Tidak semua dari kita dengan mudah memadukan warna-warni kehidupan menjadi lukisan indah pelangi untuk kita nikmati. Sebagian orang masih harus belajar untuk memikirkan hal-hal baik, jika hal-hal buruk membuat hidup menderita. Hanya ketika seseorang mulai berhasil membebaskan diri dari penilaian dan bisa menerima segala hal apa adanya tanpa penilaian baik-buruk, disitulah persepsinya akan mulai mampu melukis kehidupan dengan segala dua litas yang ada. Tatkala telah berhasil melukisnya menjadi indah, itulah saat dia mulai bisa menerima kehidupan ini sebagai suatu keindahan sempurna apa adanya.
Sealami tubuh yang menyikapi suasana dengan bijak agar suhunya tetap stabil, selayaknya pikiran juga dibiarkan agar bertumbuh alami dalam menyikapi setiap perubahan suasana dalam kehidupan.
Setiap keindahan pelangi tercipta dari cahaya ( bukan dari panasnya ) matahari yang menerpa gerimis yang turun dari kesejukan ( bukan dari kegelapan ) mendung. Begitulah pelangi kehidupan dapat terlihat indah saat dipahami dengan cahaya kesadaran ( bukan dengan panasnya ) hati yang di temani oleh kesejukan ( bukan oleh kegelapan ) pikiran.
Di puncak tangis tawa yang sama-sama mengeluarkan air mata. Jiwa sedang berpesan : "Jangan tenggelam pada kesedihan atau melekat pada kebahagiaan".
Bila kesedihan dan kebahagiaan adalah dua litas rasa alami yang harus dipahami oleh jiwa dalam kehidupan ini, lalu untuk apa jiwa menciptakan air mata saat kedua rasa ini hadir?? Rupanya mengalami dan merasakan sesuatu untuk bisa memahaminya tidaklah berarti bahwa kita harus melekat terhadap setiap rasa itu.
Seperti petani yang mengalami dan merasakan lumpur saat bercocok tanam, tidaklah berarti ia harus membiarkan lumpur itu melekat selamanya pada dirinya. Mesti ada saat dimana ia mengalaminya, lalu membersihkan lumpur itu dari tubuhnya )
Banyak orang yang bilang, kenapa hidup ini kok suram. Aku ingin hidup yang lebih berwarna seperti pelangi yang indah. Entah sadar atau tidak, bahwa pelangi terdiri dari banyak warna (7 warna) yang masing-masingnya bisa melambangkan sesuatu. Mungkin ada kemarahan, kesedihan, kedamaian, ketakutan, kekesalan, kebahagiaan dll, semuanya ada dalam karakter warna pelangi. Dan itulah yang menjadikan pelangi kehidupan itu indah untuk di nikmati. Jadi kalau hidup anda pengen seperti pelangi, bersiap-siaplah ada berbagai macam warna kehidupan yang akan anda jalani. Bukan melulu kesenangan, namun bukan juga melulu kesedihan. Akan ada banyak warna yang menghiasi pelangi jiwa kita.
Hakikatnya, warna dasar hidup kita adalah putih. Menjadi berwarna akibat dispersi, dll. Dalam fisika, cahaya putih polikromatik didispersikan ke prisma akibatnya menyebar menjadi tujuh warna berbeda, seperti warna pelangi. Maka marilah jalani kehidupan ini dengan indah. Pelangi merupakan optika atmosfer yang terjadi apabila masih ada sinar matahari setelah terjadinya hujan.
Demikianlah di suatu senja hari kulihat dan menatap pelangi yang muncul sehabis hujan dengan lajur warna wari muncul dengan satu pesona yang sangat menakjubkan. Setelah hujan mengusir panas terik. Dan pelangi muncul di langit yang kelabu tertutup mendung. Semuanya pun seakan mengabarkan kepada kita bahwa sesungguhnya di tengah ketidak-kekalan hidup ini, di dunia yang fana ini, selalu ada harapan untuk menikmati pesona alam. Selalu ada nuansa suka cita dalam perbedaan walau sering kelihatan tak rapi. Tetapi siapa yang mengatakan bahwa dunia ini harus selalu tertata rapi dan bahwa keseragaman adalah sesuai dengan kehendak Sang Pencipta sesungguhnya sama sekali tak mengenal Penciptanya sendiri. Maka marilah kita berjuang menghadapi diri kita. Berjuang untuk tidak memaksakan kehendak kita. Berjuang untuk tidak memaksakan kebenaran kita sendiri. Berjuang untuk tidak memaksakan keseragaman di dunia yang beragam ini. Berjuang untuk tidak merusak keindahan pelangi kehidupan ini. Sebab kita adalah mahluk hidup yang masing-masing memiliki cara pandang, kebiasaan, pemikiran dan perasaan sendiri-sendiri. Ingatlah bahwa, jika Sang Pencipta sungguh-sungguh menghendaki keseragaman di alam semesta ini, dan jika kita sungguh-sungguh percaya pada ke-mahakuasa-an-Nya, bukankah dengan mudah Dia dapat membuat kehidupan kita menjadi seragam? Dan karena sekarang nyata bahwa kita hidup masing-masing dengan keunikan kita sendiri, bukankah itu sungguh-sungguh juga berarti bahwa Dia memang menghendaki demikian? Biarlah kita masing-masing kelak bertanggung-jawab atas segala hal yang telah kita lakukan secara pribadi. Kita jangan khawatir dengan diri kita dan juga jangan membuat sesama kita khawatir karena keberadaan kita. Keberagaman itu indah. Keseragaman itu membosankan. Dan aku percaya bahwa, Sang Pencipta pun tidak ingin kehidupan yang diciptakan ini menjadi membosankan dan menjemukan bagi ciptaan-Nya.
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar