Sabtu, 16 November 2013

AJARLAH SAYA TUHAN

Ajarlah Aku Tuhan
 

    Suatu ketika sudah agak lama, saya merasa sedih dan kecewa karena rencana nobar (Nonton Bareng) filem Soegijapranata bersama teman berakhir tidak sesuai deagan harapanku. Beberapa teman sepakat untuk nonton pada hari pertama, sementara saya dan seorang teman lain kemarin berhalangan karena ada kegiatan lain...
 

     Saya sadar bahwa bisa jadi ada miskomunikasi antara saya dengan teman-teman, karena seingatku ketika terakhir bertemu untuk membicarakan jadual nobar itu, saya sempat mengingatkan mereka bahwa teman yang satu lagi biasanya hari Senin atau Selasa off, sehingga kalau mau nonton di hari pertama (Kamis), dia pasti nggak bisa ikut. Jadi saya beranggapan bahwa kami belum memutuskan tanggal nobar yang pasti.

     Rabu malam aku terkaget-kaget, karena seorang teman menanyakan besok kita gimana (nobarnya)? saya sama sekali gak kepikiran untuk nobar hari pertama karena teman yang lain kan memang berhalangan dan saya juga ada kegiatan lain di Kamis malam. Sedih, karena teman-teman sudah memutuskan untuk nobar Kamis malam tanpa konfirmasi ulang ke aku (mungkin mereka beranggapan aku sudah tahu bahwa kami mau nobar di hari pertama seperti diskusi dalam pertemuan terakhir kami yang waktu itu aku anggap masih menggantung karena seorang teman berhalangan ikut). Kecewa, karena keputusan itu baru aku ketahui malam sebelumnya, sehingga nobar yang ada dalam bayanganku harus berakhir dengan “nonton sebagian bareng”.

    Paginya setelah curhat dengan teman yang juga gak jadi nobar say memutuskan untuk tidak menjadi penghalang bagi teman-teman yang sudah mengatur jadwal mereka untuk nobar. Sms'an dengan teman ini juga sedikit menghiburku... Siangnya muncul inbox di FB dari teman lain yang gak ada hubungannya dengan rencana nobar kami, tapi saya merasa inboxnya itu mendukung keputusanku untuk menghadiri kegiatan di geraja dari pada nobar dengan teman-teman yang lain.

    Saya teringat bahwa voucher Soegija masih aku simpan dan aku memutuskan untuk membawanya ke kantor sehingga temanku bisa mengambilnya untuk nobar mereka. Dengan ekspresi yang wajar, sore itu kuserahkan voucher tersebut ke teman yang datang mengambil karena merasa bahwa itu sudah selesai... Biasanya saya akan bersikap dingin terhadap orang-orang yang telah membuat saya kecewa. Mungkin karena mereka teman-teman sekomunitas yang selama ini kami saling peduli satu sama lain, maka saya berusaha untuk tidak memperlihatkan kesedihan dan kekecewaanku itu, yang bagi mereka mungkin hanya masalah ketidakcocokan waktu, namun menurutku sebagai kelompok seharusnya kami bisa saling menyesuaikan waktu sehingga kami benar-benar dapat nobar...

     Pelajaran yang kudapat dari peristiwa kemarin adalah saya bisa belajar bersabar dan menutupi kekecewaan dan kesedihanku dari teman-teman yang lain, belajar menerima keputusan mayoritas tanpa terlibat dalam prosesnya walau mengagetkan dan membuat kecewa, belajar untuk tidak mengutamakan egoku sendiri dan menerima bahwa teman-temanku memiliki prioritas yang berbeda denganku (kesetiakawanan sebagai kelompok). Aku bahkan sempat terpikir bahwa inilah salah satu latihan yang saya perlukan agar dapat menghadapi masalah yang serupa (kesedihan dan kekecewaan terhadap orang-orang yang dekat denganku) di kemudian hari.

     Ya Allah Bapa yang penuh kasih, syukur dan terima kasih, Engkau telah membiarkan diriku mengalami semua ini. Aku percaya ini adalah salah satu rencana-Mu yang indah untuk membentuk aku agar dapat menjadi lebih baik lagi dalam melaksanakan ajaran kasih-Mu. Berikan aku hati yang lapang agar dapat mengolah kekecewaan, kesedihan, terlebih kepedihan hati yang kualami dalam hidupku menjadi berkat-berkat-Mu yang semakin menguatkan aku dalam pergumulan hidupku. Terima kasih Bapa yang penuh kasih, amin.




Yustinus Setyanta
Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar