Minggu, 28 Juni 2015

::. SANG PEMBERANI .::

Jauh berjalan lewati waktu
Tak hiraukan badai rintangan meyerbu
Kau Sang Bintang sinari hampa jiwaku
Jadikan cahaya dalam ragaku

Jauh sudah lewati perjalanan
Tak hiraukan badai rintangan
Ada Dia Sang Bintang yang menyinari
Jadikan cahaya dalam tiap langkah kulewati

Aku kan tetap langkahkan kaki
         bagaikan sang pemberani
Aku kan tetap langkahkan kaki
         bagaikan sang bintang menyinari

Kau tegarkan jiwaku sepanjang hidupku
Bersama-Mu lewati apapun hingga akhir nanti
Aku kan tetap langkahkan bagaikan sang pemberani
Aku kan tetap langkahkan kaki bagaikan sang bintang menyinari



(Yustinus Setyanta)                             

Sabtu, 27 Juni 2015

TAK ADA.................

Bayangkan jika saat ini tidak ada sinyal internet dan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya.
Bayangkan jika saat ini tidak ada premium dan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya..
Bayangkan jika saat ini tidak ada pasokan listrik dan itu berlangsung berbulan-bulan lamanya.
Bayangkanlah saja.......................
Yang muncul kemudian kekacauan, sumpah-serapah, keluh-kesah seolah-olah dunia benar-benar kiamat.








(Yustinus Setyanta)

GEMRICIK AIR

     Suara gemericik air kolam di sebuah warung menambah meyenagkan suasana. Debur kecil ombak, juga membuat suasana pantai menjadi menyenagkan. Ya, selama masih kecil semua itu menyenagkan. Menjadi menakutkan ketika suara itu menjadi besar, bukan gemericik air melainkan gemuruh air bah yang datang sebagai banjir. Bukan debur kecil ombak melainkan debur badai yang menerjang dan terus menerjang tanpa henti, yang tak mungin diabaikan.



     Sebaliknya rejeki kecil acapkali diabaikan karena yang ditunggu adalah rejeki besar. Kesempatan kecil dibuang karena yang diinginkan adalah kesempatan besar, dan serba nyaman. Bahkan..............., rahmat dan anugerah kecil tidak disyukuri karena yang dianggap rahmat adalah yang besar.















(Yustinus Setyanta)

::. ASMARA HATI .::

Aku katakan padamu
ketika senja menghampiri di stasiun itu
Apa yang ada di benakku dan tersusun rapi disana.
Dengan perlahan dan jelas agar engkau mengerti apa maksudnya.

Ya....
Aku mencintaimu hanya dengan hati
Sebab hanya ia yang mampu utarakan itu pada hatimu.
Sebagaimana ketika aku utarakan lewat kata-kata
Hati ini malah lebih pintar ungkapkan itu daripada mulutku.
Ia kelu........
kaku di lidahku.

Tepat ketika gerimis mulai nakal mengerutui
Engkau mengetahui sejuknya hati
ketika ia bertemu hatimu
Tapi tidak.......
ia tak suka ada mendung.

Lalu ingatkah engkau saat aku ikat hatimu
Bersandarlah engkau di bahuku.....
Memeluk hangat dinginnya segala rebak asmara
Membaur menjadi satu dalam suasana penuh kasih sayang
dan kehagatan cinta membungkus
Itulah asmara hatimu dan hatiku















(:Yustinus Setyanta)

LAMPU YANG TERKURUNG

    Kurungan lampu alias kap lampu, ada yang dugunakan untuk mengarahkan sinar tetapi ada juga yang dipakai untuk membatasi sinar agar suasana menjadi lebih romantis. maka tidak ada kap lampu yang menutup seluruhnya. Selalu ada celah sehingga sinar lampu tetap bisa keluar.


     Sinar kasih Allah pun kadang terkurung dalam sebuah peristiwa atau pengalaman. Tidak ada peristiwa atau pengalaman yang sepenuhnya menutupi sekingga tidak ada celah. Hanya ketakutan kitalah yang membuat celah-celah itu benar-benar tertutup sehingga kita tidak melihat sinar kasih Tuhan dalam setiap pengalaman dan peristiwa hidup kita.











(Yustinus Setyanta)

SAKLAR LAMPU

     Hanya dengan satu sentuhan saklar lampu bekerja untuk mematikan dan menghidupkan lampu. Namun terkadang Tuhan membutuhkan berkali-kali sentuhan untuk bisa menghidupkan iman yang mati dan hati yang beku, keras.

     Jika saja kita bisa peka, teramat banyak Tuhan menyentuh melalui setiap peristiwa di kehidupan kita.











(Yustinus Setyanta)

Jumat, 19 Juni 2015

6 CARA TUMBUHKAN RASA PERCAYA DIRI SECARA CEPAT, SINGKAT

     
Suasana hati buruk dapat dipicu dari beberapa hal kecil yang terjadi seperti kemacetan jalan raya, jam kerja yang terlalu padat hingga kelelahan fisik. Bahkan pada akhirnya dapat menurunkan rasa percaya dalam diri. Namun tahukah Anda kalau rasa percaya diri dapat ditimbulkan dalam waktu singkat?

Berikut ada enam cara mudah yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

1. Matikan handphone dan menjauh dari internet
Meski terdengar ganjil, nyatanya menjaukan diri sejenak dari handphone dan internet dapat membuat Anda lebih sadar diri dan tak menjadi orang yang berlebihan untuk memeriksa telepon genggam selama dua menit sekali.

2. Lakukan
Lewatkan hal-hal yang membuat Anda khawatir untuk melakukan sesuatu atau dalam mengambil kesempatan. Ingatkan diri sendiri bahwa Anda mampu menghadapi segala masalah. Jangan berpikir terlalu berlebihan, cobalah untuk melakukan apa yang kata hati Anda inginkan.

3. Perbaiki postur tubuh dan tersenyumlah
Tubuh yang membungkuk dan wajah yang muram sebenarnya memberikan efek negatif. Perbaiki posisi tubuh dan tersenyumlah untuk memunculkan rasa percaya diri.

4. Tulis daftar hal positif yang terjadi
Coabalah untuk menulis hal positif yang membuat Anda bersyukur selama satu pekan satau satu bulan terakhir. Hal tersebut dapat memberikan motivasi secara singkat.

5. Berolahraga
Hormon endorfin yang dihasilkan dari olahraga dapat membuat Anda lebih bersemangat dan lebih bergembira menjalani hari.

6. Buatlah sesuatu
Ingatkan pada zaman duduk di bangku sekolah dulu Anda sering membuat kerajinan tangan? Hasil kerajinan tangan tersebut dapat meningkatkan fokus serta kreativitas. Setelah hasilnya selesai, Anda dapat merasakan kepuasan tersendiri karena dapat menghasilkan sesuatu. Maka dari itu tak ada salahnya untuk membuat kerajinan tangan yang mudah. Selain menyenangkan sekaligus dapat memberikan Anda rasa percaya diri.




























(Yustinus Setyanta)

Kamis, 18 Juni 2015

PAHLAWAN BAPA

Aku akan terus berjalan melewati ruang dan waktu yang fana?ku
Bersama dengan pasukan yang Dia tetapkan bersamaku
Didalam suka.
Maupun duka.
Dalam kegelapan?
Maupun terang perjanjian…

Ada yang datang..
Ada yang pergi..
Tetapi aku akan tetap tinggal walau ditempa dan ditempa dengan api
Aku akan muncul seperti emas yang murni..

Memang manusia dapat memilih jalannya sendiri..
Namun aku..
Akan selalu belajar untuk memilih kehendak Bapa diatas kehendakku sendiri,
Diatas kehendak siapapun dan apapun.
Memang dunia penuh dengan kesusahan maupun kenikmatan yang ditawarkan
Namun aku..
Akan selalu belajar memilih untuk memikul SALIB mulia
dan memandang kepada Sorga yang kekal

Aku akan terus mendamba…
Aku akan terus percaya..
Aku akan terus berusaha..
Menunggu sampai perjanjianNya digenapi..
Menunggu sampai tujuan hidupku dipenuhi
dengan sempurna…

Aku akan menjadi berbeda… 
Aku menahan kesakitanku didalam malam
Dan aku bersinar keesokan harinya..
Pergumulan yang tiada henti melawan kemanusiaanku yang rapuh

aku akan berjuang.. aku akan melawan.. aku akan menang…

Tak ada harga yang terlalu mahal untuk DIA… 
Yang sudah lahir, mati, bangkit bagiku ?
Maka… Aku akan tetap memandangNya dan mencintai-Nya
Sampai semua terjadi..
Penyelesaian misi Ilahi yang besar dari Bapa
Dan setelah semua selesai..
Bawa aku ke dalam tempat perhentian kekal yang kurindukan
Bersama-Mu dalam kemenangan, tanpa malu, tanpa cela..
Dalam kasih tak berkesudahan..
Memandang-Mu dengan penuh kebahagiaan selamanya…





(Yustinus Setyanta)

Selasa, 16 Juni 2015

BUKTIKAN KASIH












Seraut wajah di balik senyum manismu
Bersinar, bercahaya
Dan ketika kucari arti cinta yang ada
Hanyalah ucapan hampa belaka

Sedalam menahan cintamu padaku
Coba kau buktikan kasih
Hingga aku hanyut dalam buaimu

Bukan berjanji untuk tidak saling menyakiti…
Tetapi berjani untuk tetap bertahan ketika slah satu tersakiti…
Teguh hati
Dapat menemukan solusi




(Yustinus Setyanta)



::. SAJAK IRONI .::

Masih saja
Terbelenggu kiasan berjuta aksara
Mendayu-dayu nadanya bak musik etnika
Mengais sisa-sisa imajinasi demi kepuasan dirinya
Seperti pujangga berkalungkan puisi cinta

Apa daya
Tangannya tak sepanjang angan-angan
Tak semegah setiap tumpuk harapan
Terlalu naif untuk melupakan
Terlalu egois untuk diharapkan

Selalu saja jiwa
Teraniaya dalam bungkusan makna
Bersembunyi di balik topeng tawa
Dimana ia fana begitu rupa
Terpasung cerita dan kisah di antaranya

Wahai pencatat adegan-adegan duniawi
Pemerhati dan tentara surgawi
Begitu dunia tak nampak manis kini
Sebab masanya telah mati


(Yustinus Setyanta)

.:: ARTI SEBUAH NAMA ::.

Rintang ini berlagak kokoh di depan mata, tapi..
Ini perjuangan untuk pertahankan rindu
Tutup semua risau, suburkan belukar hati
Akan muncul dinding belukar saat itu

Pada derap perjuangan akan kutumbuhkan
Harum bunga perjuangan
Yang akan datang setelahnya, hari yang tiada risau
Untuk itu kupanggul hal yang baru

Mulut ini menahan terucap kata nan jelas
Alangkah suka lidah ini menyimpannya
Alangkah senang pikir mengulang hal itu
Pupus semua kekurangan di mata

Untuk tumbuhkan bunga-bunga belukar
Tutupkan hati untuk tumbuh akar benalu
Cinta dan rindu ini pula yang turut menyuburkan, itu
Indahnya bunga dalam dinding belukar


(Yustinus Setyanta)

KATA-KATA INDAH

Menjelang kematian seorang bapak menatap wajah anaknya satu per satu. Dia tak mampu lagi berbicara. Dia hanya bisa memandangi wajah anak-anak yang dikasihinya. Perlahan airmatanya mengucur dari tepi kedua matanya, dan meninggallah dia. Bagi anak-anaknya pandangan mata terakhir itu sarat dengan pesan.

Kalimat yang memberkati adalah kalimat yang menumbuhkan rasa syukur dan menimbulkan keinginan untuk menaggapinya, sekalipun kalimat itu terlontar dari pandangan mata. Pernahkah kita menatap mata Kristus yang tersalib untuk menemukan pesan-pesan-Nya bagi kita?.







(Yustinus Setyanta)

Minggu, 14 Juni 2015

OBAT KERAS

     Untuk setiap obat keras akan tertulis dalam kemasannya peringatan akan penggunaan yang harus mengikuti aturan yang tertera atau sesuai anjuran dokter. Kadang juga tertulis peringatan agar menyimpan ditempat yang jauh dari jangkauan anak-anak. Sekalipun obat tersebut berlebel obat keras, namun banyak orang lebih memilihnya dengan harapan penyakit menjadi cepat sembuk.

     Tidak seperti obat keras, Kasih Allah bekerja secara pelan, meresap sedikit demi sedikit, menembus kertas dan kedapnya hati kita. Karena tak sabar dengan proses yang lama, tidak jarang kita menganggap bahwa Dia tidak peduli.





(Yustinus Setyanta)

ATM

ATM (Anjungan Tunai Mandiri) jelas sungguh sanggat beda dengan celengan jago yang terbuat dari tanah liat maupun plastik. Dengan mudahnya kita mengambil kembali uang kita melalui ATM tanpa merusak mesin tersebut. Namun untuk mengambilnya kembali uang kita dalam celengan jago, kita harus bersusah payah mengoreknya, atau jika tidak sabar ya harus memecahkan-nya.

Untuk mendapatkan benih-benih cinta yang dimasukan dalam hati kita. Tuhan tidak akan memecah hidup kita sebagaimana sebuah celengan. Tuhan juga tidak akan menjungkirbalikkan hidup hanya untuk dapat mengorek dan mengambil kembali cinta yang di masukkan. Sebagaimana ATM Tuhan cukup memasukkan kartu dan memencet kode pin.

Sayangnya meski sudah memasukkan pin dengan benar, Tuhan sering tidak mendapatkan apapun juga, karena cinta yang dahulu dimasukkan tidak berkembang, bahkan berkurang karena terpotong biaya administrasi yang kita tetapkan begitu tinggi.





(Yustinus Setyanta)

Sabtu, 13 Juni 2015

KRIWIKAN DADI GROJOKAN

     Kriwikan kuwi ilining banyu mili, yen grojokan banyune gedhe, kaya disuntak grojok-grojok maune cilik dadi gedhe. Kuwi kanggo nggambarake, perkara sing maune satemen sepele, cilik, nanging banjur ngambra-ngambra. Kriwian dadi grojokan.













(Yustinus Setyanta)

FRUIT OF THE SPIRIT


Jumat, 12 Juni 2015

PADA SEBUAH BENDUNGAN

Sungai lirih aliran waktu, hanyutkan ranggasan dedaunan, kering, menuju bendungan kerinduan tak bertala bening, keruh melingkarkan riaknya

Ke mana arah untuk dipusarkan, sawah atau ladangkah yang tak berpematang, penantian luas pada kering untuk bertanam, mengapa ilalang begitu subur menutup pandangan

Percikan sunyi dari genang hendak dialirkan, meski keruh tegaran bulir tak surut mencumbui isak, desau angin musim nan panjang, memunguti rimah dari tanak berdandang, inilah pernyataan sulit untuk menimang-nimang kegelapan

Kali kecil riaknya di hulu, tenang-tenanglah sang penimang, terlalu luap bendung menampung kesunyian, tak terbetikkah nada kerinduan yang tak dinadikan, ataukah hanya rakit tak bersungai, sekejam itukah bila mulai diresapi batin

Pada mata bukankah telah dibicarakan, pada bening bukankah telah dijinggakan, pada tebingkah pelarian menempatkan bendungan, selasar sepi tepian menggumam sunyi

Kali kecil terus mengalir, bentangan kaca pemaki perdu, genang tak surut sungainya waktu, kita seperti tak mengenal derik.










(Yustinus Setyanta)

.:: PENGAKUAN 1 ::.

Sunyinya malam telanjangi diri
Aku yang sendiri menghadap-Mu
Aku bersujud dan berserah diri
Sandarkanlah senantiasa hidupku pada-Mu

Berikan kami tabah dan kesabaran
Jauhkan dari kehinaan dosa
Jadikanlah kami ungkapan kasih-Mu
Hanyalah pada-Mu ku meminta
Tuntunlah diri dengan rahmat-Mu

Sesal diri ini butakan batinku
Yang slama ini menyiksa
Sesal diri ini melanda jiwaku
Haruskah slalu kubawa

Pada-Mu ku bersujud
Pada-Mu ku berdoa
Pada-Mu ku berserah
Atas kuasa kebesaran
dan kerahiman-Mu



(Yustinus Setyanta)

FAJAR PERLAHAN MEKAR

Kabut. Dingin. Bebukitan samar-samar membayang. Berkas-berkas cahaya menembusi tirai malam yang dengan malu segera berlalu. Ia berdiri di atas suatu situs kuno di tengah sebuah bukit berbatu. Suatu pendakian panjang dan melelahkan yang baru saja ia tempuh tak juga sanggup menghangatkan tubuh. Udara dingin menusuk tulang. Di kejauhan kehidupan mulai menggeliat. Perlahan-lahan. Sayup-sayup terdengar nyanyian: "Morning has broken, like the first morning……" sayup-sayup menerobos pendengaran. Yah, fajar perlahan memancar sinar dari nur alam. Hari baru segera datang. Kehidupan baru terbentuk. Dan segera cahaya sang surya akan mengusir kekelaman malam. Kehangatan hidup bangkit dari tidurnya yang lelap. Meghirup aroma pagi dengan dalam. Amat dalam.

Tidakkah kita sadari bahwa kemunculan pagi baru tersebut menandakan ketidakbosanan Tuhan pada kehidupan ini? Setiap kali fajar tiba, hidup akan segera terisi dengan pilihan-pilihan baru pula. Dan selama kita masih diberi nafas, selalu terbentang banyak jalan di depan. Dengan berbagai arahnya sendiri-sendiri. Setiap keputusan kita memilih tujuan akan menentukan kehidupan kita pribadi. Dan kemana pun kita menuju, apa pun arah yang kita jalani, tanggung jawab kitalah untuk menerima resikonya. Tak perlu kita sesali apa yang telah terjadi. Masih akan banyak fajar baru yang akan menyongsong di depan selagi kita hidup.
Penyesalan akan dosa memang membuat kita rapuh. Itupun jika menyesali. Tetapi penyesalan kita sendiri telah bermakna suatu kesadaran diri akan kelemahan kita. Maka yang perlu kita lakukan adalah berbalik arah. Dengan berbuat. Dengan melakukan. Bukan dengan berkeluh kesah lalu mengenyampingkan segala hal dan duduk diam. Tenggelam dalam duka. Sebab dengan berbuat demikian, penyesalan kita menjadi tak bermakna. Waktu takkan berhenti di sini. Waktu tetap melaju ke depan. Meninggalkan kita dengan ratapan-ratapan kita. Dengan sikap manja kita. Dalam ayat akhir kitab Ratapan yang sedemikian memilukan itu, tertulislah: "Ya Tuhan, bawalah kami kembali kepadaMU; Kami akan kembali kepadaMU" (Rat. 5:21), suatu keinginan yang amat membangkitkan semangat kita semua setelah keluhan berkepanjangan. Semoga bagi kita atau siapa saja yang saat ini mengalami krisis diri, dapat bangkit kembali bersama fajar baru yang terbentang di depan mata kita semua.

Masih bersama panorama alam yang amat menyejukkan hati, mata dan rasa itu, ia menyusuri tebing batu yang sempit dan terus mendaki ke atas. Sawah-sawah menghijau. Kabut terusir perlahan. Perubahan terjadi sedemikian lambatnya tetapi nyata bila kita nikmati dengan sabar. Perubahan alam. Perubahan pada diri kita. Perubahan pada segala hal yang kita duga akan kekal. Dan sayup-sayup sampai, bergetarlah suara seseorang yang sedang berdoa: "Bapa kami yang ada di sorga, dimuliakanlah namaMU………."






(Yustinus Setyanta)

::. YAKINLAH .::

Satu nama telah tertanam
Dalam hati yang paling dalam
Aku yakin takkan tergantikan
Meski maut kan memisahkan

Yakinlah dalam hatimu
Bahwa akan mampu bertahan
Yakinlah dalam hatimu
Bahwa kita mampu menggapai harapan

Yakinlah wahai sahabatku
Aku akan selalu menemaimu
Yakinlah wahai sahabatku
Aku akan selalu mengisi hari-harimu.



(Yustinus Setyanta)

Kamis, 11 Juni 2015

::. SATU NAMA .::

Ku tetapkan dalam hati
Satu nama dalam persahabatan
Yang tak mungkin tergantikan
Hingga waktuku tiba menghampiri

Ku akan bertahan
Selalu berdiri dalam hati
Menggapai harapan
Jejak langkahku ini

Ku yakin bisa bertahan
Dalam belantara kehidupan
Karena Dia senantiasa menemai
Hari-hariku yang terlewati



                  (Yustinus Setyanta)

.:: CINTA YANG MENYEMBUHKAN ::.

Sekiranya aku bertaut dengan malam
kerinduan ini menerawang tajam
berbalut tanya apakah masih ada dengung ketulusan

Tiada balas hanya bertudung sebentuk cinta
untuknya yang berkawan selaksa
keheningan mencari kedalaman jiwa
yang tak berwajah dari ribuan petualangan cerita

Karena akhir yang tidak berujung
Karena batas yang tidak selalu nyata
Karena jalan yang tidak senantiasa lurus
dimanakah cakrawala ini bertemu
semua seperti bias dalam ketakutan
langkah pun beriring sendu
menunggu jawaban dari sang penutur rasa

Tak perlu ada tanya darimana datangnya malam
karena pagi selalu menjelang, merangkai doa-doa semalam..
Tak perlu ada tanya saat hati bertemu sang penutur cinta sejati
karena asa tak pernah bisa luruh menuntun langkah menuju kebeningan hati


(Yustinus Setyanta)

ALASAN

Adalah benar bahwa kita tak bisa menjadi segala sesuatu. Namun dalam hidup ini kita harus menjadi sesuatu. Ketika aku masih muda, ada begitu banyak kemungkin pilihan yang nampaknya tak terbatas berjejer di hadapanku, menunggu untuk aku pilih. Di saat itu aku harus memilih untuk menjadi sesuatu. Namun satu pertanyaan muncul ketika aku akan membuat pilihanku; Arah manakah akan kubiarkan hidupku mengalir? Dari semua kemungkinan yang ada, manakah yang harus aku pilih? Menjadi bintang olah raga? Mengembangkan hobby? Membangun karier dan natinya menjadi hartawan? Aku yakin, tak satupun dari yang aku sebut di atas akan memberikan aku kepuasan mutlak dalam hidup yang singkat ini.

Aku membuat pilihan setiap hari. Dan bila saat ini aku memejamkan mata, mencoba melihat kembali setiap keputusan yang telah kubuat setiap hari, bisa dengan amat mudah aku lihat bahwa aku sering membuat keputusan secara spontan, terutama bila harus berhadapan dengan hal kecil dan kurang serius. Namun kisahku akan menjadi lain, ketika aku harus berhadapan dengan sesuatu yang serius yang amat mempengaruhi seluruh arah perjalanan hidupku di masa depan. Aku tak akan membuat keputusan spontan. Aku yakin andapun akan berbuat hal yang sama. Dan dalam membuat pertimbangan itu, aku dan juga anda, akan mendekati masyalah tersebut dengan menimbang berbagai nilai positif maupun negatifnya. Anehnya, kadang alas an-alasan negatif muncul secara amat dominan. Takut membuat keputusan karena takut menerima resiko. Takut memilih karena tak tahu apa yang akan terjadi kelak.

Aku teringat banyak orang yang dengan berbagai alasan menolak ajakan Yesus. ? Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.?(Lukas 14:18-20). Dalam bagian Injil yang lain masih bias ditemukan alas an yang lain: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku? Berhenti memberi alasan. Alasan tak masuk akal budi.






(Yustinus Setyanta)

TABUR BENIH

(Janganlah berusaha menjadi orang yang berhasil, tapi berusahalah menjadi orang yang bernilai. (Einstein?)

Di sebuah kaki gunung yang gundul dan tandus. Seorang bapak tua memikul sebuah kantung penuh berisi bibit pohon kayu di bahunya, sementara sebuah cangkul berada di bahu yang lain . Sepanjang hari pak tua menggali lobang dan memasukan bibit-bibit pohon tersebut. Begitulah kerja pak tua setiap hari. Ketika malam tiba, ia memetik sayur-sayur yang bertumbuh liar di kaki gunung itu untuk menjadi santapannya di malam nanti.

Suatu hari sejumlah murid sekolah datang berpiknik di kaki gunung tersebut, dan mereka begitu heran melihat pak tua yang seakan melakukan suatu pekerjaan yang amat tak berarti, karena tempat itu nampak tandus dan tak mungkin bibit-bibit itu akan bertumbuh subur.

“Aku hidup di tempat ini dan aku telah menaburkan jutaan benih pohon kayu. Namun hanya 1 persen saja yang tumbuh. Tapi aku tak akan berputus asa. Di hari tuaku, aku ingin terus menaburkan benih di sini.”

Tahun terus beralih. Anak-anak sekolah tersebut telah bertumbuh dewasa. Ketika mereka datang lagi ke kaki gunung tersebut…WAH…!!! Mereka tercengang dan berdecak kagum. Betapa indah pemandangan di sana yang diwarnai pohon-pohon nan hijau serta merdunya nyanyian burung. Bapak tua sudah lama pergi. Namun ia meninggalkan harta karun tak ternilai.

-.) Pengorbanan kita mungkin tak dapat dinikmati hasilnya saat ini. Namun percayalah, bahwa ada saatnya ketika bibit memunculkan tunasnya.








(Yustinus Setyanta)

.:: MALAM, TETAPLAH MALAM ::.

Malam hari tetaplah malam
Dalam ingatan meninggalkan siang dan petang
Malam, tetaplah malam
Tak menghilang akan terus ia datang
             
                   : Dimana kau tidur lelap

Malam, bintang-bintang bertandang di langit kelam
Betapa sedihnya awan tertutup gulita malam
Namun ia menyerahkan pada bulan cahaya dari nur alam
Akar tampak walau kelihatan muram

Malam hari tetaplah malam
Akan senantiasa ia datang menerkam
Hingga akhir zaman
Yang mana, tiada yang bisa memastikan
Apakah esok, lusa kita
Gembira ria atau duka lara
Segalanya kita terima dari-Nya
dengan lapang dada.


          (:Yustinus Setyanta) 



UNGKAPAN PENUH CINTA

Berjalan, ketika kecil kita dilatih untuk melakukannya. Kita dibimbing, dituntun, didorong untuk bisa. Kini telah mampu berjalan bahkan melompat dan berlari. Pelajaran berjalan pun kita tinggalkan dan tak pernah lagi kita ingat, bahwa selalu ada kata...."Awas.............!"  "Hati-hati...." yang diucapkan dengan penuh cinta.














 (Yustinus Setyanta)

Rabu, 03 Juni 2015

::. MALAM YANG BERSUARA .::

Demi malam tenang itu
Malam dengan pesona keteduhanmu
Aku menatap yang mengerdip
Bukan sesuatu yang gaib

     Dari kejauhan bintang jadi titik
     Seraya mendengar suara yang melengkik
     Yang belum dilantunkan seekor jangkrik

Suaramu ialah kemerduan nurani
Tapi, kau tahu, burung-burung itu
Tak sanggup ia berkicau malam begini
Lantaran jengah pada semesta, padamu

Lesat suaramu tertiup angin
Melebihi harum bunga melati
Yang baunya memenuhi rongga hidung
Jikalau kau jauh
Ruang ini dipenuhi kesunyian
Aku makin jelas mendengarkan suara batinmu

Malam, yang bersuara,
Tak terdengar oleh telinga
Ah, yang terdengar hanya detak waktu
Yang membelah bahanamu


       ( : Yustinus Setyanta)

YANG ESA

       Semua orang sepakat bahwa Allah adalah Pencipta segala yang ada, bahwa Alla itu Esa, dan Allah itu serba Maha. Jika ada yang menyatakan, "oh......Allahku itu bukan Allah-mu" maka tanpa disadarinya dia telah membagi Allah yang Esa. Jika ada yang merasa bisa menjelaskan keseluruhan Allah, maka tanpa dia sadari hal itu telah mengingkari keyakinannya pada Allah yang Maha. Dan jika ada yang menganggap bahwa dirinya adalah pencipta, maka diapun telah mengingkari keyakinan bahwa Allah adalah pencipta segala.








(Yustinus Setyanta)