Malam tiba dengan kelam, rintik-rintik gerimis dan dingin, angin terhembus kencang. Sosok tubuh kulihat melitas di antara kegelapan, menerobos tetesan air dan berjalan menuju entah kemana. Suara kerisik dedaunan membuai perasaan. Waktu seakan terhenti sejenak. Dan di tegah suasana yang hening, suara hati yang menderu - deras - menjejaki rasa dan megalir ke pikir. Ku merasakan kedamaian ini sembari menikmati cahaya yang kerlap-kerip di kejauhan. Samar-samar.
Terkadang kita mengalami suatru perasaan yang sedemikian hampa. Sedemikian lemah tak berdaya. Karena kita semua sama-sama rapuh, sama-sama mendambakan kekuatan dari Tuhan. Kesulitan dan kesesakan datang silih berganti, tanpa kita tahu kapan akan usai. Kebahagiaan. Kegembiraan dan tawa lepas puas seakan menjauh dan semakin jauh dari kita. Kita terasing., terkucil di sudut yang gelap dan merasa putus asa, sehingga tak mampu lagi untuk berbuat apa-apa. Saat itu, bahkan terasa tak ada sesuatu pun yang mampu merasakan derita kita. Semua telah pergi. Kita ditinggalkan sendiri. Seorang diri. Dan Tuhan pun seakan-akan menjauh dari kita. Sepi sedemikian mengigit jiwa. Dan menghancurkan hati.. "...hidup ini hanya kepingan yang terasing di lautan memaksa kita untuk memendam kepedihan..." lirik lagu Pas band - kesepian kita yang mengalaun merdu dari sepeker dari dalam kamarku.
Pada saat-saat yang sedemikian kelam itu, dimanakan dapat kita temukan sumber pengharapan hidup? dan kemanakah akan kita cari sumber kedamaian hati? Segala sesuatu seakan yang terbentang hanyalah kegelapan malam. Kita bagaikan sosok yang melangkah dengan sunyi di tengah jalan tanpa peneraangan. Tanpa cahaya sama sekali. Dan hujan gerimis, dingin dan sepi menikam sukma..Kita akan kemana tidak tahu. Semua terasa lumpuh. Hitam dan tak berujung.
Malam dengan gerimis dan dingin yang menyentuh tubuh ini membuatku merenung tentang makna kegelapan. Samar, samar lampu mobil dari kejauhan memantul dan sekejap menerangi sesosok tubuh yang sendirian berjalan menembus kelam. Dan tiba-tiba ku pahami, mengapa kegelapan itu ada. Kegelapan ada demi cahaya. Dalam gelap cahaya berguna. Dalam kesesakan daya juang bermanfaat. Dalam rasa sedih pun perih dan putus-asalah harapan akan tumbuh. Tanpa itu semua akan berjalan seadanya dan kehidupan pun menjadi tak berarti.
Maka bagi siapa pun jika saat ini sedang mengalami siuatu perasaan sepi, hancur, gelap dan putus asa, berjuanglah untuk menemukan cahaya. Berupaya untuk mencari pengharapan. Kehidupan ini harus di jalanai bukan berdiam diri. Kita mampu. Percayalah, bahwa kemampuan kita sering terlupakan oleh rasa mengasihi diri sendiri. Siapa yang tidak pernah gagal? Siapa yang tak pernah bersedih? Siapa yang takpernah hancur, terluka, kecewa dalam hidupnya? Siapa? Saya kira tidak ada. Tidak seorang pun, Hanya kita sendiri yang ternyata gagal untuk melihat keadaan, kegagalan dan kehancuran orang lain, karena kita hanya terpatok pada apa yang terjadi pada diri kita. Diri kita saja. Kita enggan untuk meneggok keadaan orang lain. Barangkali karena kita merasa bahwa mereka tidak memahami kita. Atau bahkan mungkin pula karena kita menyangka bahwa kehidupan mereka jauh, ya jauh lebih beruntung dari pada diri kita.
Tetapi apakah keberuntungan itu? Keberuntungan terbesar karena kita ada hadir di dunia ini. Kita Hidup. Kita merasa. Kita berpikir. Dan ini selayaknya untuk selalu bersyukur kepada-Nya.. Ya, keberuntungan terbesar kita sesungguhnya terletak pada keberadaan kita sekarang di dunia ini. Barangkali kita merasa berada diliningkungan yang salah. Barangkali kita berpikir bahwa yang kita miliki saat ini hanyalah penderitaan, kesakitan dan kesendirian. Tetapi pahamkah kita, bahwa bahkan dalam kesendirian, rasa sakit, sunyi, dan kecewa kita dapat tumbuh sebuah kekuatan yang sungguh berdaya guna demi menerangi kegelapan yang sedang terjadi. Tanpa gelap kita tak bisa bersinar.
Demikianlah, malam ini, sambil menikamti kegelapan dalam rinai gerimis dan udara dingin menusuk tulang, ku memandang ke satu-satunya sosok tubuh yang sedang berjalan dalam sepi. Dengan langkah yang nampak tenang, perlahan dan sesaat menjadi seluiet indah ketika sebuah kendaraan lewat dan meyorot tubuhnya. Kegelapan memeng ada, namun kita tak perlu takut karenanya. Kita semua memiliki kemempuan kok untuk memahami kegelapan itu. Kita punya harapan untuk menjadi cahaya bagi siapa pun yang tersembunyai dalam kelam. Kita, ya, kita cahaya itu. Tuhan sedang menemani kita. DIA tidak tersembunyi atau melupakan kita. DIA ada dan kita saja yang sering tak menyadari atau bahkan melupakan kehadiran-Nya.
Perlahan sosok tubuh itu menghilang dari pandanganku. Malam dingin gerimis masih saja turun di sertai dingin yang menusuk tulang, dan ada sesuatu yang terasa berubah disini. Sosok itu telah menghilang dan pemandangan tidak nampak lagi. Sungguh, betapa berartinya seorang manusia. Betapa bermaknanya keberadaan kita di bumi ini. Di dunia ini. Di sini. Sekarang dan dalam kondisi apa pun juga. Kita hidup. Kita berjuang untuk menunjuknan bahwa kita ada dan hidup. Itu saja. Selebihnya, percayalah kepada Tuhan yang senantiasa menemani perjalanan kita. Berjalan dengan selamat sampai ketujuan. Bejalan dengan selamat menuju kerumah BAPA. Amin
Yustinus Setyanta
Jiogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar