Rabu, 07 Mei 2014

Puisi : BUNGA

     Mengapa mereka menuduhku,
     Sebagai muasal aral dan sesal?

Dari tangkai rahasia, dari seluk selekuk cinta
Barsungguh teguh, aku menyerupai mu
Menyerupai kembangmu, merambat lembut
Menuju sari murni
Yang membuat kuncupku menuju ketinggi
Kelopakmu. O, Sang Hyang Kembang. Kelopak maha besar
Kau putikku.
Kau kelopak yang menggabungi malam-malamku

Merahkan aku dengan meriahmu
Birukan aku dengan birahimu
Hijaukan aku dengan hujahmu
Ungukan aku, Kuningkan dan kelabukan aku
Kalau kau mau
Aku akan bahagia dan lega dengan lagu-lagu

 Legawa
   aku bahagia
Legawa
    aku gembira
Walau aku tahu akhirnya terbakar
Memar
Untuk kemudian bubar, mekar
Bersama bebulu mawar
Yang gencar melagu ingkar

Aku akan bahagia
Lega
Dan rela
Dengan itu semua

Tapi jangan kau tinggalkan aku seperti yang sendiri
Setelah. Sebelah rusaknya tercuri
Aku mau terjaga. Sendiri. Disini
DI ranting-ranting mimpi
Kupu-kupu tak henti mengiris hati

       Kumbang menacapkan kukunya itu
       Di kedalaman jantungku
       Lebah-lebah menghisap sari cintaku
       Tanpa ada yang tahu. Selain aku
       Dan rindu semakin luyu
       Tak dapat penuh kuhadapkan padamu

Wajahku ke wajahmu
Atau menyimpan serbuk sari cintaku
Sebagai buah utuh. Manis bak madu
Yang kan ku berikan untukmu

Sebab angin kian tak tentu
Dan matahari yang menciumku
Meninggalkan senoktah debu
Yang menodahi kemurnianku



Yustinus Setyanta
Ganjuran - bantul - Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar