SAJAK ANAK PERANTAUAN
Kala senja datang menghampiri bumi
Kegelapan pun datang dengan sendiri
Kesejukan udaran meniup rambut helai demi helai
Keramain berubah menjadi sepi dan sunyi
Hanya terlihat percikan mentari yang membenamkan diri
Tiada terasa air mata pun ikut membasahi bumi
Seiring tetes-tetes gerimis ikut mengenangi
Seiring tetes-tetes gerimis ikut mengenangi
Kala jiwa teringat tanah kelahiran
Kala hati rindu akan kampung halaman
Begitulah nasib anak perantauan
Di Kala siang akan berganti malam
Di Kala siang akan berganti malam
Seakan hati tertusuk sembilu yang tajam
Hidup dirantau bukanlah senang dalam berjuang
Kadang makan hanya sarapan kacang
Kadang nyanyian perut kosong yang dibawa untuk bertangang
Begitulah rintangan yang harus di hadang
Laksana para pejuang yang kelaparan dalam berperang
Hidup dirantau seperti anak tak bertuan
Tiada orang yang perduli kala sakit menyerang badan
Hanya isak tangis menjadi teman dibawah remang cahaya bulan
Begitu pilu badan di atas tikar pandan yang dianyam tangan
Begitulah nasib badan yang malang
Bagaikan kerbau yang terjepit di kandang
Kurus badan hanya tinggal tulang
Demi mengais rejeki dan mencari uang.
Untuk meminang anak gadisnya orang
hehehheheee..........
Untuk meminang anak gadisnya orang
hehehheheee..........
Yustinus Setyanta ------------- Puisi
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar