Sabtu, 09 November 2013

AWAL JANUARI 2013

       Pagi ini ku terbangun dengan perasaan seakan ada yang menganjal, tubuh terasa letih dan capai-capai. Sepeti ada sesuatu yang hilang dari hatiku. Di luar langit juga belum terang. Dan udara yang dingin menyergap tubuhku saat ku buka jendela kamarku. Langit memerah karena mendung tebal sedang berarak. Bayang-bayang pohon kelengkeng di halaman bergerak terhembuas angin yang tertiup kencang. Bagai seluit dalam cahaya yang masih samar-samar. seluit yang bergoyang-goyang, bagaikan angin yang memanggilku. Memanggil untuk menikmati alam sambil menati cahaya fajar tiba. Cahaya fajar yang dalam kelabunya tertutup mendung.

       Sambil duduk di dekat jendela. Ku coba untuk menikmatinya dan menyerap serta meresapinya keseluruhan yang ada dalam pendangan mataku ke dalam diriku. Sembari ku dengar alunan lagu, Fajar Pagi - Boomerang . Semuanya terasa damai. Namun perasaaan yang menganjal ini tak mau juga sirna. Aku kok merasa gamang yaa. Ku merasakan pemikiran simpang siur dalam otakku. Sementara di luar tubuh ini suatu penorama alam yang sejuk dan damai menghampiriku, ku serupa sesuatu yang jauh, jauh dari dunia. terasa ada jarak walaupun telah kucoba untuk menghilangkan batas-batas tubuhku dengan alam. aku ada. alam ada. Namun keduanya tak saling bersentuhan. Tak saling memahami. tak saling berbaur. Mengapa?

       Awal januari dengan penanggalan yang terus berjalan. Hari demi hari berlalu, dan lembaran demi lembaran helai tanggal di sobek dan di buang. serta di lupakan. Namun peranhkan kita melupakan diri kita sendiri. Bisakah kita nenaggalkan, membuang serta melupakan segala kenangan yang telah kita alami di waktu-waktu yang telah lalu? Terasa ada sesuatu yang menjadi bayang-bayang semu. Nampak tetapi tak teraba. Terasa tetapi tak nampak. Dan semua bergolak dalam jiwa yang seakan-akan diam. Seakan-akan. Dan hanya seakan-akan.

       Mendadak, tanpa tanda awal, hujan deras mengguyur. Namun, apa yang tadi hanya samar-samar dalam bayang malam, mulai menampakkan bentuknya. Hujan deras menguyur dan mendung tebal menutupi langit, namun tak kuasa mempu menghentikan datangnya sang pagi. Dan walau sang surya tak menampakkan diri, sembunyi di balik awan mendung tebal, tak ada sesuatu pun yang mempu membuatnya hilang. Ku menyaksikan semua ini sembil merenungkan segala apa yang kurasakan sekarang. Cahaya pagi takkan mampu dibendung bahkan oleh mendung yang paling pekat pun. Dan walau tak nampak. dia selalu hadir. Selalu akan hadir. Lalu, untuk apa ku harus membiarkan segala kepedihan ini menghimpit perasaan ku jika tahu bahwa hari yang baru pasti akan hadir? Ya, untuk apa ku harus membiarkan diriku terbenam dalam kepedihan hati jika ku tahu bahwa malam pasti bergati pagi.



Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar