Minggu, 03 November 2013

FAJAR TERAKIR dan AWAL

Pagi ini aku menikmati cahaya fajar yang semburat di antara awan mendung yang kelabu. Waktu yang sekali lewat, takkan kembali lagi. Namun esok, fajar baru yang sama akan terbit, dalam waktu yang berbeda. Terdengar tetes air dari sisi hujan yang turun sebelum fajar. Suara kokok ayam di kejauhan mengisi alam ini bagai nyanyian rindu pada saat sang surya yang segera akan terbit.

Larut dalam renungan, aku merasa mengalir bersama waktu yang berjalan. Dari detik ke detik. Dari menit ke menit. Dari jam ke jam. Kita ada dan mengisi sebuah kehidupan di dunia ini. Kita masih ada untuk dapat merasakan denyut jantung kehidupan - ketidakpastian dan keragu-raguan, kebimbangan dalam merasakan keberadan diri sendiri "siapa aku?" Untuk apa kita ada dan hadir di sini dan bagaimana memaknai segala apa yang sedang di alami dan rasakan saat ini?

Menatap tulisan ini kembali yang hanya terdiri atas huruf, kata dan kalimat-kalimat yang tersusun secara tertata rapi dalam makna. Bisakah menata hidup dengan cara yang sama, namun ah....sering kali kita sadar bahwa kita memiliki keinginan untuk menata hidup dengan rapi, tetapi yang hadir sering kali adalah ketak-pastian yang sulit/tak bisa di tata, sang waktu akan terus berubah dalam kondisi yang mungkin sama. Besok fajar yang sama akan menyingsing kembali, fajar yang sama adalah waktu yang berbeda. Waktu yang sekarang tak akan pernah kembali lagi seperti juga kehidupan ini. Aku tahu bahwa besok aku mungkin masih akan dapat menikmati fajar ini kembali. Mungkin!. Namun aku sadar bahwa fajar esok dalam situasi apa pun, takkan pernah sama sengan hari ini, dan tulisan-tulisan ini yang ku tata hari ini bisa jauh berbeda dengan tulisanku di hari esok. Siapakah Aku kini? Siapakah Aku nanti?. Bukankah aku hanya sang pengembara dalam waktu yang terus menerus mencari dan mengenali perubahan dalam memahami makna keberadaan kita di dunia ini.

Pagi ini aku menikmati fajar sambil memikirkan segala macam yang tak terduga yang dapat ku alami dan ku nikmati saat fajar esok tiba, persamaan dan perbedaan yang mungkin terjadi. Namun tahukah bahwa takkan pernah dapat memastikan hari esok seperti aku menikmati hari ini. Maka sambil menyerap seluruh keindahan hari ini, aku tahu bahwa aku akan membiarkan hidup mengalir bersama sang waktu dengan kepastian yang samar-samar. Untuk mengubah diri di masa mendatang. Ku ucapkan salam pada dunia. Ku sampaikan rindu pada alam dan ku tahu bahwa kesunyian ku adalah kesunyian alami sesosok makhluk yang masih mampu untuk hidup, merasa dan berpikir dan kepastian bahwa apapun yang akan terjadi, hidup selalu akan berjalan dalam waktu yang terus berubah.



Yustinus Setyanta
Jogja - awal 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar