Ajarlah Aku Tuhan
Suatu ketika sudah agak lama, saya merasa sedih dan kecewa karena rencana nobar (Nonton Bareng) filem Soegijapranata
bersama teman berakhir tidak sesuai deagan harapanku. Beberapa teman
sepakat untuk nonton pada hari pertama, sementara saya dan seorang teman
lain kemarin berhalangan karena ada kegiatan lain...
Saya sadar bahwa bisa jadi ada miskomunikasi antara saya dengan teman-teman, karena seingatku ketika terakhir bertemu untuk
membicarakan jadual nobar itu, saya sempat mengingatkan mereka bahwa
teman yang satu lagi biasanya hari Senin atau Selasa off, sehingga kalau
mau nonton di hari pertama (Kamis), dia pasti nggak bisa ikut. Jadi saya beranggapan bahwa kami belum memutuskan tanggal nobar yang pasti.
Rabu malam aku terkaget-kaget, karena seorang teman menanyakan besok
kita gimana (nobarnya)? saya sama sekali gak kepikiran untuk nobar hari
pertama karena teman yang lain kan memang berhalangan dan saya juga ada
kegiatan lain di Kamis malam. Sedih, karena teman-teman sudah memutuskan
untuk nobar Kamis malam tanpa konfirmasi ulang ke aku (mungkin mereka
beranggapan aku sudah tahu bahwa kami mau nobar di hari pertama seperti
diskusi dalam pertemuan terakhir kami yang waktu itu aku anggap masih
menggantung karena seorang teman berhalangan ikut). Kecewa, karena
keputusan itu baru aku ketahui malam sebelumnya, sehingga nobar yang ada
dalam bayanganku harus berakhir dengan “nonton sebagian bareng”.
Paginya setelah curhat dengan teman yang juga gak jadi nobar say
memutuskan untuk tidak menjadi penghalang bagi teman-teman yang sudah
mengatur jadwal mereka untuk nobar. Sms'an dengan teman ini juga sedikit
menghiburku... Siangnya muncul inbox di FB dari teman lain yang gak ada
hubungannya dengan rencana nobar kami, tapi saya merasa inboxnya itu
mendukung keputusanku untuk menghadiri kegiatan di geraja dari pada nobar
dengan teman-teman yang lain.
Saya teringat bahwa voucher
Soegija masih aku simpan dan aku memutuskan untuk membawanya ke kantor
sehingga temanku bisa mengambilnya untuk nobar mereka. Dengan ekspresi
yang wajar, sore itu kuserahkan voucher tersebut ke teman yang datang
mengambil karena merasa bahwa itu sudah selesai... Biasanya saya akan
bersikap dingin terhadap orang-orang yang telah membuat saya kecewa.
Mungkin karena mereka teman-teman sekomunitas yang selama ini kami
saling peduli satu sama lain, maka saya berusaha untuk tidak
memperlihatkan kesedihan dan kekecewaanku itu, yang bagi mereka mungkin
hanya masalah ketidakcocokan waktu, namun menurutku sebagai kelompok
seharusnya kami bisa saling menyesuaikan waktu sehingga kami benar-benar
dapat nobar...
Pelajaran yang kudapat dari peristiwa kemarin
adalah saya bisa belajar bersabar dan menutupi kekecewaan dan kesedihanku
dari teman-teman yang lain, belajar menerima keputusan mayoritas tanpa
terlibat dalam prosesnya walau mengagetkan dan membuat kecewa, belajar
untuk tidak mengutamakan egoku sendiri dan menerima bahwa teman-temanku
memiliki prioritas yang berbeda denganku (kesetiakawanan sebagai
kelompok). Aku bahkan sempat terpikir bahwa inilah salah satu latihan
yang saya perlukan agar dapat menghadapi masalah yang serupa (kesedihan
dan kekecewaan terhadap orang-orang yang dekat denganku) di kemudian
hari.
Ya Allah Bapa yang penuh kasih, syukur dan terima kasih, Engkau telah membiarkan diriku mengalami semua ini.
Aku percaya ini adalah salah satu rencana-Mu yang indah untuk membentuk aku agar
dapat menjadi lebih baik lagi dalam melaksanakan ajaran kasih-Mu. Berikan
aku hati yang lapang agar dapat mengolah kekecewaan, kesedihan, terlebih kepedihan hati yang
kualami dalam hidupku menjadi berkat-berkat-Mu yang semakin menguatkan
aku dalam pergumulan hidupku. Terima kasih Bapa yang penuh kasih, amin.
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar