengan buah pikiran. Demikian pula dengan perasaan, acapkali memisahkan soal perasaan dengan olah pikir. Namun adakah mengetahui mekanisme yang sesungguhnya? Atau bisakah bener-bener membedakan antara olah pikir dan suara hati? Apa yang biasa disebut suara hati itu terlepas sama sekali dari aktifitas pikiran? Apakah suara batin yang paling dalam itu juga sama sekali tidak berkaitan dengan kerja pikiran. Apakah perasan-perasan yang timbul juga bukan karena persepsi yang dibangun oleh pikiran. Suara hati atau suara batin seringkali menjadi pelindung untuk apa yang dikatakan sebagai yang mengatasi pikiran, atau sifatnya mengatasi sifat manusiawi.

Demikian pun ketika seseorang masuk ke dalam ruang bawahsadar karena laku semedi atau meditasi. Apa yang terekam, apa yang terlihat pada ruang bawah sadar tersebut seringkali disebut sebagai kebenaran dari Allah, atau berasal dari dimensi lain di luar dimensi manusia.

Yesus tidak menempatkan diriNya di dalam ruang bawahsadar manusia. Ia menempatkan diriNya dalam realitas kesadaran manusia, dan mengangkat sikap hati sebagai landasan dalam berbuat ataupun bertindak. Sikap hati yang terarah pada Allah dan merasa dikasihi oleh Allah. Namun sikap hati yang mengarah pada kepentingan diri akan tumbuh menjadi upaya untuk menutupi ketakutan, kecemasan dan kekuatiran dengan bentuk bermegah diri, iri hati, dan keserakahan. Maka sikap hati yang diharapkan oleh Yesus bukanlah sikap hati di luar kesadaran melainkan sikap hati yang menumbuhkan kesadaran. Dengan demikian Yesus menjadikan kita semakin manusiawi, dan bukan mengajak kita untuk melepaskan kemanusian kita. Mengikuti jejakNya dalam perjalanan rohani, berarti memupuk kesadaran manusiwi kita sehingga mampu memahami realitas hidup. Lebih jauh perjalanan rohani juga membangun keradaran untuk terlibat dalam upaya memanusiakan orang lain.














{Yustinus Setyanta}

LAMPION - 3


LAMPION - 2


LAMPION - 1


Sabtu, 14 Februari 2015

Bijaksana :


::.SABANA CINTA .::












Terbentang luas menebar cinta
Niur melambai terhembus bayu
Ku rasakan nikmatya cinta
Karena cinta berhembus dijiwaku

Kupejamkan mata tuk lihat wajahmu
Kurentangkan tangan tuk rasakan cintamu
Kutumbangkan waktu tuk rangkul hatimu
Cintaku tak selebar sabana
Tak sedalam lautan atau seluas dunia
Namun kutahu cinta itu kekal

Cinta abadi tak semanis janji
Keagungan cinta dengan-Nya
Selalu kunanti dalam hati
Segala cinta atas nama-Nya

Kan kurangkumkan
di hati
hanya untukmu...

Untukmu....
                                                     
                                                      {Yustinus Setyanta}
                                                  

IMLEK

Happy Valentine's Day


Jumat, 13 Februari 2015

KASIH ITU SEDERHANA

    Suatu hari kang Tresno pulang ke rumah ibunya di desa, karena sudah bertahun-tahun kang Tresno tidak pulang kampung untuk menengok ibunya. Malam harinya kang Tresno merebahkan tubuhnya di atas dipan dekat dapur dan memejamkan mata tetapi tidak tidur. Sayup-sayup kang Tresno mendengar langkah ibu mendekat, Ia pun menyelimuti kang Tresno.

   Ia duduk sejenak...lalu masuk ke kamar. Kang Tresno tahu dan berpikir bahwa meski dirinya sudah bukan kanak-kanak lagi, tetapi kang Tresno tetap anaknya yang Ia kasihi.
Menjelang lelap kang Tresno berbisik, "maturnuwun.....buk!" (terima kasih....bu!).


Happy Valentine's Day












Yustinus Setyanta}

RUMAH BARU

     Ketika keong kecil semakin membesar maka rumah pelindungnya tak mampu lagi memuat tubuhnya. Maka dengan telanjang bulat ia keluar dan mencari rumah baru yang lebih nyaman. Tak lama kemudia ia menumukan rumah keong yang cukup besar. Dengan hati gembira rumah baru itu segera ditempatinya. 

     Tetapi setelah seluruh tubuhnya masuk, ia tetap tidak bisa bergerak membawa rumah barunya, karena rumah itu ternyata terlalu besar untuk tubuhnya. Meski demikian ia merasa enggan untuk meninggalkannya dan berpikir suatu saat nanti toh rumah itu akan cukup juga untuk tubuhnya. Maka sejak saat itu ia hanya diam di dalam rumah dan tidak pernah pergi kemana-mana.
















{Yustinus Setyanta}

SERUPA TAPI TAK SAMA

     Anak-anak sering menyukai model teka-teki menemukan perbedaan dua gambar yang serupa namun tidak benar-benar sama. Ada beberapa bagian dari kedua gambar tersebut yang sengaja dibuat berbeda. Kecermatan, ketelitian sangat dibutuhkan untuk bisa menemukan di mana letak perbedaan kedua gambar.

     Terang dan gelap, jelas sangat berbeda. Namun anehnya, acapkali kesulitan menemukan perbedaannya, serta menganppap keduanya ada dalam keadaan remang-remang yang terang pun tidak namun gelap juga tidak. Dalam pandangan keduanya sering tampak serupa meski jelas tidak sama. Bukan ketelitian dan kecermatan yang di perlukan untuk bisa menemukan perbedaanya, namun kesadaran untuk senantiasa terbuka terhadap peran Roh Kudus yang lebih aku perlukan.














{Yustinus Setyanta}

TENTANG PAGAR RUMAH

     Ada yang membuat pagar rumah dari tembok kuat, tertutup dan tinggi sekali, seolah takut jika sampai ada orang jahat yang bisa mengintip harta yang ada di dalam rumahnya.

     Ada yang membuat pagar rumah dengan sangat indah, seolah hendak menunjukkan bahwa apa yang ada di dalam jauh lebih indah. Ada yang membuat pagar rumah dengan tanaman seperti misalnya pohon bambu. Dsb.... Namun ada pula yang membiarkan rumahnya tanpa pagar sama sekali, tanpa dinding sama sekali, bahkan tanpa apap sama sekali. Dengan leluasa ia membiarkan tubuhnya dari waktu ke waktu dari jaman ke jaman. Dia adalah Sang Waktu.













(Yustinus Setyanta}

PUISI SAPU LIDI










Setuju atau tidak, tantang hal ini...
Memang sudah dinamai : sapu lidi...
Penyatuan - Kekuatan
Pengabungan - Persatuan.

Tanpa tali, bukan sapu lidi
sekedar berserakan lidi....
Tak sama panjang lidi...
yang pendek tak menyentuh tanah, yang panjang menyentuh lantai...

Sama-sama lidi
mengapa juga musti tak kenal diri
Bisa jadi kita tak berarti
Dalam ikatan kita penuh arti

Heh…
Tapi siapa yang mau jadi lidi
Diikat jadi satu ya hanya jadi sapu
Kita bukanlah sapu
Sebab sapu hanya dipakai sekali waktu
Tiap lantai kotor dan berdebu

Keras hidup memecah berantah
Terbuang canda
Tersingkir tawa
Tangan tak sanggup memapah jalan
Hidup dalam timbunan kuncup
Punya kami, hanya tanah dipijaki
Itu hanya bayangan kami sendiri

Tapi,
Bergandeng kami mengenggam ardi
Menabur harapan di ladang mentari
Angan tumbuh sepanjang jejak
Pada kami tertancap, serempak

Satu kami bisa diterjang
Seikat kami tak mampu dihadang
Satu kami bisa dipatah
Setali kami mematri huriah

{Yustinus Setyanta}

TENTANG DINDING RUMAH

    Ada yang membuat dinding rumahnya demikian kuat dan kokoh. Mereka berharap rumah itu akan berdiri selama-lamanya, meski mereka sadar sepenuhnya bahwa mereka tidak akan hidup selamanya.






















(Yustinus Setyanta)

TENTANG RUMAH

Bagi seorang petani, rumah adalah tempat dimana dia bisa meletakkan badan setelah seharian bekerja keras. Bagi seorang pekerja, rumah adalah terminal darimana ia akan berangkat dan kemana dia akan kembali pulang.
Bagi seorang pedagang, rumah adalah tempat dimana dia bisa menyimpan barang-barang sebelum di pajang di tokonya.
Bagi seorang investor, rumah adalah investasi yang setiap saat bisa dijual ketika ada yang membeli dengan harga tinggi, guna mendapatkan rumah yang lain.
Bagi seorang pengembara, rumah adalah tempat berteduh dikala hujan turun dengan lebat sebelum dia melanjutkan pengembaraan.
Dan bagi angin......walah ada atau tidak ada rumah, apakah bedanya?






















{Yustinus Setyanta}

PUISI : SAPU

Tak lagi sekedar sampah
yang mengotori lantaimu....
Apalagi debu
Tetapi bisa karena sapu

Anak-anak sering dilarang bermain dengan sapu...
Tetapi dengan apa kau bersihkan lantaimu...
Asal selalu terjaga, tak melulu lena...
Setiap lantai bangga...

Sapu kotor - sendok penuh kotoran...
Jangan salahkan piring atau masakan...
Yang mengalir ke darahmu...

Sapu terbang jadi tunggangan...
Seperti di film kartun yang disukai anak-anak...
Seperti disukai salalu
kanak-kanak

Kalau pesawat terbang bukan apa-apa
yang wajar biar menjalar
Namun tetap doa punya kekuatan
harapan
sungguh
bukan undian


{Yustinus Setyanta}




Kamis, 05 Februari 2015

PERJALANAN ROHANI

     Ada dua sisi kehidupan yang sering dibedakan, yakni yang rohani dan jasmani, yang profan dan sacral, yang spiritual dan duniawi. Dalam dua hal tersebut seringkali pula menggolonkan pada perbuatan. Misal; berdoa itu kegiatan spiritual sementara bekerja itu kegiatan duniawi. Membaca Kitab Suci itu bersifat rohani sementara makan dan minum mengisi perut itu bersifat jasmani. Mengikuti ibadat keagamaan itu bersifat sacral sementara jalan-jalan refresing itu profan, dsb. Demikian pun dengan waktu yang kita miliki. Kita membuat alokasi waktu untuk kedua hal tersebut. Ada waktu untuk hal-hal rohani, ada waktu untuk hal-hal jasmani atau duniawi. Ada saat untuk perkara sacral ada saat untuk perkara yang profan. Kita bisa membayangkan, kita berdiri di satu dunia rohani lalu melompat ke dunia jasmani. Lalu melompat lagi.....begitu seterusnya hingga suatu saat merasa lelah, jenuh dan hanya diam di atas salah satu sisi. Atau bisa di bayangkan bahwa kita berdiri dengan masing-masing kaki yang menginjak dunia yang berbeda. Kaki kiri berdiri di atas dunia profan tetapi kaki kanan berdiri di atas dunia sacral. Ketika kedua perkara itu tidak terlalu jauh jaraknya masih bisa kita berdiri tegak, namun apabila jarak antara keduanya semakin jauh makan bisa jadi kita mengalami kesulitan untuk tetap berdiri dengak tegak, tegap.

     Sebagai orang kristiani tentu gambaran di atas tidak terjadi pada diri Yesus. Seluruh perkara di dalam hidup Yesus menjadi perkara sacral, rohani atau spiritual. Apapun peristiwa yang terjadi diletakkan di atas dasar relasiNya dengan Allah, bahkan sampai ikatan keluarga pun diangkatNya dalam kemuliaan relasi tersebut. Yesus tidak melihat kedua perkara tersebut sebagai dua bidang yang sejajar, melainkan yang sorgawi mendasari yang duniawi, yang rohani mendasari yang jasmani. Hubungan antar manusia diletakkan di atas dasar hubunganNya dengan Bapa.

     Perjalanan rohani tidak membuat kita menjadi aneh, terpisah atau memisahkan diri dari orang lain. Perjalaman rohani juga tidak membuat kita memutuskan hubungan keluarga dan masuk dalan kesendirian karena menganggap bahwa apa yang kita lakukan merupakan laku yang bersifat pribadi. Perjalanan rohani sebagai sarana untuk menempatkan segala perkara di atas dasar rohani. Kita bukan lagi bekerja hanya melulu untuk mencari uang, tetapi melaksanakan kehendak Tuhan. Kita bukan lagi makan karena lapar atau karena dorongan selera, tetapi untuk menjaga tubuh kita yang merupakan anugerah Allah. Demikian pun dalam hubungan keluarga, dengan orang lain. Karena perjalanan rohani tidak harus mengucilkan diri sendiri dari komunitas atau masyarakat. Tidak harus seperti pertapa yang menyendiri di atas gunung, atau mengurung diri dalam ruangan. Perjalanan rohani bisa di lalu dengan wajar, di tengah aktivitas hidup kita sehari-hari. Terus memperkokoh bangunan kesadaran akan Allah bukan hanya dilakukan dengan duduk bersemedi selama berjam-jam, tetapi bisa dikakukan setiap saat di tengah kesibukan. Namun perjalanan rohani juga bukan sebuah perjalanan yang bisa dikakukan sambil lalu sebagai kegiatan sampingan. Tentunya ketekunan dan totalitas juga merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Motivasi utama untuk melakukan perjalanan rohani karena merindukan Allah. Kerinduan akan Allah dibangun melalui penyadaran diri, pengenalan akan realitas diri sebagai manusia yang lemah dan berada dalam kegelapan. Maka pertobatan adalah langkah pembuka untuk memulai sebuah perjalan rohani memberikan dasar kerendahan hati dan perasaan ringan siap melanjutkan lagkah berikutnya, beban-beban yang membuat tidak percaya diri, merasa tidak layak, merasa demikian kotor, akan berkurang. Tetapi bukan berarti setelah pertobatan lalu kita menjadi demikian suci dan lebih suci dari orang lain. Karena pertobatan yang kita lakukan selama ini merupakan sebagai upaya memupuk kerinduan akan Allah. Daya dorong dalam sebuah perjalanan rohani adalah kerinduan kepada Allah. Memupuk kerinduan tergantung pada dua faktor yakni rasa cinta dan keterjarakan. Cinta tetapi tidak menyadari adanya keterjarakan tak akan membuahkan kerinduan, demikian pula keterjarakan tanpa cinta tidak akan membuahkan kerinduan. Allah lebih dahulu mencintai kita, kesadaran itu mesti menumbuhkan keinginan untuk menggapainya. Cinta yang kita pupuk adalah cinta yang menggapai anugerah cinta-Nya yang mengalir melalui keseharian kita. Sementara menyadari kelemahan, kekurangan serta ketidak sempurnaan kita akan memunculkan realita keterjarakan kita dengan-Nya. Dengan memadukan keduanya maka akan tumbuh kerinduan akan Allah di dalam hati kita. Kerinduan itulah yang menyulut api semangat untuk mellakukan perjalanan rohani.
     Perjalanan Rohani, dimulai dari pengenalan diri. Pengenalan diri meliputi penyadaran akan sikap-sikap yang selama ini mewarnai setiap perbuatan dan keputusan yang di lakukan. Dengan menyadari setiap sikap dan mencoba untuk bertanya mengapa aku bersikap demikian?, menumbuhkan kebiasaan untuk merenungkan setiap perkara. Dimulai dari sikap karena sikap merupakan pendorong utama dari setiap perbuatan yang kita lakukan. Sikap bisa terwujud dalam perbuatan, tetapi bisa pula tetap tersimpan dalam hati dan pikiran. Maka menyadari sikap merupakan bentuk refleksi atas apa yang mendorong berbuat. Memupuk kesadaran merupakan upaya untuk melihat ke dalam diri. Lebih jauh lagi, sikap adalah buah dari penilaian dan pengolahan atas semua nilai dan segala sesuatu yang di terima melalui indera baik menggunakan logika atau nalar maupun perasaan. Namun dalam perjalanan rohani tidak berhenti sampai disini. Dalam setiap peristiwa yang di alami lalu kita olah, kita bisa bertanya bagaimana peran Allah. Dalam setiap pengalaman atau peristiwa biasanya kita kemudian memilah, manakah pengalaman yang penting dan pengalaman mana yang tidak penting. Untuk memilah, mengambil dasar atau alat pemilah. Alat itu disa berupa kepentingan, kegunaan atau manfaat. Untuk pengalaman yang dirasa bermanfaat bagi kita akan kita catat, sementara untuk pengalaman yang tidak berguana akan kita lupakan. Untuk pengalaman yang penting dan yang akan mempegaruhi kehidupan kita selanjutnya kita catat, sementara pengalaman yang tidak penting segera pula kita lupakan. Dalam sebuah perjalalan rohani, alat pemilah itu kita ganti. Bukan soal penting atau tidak penting, bukan pula soal manfaatnya, melainkan soal kedariran Allah. Bisakah merasakan kehadiran Allah di setiap peristiwa baik itu peristiwa besar maupun yang kecil.

     Perjalanan rohani adalah perjalanan menuju kepada terang Allah. Sebenarnya kegelapan tidaklah perlu dilawan atau diperangi, sebab dengan berjalan menuju kepada terang dengan sendirinya kita akan menjauh dari kuasa kegelapan. Maka orang yang melakukan perjalanan rohani tidaklah dituntun untuk menjadi seorang paranormal, seorang yang mempunyai kesaktian, yang mampu mengusir setan atau hantu, tetapi orang yang dengan setia melangkahkan kaki menuju kepada Allah. Tantangan dan godaan bisa muncul dari dalam atau dari luar diri. Namun dari manapun asalnya, tujuannya tetap sama yaitu mengalihkan atau membelokkan manusia dari jalur menuju kepada Allah. Membangun ketidaksetiaan, menggeser pusat perhatian atau menggoyahkan ketekunan, itulah pola-pola yang mungkin ditetapkan oleh kuasa kegelapan untung menghalangi perjalanan rohani yang di lakukan. Sifat manusiawi yang lemah, kadang demikian mudah untuk dipengaruhi sehingga tidak lagi dengan tekun dan setia berjalan menuju kepada Allah. Maka dalam setiap perjalanan rohani, perlu mempersiapkan sikap maupun mental agar siap menghadapi setiap godaan tersebut. Pejalanan rohani bukanlah perjalanan melalui jalan tol yang mulus dan lurus-lurus saja, melainkan jalan penuh dengan tantangan dan situasi yang mencemaskan. Perjalanan rohani tidaklah semulus bila dituliskan sebagai permenungan atu kata-kata indah bak mutiara. Menyadari kelemahan kita, maka perlulah kiranya kita mohon kekuatan dan bimbingan Roh Kudus, sebagaimana dahulu Yesus pun dalam bimbingan Roh Kudus memasuki padang gurun, maka demikian pula aku. Godaan yang dialami olehNya juga akan aku alami, maka sikapNya dalam hal ini menjadi teladan pegangan bagi kita untuk bersikap sama. Godaan itu mungkin bukan hanya muncul satu atau dua-tiga kali, tetapi akan selalu muncul di sepanjang perjalanan. Bila diibaratkan, perjalanan rohani adalah perjalanan menyusuri sepasang rel yang tampaknya bertemu di kejauhan sana, dan tujuan kita adalah sampai pada titik pertemuan tersebut. Mungkin kita tidak akan pernah sampai di titik tersebut, tetapi yang terpenting justru kesetiaan dalam melakukannya. Godaan yang sering muncul dan menjadikan kita tidak setia dalam perjalan rohani adalah ketika kita merasa bahwa kita sudah sampai di tempat tujuan, padahal kita baru sampai di sebuah stasiun perhentian sementara perjalanan kita sebenarnya masih jauh. Tidak mugkin sebuah perjalanan rohani terjadi tanpa peran Roh Kudus, sebab Roh Kuduslah yang pertama mengusik dan membangunkan kesadaran yang barangkali telah tertidur lama. Roh Kudus sebenarnya senantiasa mengusik melalui berbagai peristiwa yang sering kita lewati begitu saja. Menanggapi dengan benar maka Roh Kudus akan bekerja semakin giat membangun kesadaran  tersebut. Maka memohon karunia Roh Kudus bukan sikap diam sebagaimana menunggu durian runtuh, jatuh dari pohon, melaikan sikap aktif untuk bisa menyadari peranNya dalam setiap peristiwa atau pengalaman hidup yang kita alami.
     Perjalanan rohani adalah perjalanan yang merupakan tanggapan kita atas panggilan Tuhan. Sebagaimana yang terjadi pada para rasul, dalam perjalanan rohani kita pun diajak beserta-Nya dan tidak dibiarkan melakukan perjalanan itu sendiri. Maka senantiasa belajar untuk melihat dan merasakan penyertaan-Nya dalam hidup kita merupakan hal yang pokok dalam sebuah perjalanan rohani. Persoalannya adalah bagaimana kita bisa melihat Dia hadir dan berperan dalam kehidupan kita. Ada orang yang karena olah spiritualnya merasa bahwa dirinya melihat Tuhan dan Tuhan senantiasa menyertai dirinya sehingga ia bisa bercakap-cakap, selalu bisa berkonsultasi dsb. Hal tersebut tentunya bersifat sangat pribadi dan jika diungkapkan kepada orang lain belum tentu semua orang akan meyakini kebenarnnya. Kemungkinan dalam perjalanan rohani kita pun akan mengalami hal demikian pula. Dalam hal ini yang bisa menjadi pegangan kita adalah sikap Maria, dimana beliau sering menyimpan segala perkara di dalam hati dan merenungkannya. Demikian pun sekiranya kita mengalami, melihat, atau merasakan kehadiran Tuhan sementara orang lain di dekat kita tidak mengalaminya. Kita tidak perlu tergesa-gesa mengungkapkan apa yang terjadi tersebut kepada orang lain sebagai sebuah kesaksian. Kita bisa menyimpan perkara itu dan merenungkannya dalam hati. Yang menjadi kesaksian ialah perubahan sikap kita nantinya akan muncul dengan sendirinya dari diri kita sebagai buah dari permenungan tersebut. Dengan langkah tersebut, kita akan terhindar dari kemungkinan pengagungan diri atau menganggap diri sendiri melebihi orang lain.
     Menemukan atau mendengarkan panggilan Allah, adalah bagian dari perjalanan rohani. Ketika perjalanan rohani dipahami sebagai langkah menuju hidup lebih dekat dengan Allah, dengan sendirinya membangun sebuah pemahaman mengenai arti kehadirannya di dunia. Panggilan bagi setiap pelaku perjalanan rohani pada dasarnya sama, yakni menjadi ungkapan kasih Allah. Menjadi apapun dengan jabatan dan pekerjaan apapun, yang menjadi ukuran adalah sejauh mana kasih Allah itu bisa kita ungkapkan kepada sesama dan dunia
     ( Diriku sebagai orang kristiani telah diberi teladan oleh Yesus Kristus).


{Yustinus Setyanta}

MENDEPAK SETAN

Setan, kadang hanya dipahami sebagai sosok dengan wajah yang menyeramkan atau sosok yang membuat takut bulu kuduk merinding. Kita tinggalkan gambaran setan sebagaimana yang muncul dalam pembicaraan umum. Setan demikian halus, demikian tidak kentara dalam mempengaruhi diri manusia. Ketika muncul dorongan menjauh dari Tuhan, itulah pekerjaan setan. Ketika menjadi lebih mementingkan diri sendiri lalu mengunakan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, itulah pengaruh setan. Kita membuka diri pada kehadiran Tuhan untuk mendepak setan-setan yang bercokol dalam diri kita. (bdk Mat 8:28-34)

Tanpa disadari sudah jauh dari Allah karena bujukan setan. Tapi aku sadari aku mejadi sommbong merasa demikian suci, karena pengaruh setan. Aku diam.....dan mengamati perubahan dalam diri dari saat ke saat. Dengan berpegang pada kesadaran akan diri-Nya, aku mulai melihat diriku yang sedang memperhatikan aku. Dan aku bisa merasakan ketika dorongan halus itu mengajak dan menuntun aku masuk kedalam kegelapan.....

Aku diam.....dan aku biarkan terang kasih-Nya muncul lalu menghalau, mendepak ajakan lembut yang mencoba mempengaruhi aku. Ya.....kesadaranku akan kasih Allah menjadi terang yang mejaga diriku dari pengaruh setanyang sangat lembut sekalipun.









{Yustinus Setyanta}



Rabu, 04 Februari 2015

DIRI SENDIRI

Ini sangat sulit untuk menjawab pertanyaan itu:
Apa itu diri sendiri? Apa diri sejatiku?
Sungguh tidak dapat dijelaskan. Tetapi kenyataannya sungguh sangat penting untuk kita pahami artinya karena untuk alasan inilah bahwa kita melakukan semua usaha untuk meninggalkan diri palsu kita.
Ini tak bisa dijelaskan, tetapi saya menemukan sebuah ungkapan yang sangat indah dari seorang filsuf India abad ketujuh. Dia mengatakan: "Diri sendiri adalah cahaya batin. Menampakkan dirinya dan tidak menjadi obyek persepsi. " .”











{Yustinus Setyanta}

::.MENJELANG SAPU.::













Menjelang sapu, menjelang lidi...
Bersama pelepah bersama angin...
Bergoyang mengikuti iriama puji Tuhan...
Ada pula yang megucapkan salam damai...

Menjelang sapu
lidi-lidi mepersiapkan tali

Pengabungan-persatuan
Penyatuan-kekuatan...
Daun-daun lemah dilepasi...
Ujung-ujung lemas dipunggali...

Menjelang sapu
adakah dalam doamu
lantai tanpa sapu?
Lalu

bersih telah


{by:Yustinus Setyanta}

Senin, 02 Februari 2015

CAMAR MELAYANG DI ANGKASA

     Sekumpulan camar melayang di angkasa. Sekumpulan camar melayang di bawah langit yang mendung kelabu. Sekumpulan camar dengan formasi segitiga, mengepak-ngepakkan sayapnya sambil lalu lalang, naik turun kesana kemari. Membentuk seperti wajah sosok mahkluk, terdiri dari kedua mata dan mulut. Mendung kelabu yang menutupi cahaya pagi hari seakan menjadi tempat berteduh bagi mereka yang hidup. Hujan tidak turun. Angin bertiup semilir membawa hawa dingin. Ku berdiri memandangi sekumpulan camar, mendengarkan deru suara dahan dan ranting pepohonan tertiup angin yang bergelora sambil menikmati kesegaran udara pagi. Beberapa sosok tubuh nampak berlari menyisiri jalan. Beberapa sosok tubuh, dengan nafas terengah-engah sedang melaksanakan jogging untuk kesehatan tubuh. Diriku. Camar. Para pelari pagi. Dan alam. Suatu tali yang lembut dari nafas hidup sedang menghubungkan kami semua.

    
     Seberkas cahaya nampak muncul dari kumpulan mendung. Seberkas cahaya muncul dari himpunan mendung yang menutup langit. Camar. Para pelari pagi. Diriku. Dan alam. Semuanya nampak ceria menyambut terang yang perlahan menghangatkan tubuh ini. Uhh.......harapan memang tidak pernah mati jika kita bersandar pada semangat-Nya. Harapan tidak pernah sirna jika sanggup melepaskan diri dari segala impian pada batu-batu yang diharapkan menjadi roti. Sebab kita dapat menuruti teladan-Nya. Manusia hidup bukan hanya dari roti saja. Bukan. Tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Itulah kata Gusti Yesus kepada iblis yang sedang mencobaiNya.

     Ya, diriku bersyukur karena hidup tidak hanya terdiri dari materi saja. Gusti Yesus yang selalu menyadarkanku walau kadang kesadaranku kutinggalkan karena tak ingat. Namun sadar akan makna keberadaanku di dunia yang fana ini. Agar semuanya tidak menjadi hampa. Agar hidup tidak sia-sia. Maka dipagi yang mendung ini. Diriku menggapai damaiku pada segala yang nampak hidup. Para pelari pagi itu pun tak terganggu oleh suasana langit yang muram karena mendung. Camar-camar tetap melayang kesana kemari.

*****************************
Puisi: Burung Camar 1

O laut biru
aku pelaut dalam alunan gelombangmu

petualang tak kenal lelah dalam udara bebasmu
bertemankan bintang sebagai penunjuk arah jalanku

O laut biru
tak henti kutelusuri setiap lekuk tubuhmu
hingga merapat ke suatu dermaga kapalku
singgah sejenak sebelum akhirnya melaju

O laut biru
akulah camar yang terbang memintasi ombakmu
terbang jiwaku memendam rindu dalam kobaran birumu
lalu terbang menukik ke dalam gelora tubuhmu

O laut biru
engkaulah samudera biru samudera hatiku
bergelora membara ombak di dalam dadaku
tak dapat kutemukan dimana batas-batasmu! 

************************************
Puisi: Burung Camar 2

Burung camar terbang di senja yang senyap
Berayun halus mengepakkan sayap
Terbang merendah jauh menghinggap
Dengan tenangnya ia berharap

Berdentinglah tetes air di telaga
Imaji yang tinggi tak terhingga
Mengetuk ruas jendela
Ia berdiri tiada lekas bangga

Syair tersampaikan dalam bait
Tertulis dalam catatannya
Huruf-hurufnya kalimat nyata
Kata-kata tersusun dalam kalimat

{By:Yustinus Setyanta}

RANGKAIN KATA DARI IKLAN KARTU TELKOMUNIKASI

Aku
merasa
SIMPATI
padamu,
karena kamu
ibarat MENTARI
yang sinarnya membuat hatiku sebening XL,
dan aku bisa BEBAS mencintaimu,
sepu-AS hatiku, dan kamu pantas di acungi JEMPOL,
karena dari segi fisik kamu adalah cewek yang sangat FLEXI-bel.
Oleh sebab itu kamu menjadi FRENS-ku sampai saat ini,
sayang!!





{Yustinus Setyanta} 


JARING MANUSIA

     Ikan-ikan sekarang lebih sulit untuk dijala, sebab mereka dengan mudah bisa bersembunyi di balik plastik atau sampah yang dibuang sembarangan di sungai, bahkan menumpuknya sampah di sungai menyebabkan aliran sungai jadi tersendat dan mengakibatkan banjir.

     Yang lebih mudah dijala saat ini adalah manusia. Kenapa? Karena hanya dengan beriklan di televisi, jutaan manusia bisa dijaring dengan mudah baik melalui layanan ketik REG maupun dukungan bagi di idola mereka. Yang juah lebih mudah pula jika dijaring melalui facebook, twitter atau jejaring sosial lainnya. Apa yang kemudian terjadi melalui semua itu? Entahlah.....



 {Yustinus Setyanta}

SANG TIMUR

     Timur dalam bahasa jawa berarti muda atau kanak-kanak, maka Sang Timur menunjuk pada kanak-kanak Yesus atau bayi Yesus. Jika Timur diartikan sebagai arah mata angin, maka akan aneh bagi orang Jawa menyebut Yesus Sang Timur karema Jawa teletak jauh lebih timur daripada Yerusalem.

     Masa ke-timur-an Yesus bagi kita sekarang sangat singkat. Karena baru di bulan Desember kita memperingati kelahiran-Nya lalu 3-4 bulan kemudian kita memperingati wafat-Nya di kayu salib. Dari masa yang teramat singkat itu, perlu bertahun-tahun bagi kita untuk bisa menghayati kehidupan Yesus. Oleh karena itulah kesetiaan kita benar-benar diuji, sebab tidaklah mudah menghayatai kehidupan Yesus. Oleh karena itu pula, kita sangat bergantung pada Roh Kudus untuk bisa memahami dan menghayati kehidupan-Nya.



 {Yustinus Setyanta}