Salah satu jawabnya: dunia mengenal internet beserta WikiLeads, Twitter, Facebook, dan lain-lain. Seandainya listrik dan sistem jaringannya tidak ditemukan, bahasa manusia tinggal dalam sebuah gerak yang lambat. Pertukaran pesan tidak akan secepat seperti di era internet sekarang ini. Seneranya apa yang terjadi saat ini? "Setelah ditemukan listrik, terjadilah sebuah perkawinan mitis antara kecepatan maksimum cahaya dan kompleksitas maksimum dari bahasa manusia. Melihat tendensi utama dari listrik yang membawa trasparansi, mendatangkan cahaya, mengusir kegelapan. Dengannya, masyarakat diantar pada sebuah transparansi yang sudah dinantikan berabad-abad. Mengutip Injil Markus 4:22, ia mengatakan: "sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tersingkap".
Media komunikasi lewat internet berjalan diatas jalur transparan. Kehadiran WikiLeaks dapat ditempatkan dalam konteks ini. Bila dicermati, kehadirannya menjawab kehausan orang akan trasparan, tidak saja sekadar transparansi akan informasi tetapi juga trasparansi atas hidup bermasyarakat. Hal ini bisa jadi memberi dampak pada pergerakan sosial.
Selain menyebut WikiLeaks, Twitter sebagai buah dari 'perkawinan' antara bahasa dan listrik. Bertolak dari paham internet sebagai jaringan dari jejaring yang saling terkait, Twitter sedang menjalani periode pertumbuhan bahkan maju kematangan konvektivitas. Dampak komunikasi yang dihasilkannya: global, serempak, dan langsung. Pada mulanya adalah 'tweet': cicit seekor burung, lontaran bebeberapa kata yang menggelitik, serta informasi singkat; lalu terjadi komunikasi lanjut. Seterusnya, muncullah jutaan 'kicau burung', sahut menyambut, pesam dibalas pesan dalam kekinian meski berjauhan. Kematangan Twitter dijumpai dalam hal membagi informasi atas apa yang sedang terjadi saat ini, dalam waktu yang nyata. Ia merupakan sebuah kekuatan politik amat potensial. Sebagai buah dari Web 2.0 ia menjangkau semakin banyak orang. Twitter berperan dalam pergerakan "Wajah dan Topeng: Kuasa dan Pengetahuan dalam Masyarakat Jejaring".
Kehadiran facebook yang memiliki pengguna jutaan orang tidak luput dari pegamatan cyber-sociolog.. Peran Facebook dalam masyarakat tidak perlu diragukan. Namun, menurutnya, ada satu hal yang perlu dikritisi pada facebook. Ada sebuah kelemahan padanya, karena ia membangun di dalam dirinya sebuah jejaring yang memiliki tujuan pada dirinya sendiri, lepas dari jejaring lain. Pengamatannya mengundang para pengguna agar waspada untuk terus mengembangkan konektivitas yang makin luas dan terbuka.
Dunia sudah makin masuk dalam komunikasi yang cepat dan makin transparan. Bisa jadi orang lain mengetahui Anda tanpa Anda mengetahui mereka. Orang sepertinya tidak dapat lagi bebas untuk tidak diketahui. Bagaimana demgan haknya agar tidak diketahui orang?
Orang perlu memiliki hak untuk menjadi anonim, untuk tidak dikenal. Setelah semua informasi - katakanlah - dapat disingkap, individu-individu perlu dilindungi untuk memiliki hak atas anonim. Makin orang tahu akan dirimu, makin kurang keberadaanmu.
Yustinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar