Kegiatan membaca adalah kegiatan untuk mengenal dunia. Mengenal orang lain, sesama kita. Mengenal alam semesta. Bahkan terlebih untuk mengenal diri kita sendiri. Sedang kegiatan menulis adalah memperkenalkan diri kita, semangat hidup kita, pandangan kita dan segala dan segala sesuatu tentang kita kepada dunia. Maka kegiatan membaca dan menulis adalah kegiatan dua arah percakapan kita dengan sesama, dunia dan alam semesta ciptaan-NYA yang indah ini.
Sungguh menyebalkan ketika kita berbicara dengan mereka yang merasa bahwa ia tahu segala sesuatu sementara ia enggan untuk membaca. Juga mereka yang selalu memaksakan kehendaknya sementara dia tidak pernah bisa menuliskan pendapatnya sendiri apalagi mampu menulis dengan baik. Dalam suatu percakapan, seorang berkata bahwa ia malas untuk membaca tetapi dengan gigih atau malah terkesan keras kepala mempertahankan pendapatnya, seolah-olah ia yang menetukan benar dan salahnya orang lain dan selalu ingin memenagkan dirinya sendiri. Padahal, apa yang diketahuinya tentang hidup orang lain? Rahasia-rahasia terdalam perasaan orang lain? Kekecewaan, bahkan kehampaan dalam hidup orang lain?
Kecenderungan untuk memaksakan kebenaran diri sendiri tanpa ingin memahami pendapat, pandangan orang lain hanya membuktikan bahwa dirinya tidak pernah membaca, mencari-tahu dan memeriksa sejarah kehidupan yang demikian luas dan penuh warna. Baginya, hidup sekedar berarti hitam atau putih belaka. Dan saat ia merasa dirinya putih, maka warna lain diluar putih adalah tidak relevan untuk dipertahankan, bahkan harus dihapus karena baginya, hanya warna putihlah satu-satunya yang ada dan mesti dipertahankan. Sungguh suatu yang sangat membosankan.
Begitu pula, jika dia memberikan pendapatnya secara pribadi, dalam suatu percakapan langsung, umumnya atau bahkan hampir pasti, dia akan kehilangan kesempatan untuk merenung sebelum mengutarakan apa yang diinginkannya. Apa yang dihasratkannya, ceplos begitu saja. Kemajuan dunia tidak akan tercapai tanpa proses membaca dan menulis. Tanpa proses memahami sesuatu dengan membaca dan merenungkan pikirannya sebelum menulis. Keindahan hidup ini sesungguhnya terletak pada catatan-catatan yang telah ditinggalkan oleh manusia, baik mereka hanya mendengarkan sebagai saksi mata maupun mereka yang telah berbuat. Dan catatan-catatan yang telah dibaca itulah yang mampu mengubah kehidupan kita semua.
Dan saya percaya bahwa setiap orang yang dapat membaca seharusnya juga dapat menulis. Mungkin dia tidak menjadi pengarang, sebab pengarang membutuhkan bakat alam, tetapi bagaimana pun dengan menulis kita dapat mengutarakan apa isi pikiran kita. Dan untuk menulis, hanya perlu satu syarat saja, yaitu selalu dapat dipahami oleh pembacanya, walau mungkin dengan bahasa yang sulit. Harus dapat dimengerti. Itu saja.
Maka membaca dan menulis selalu penting bagi kehidupan kita. Membaca dan menulis akan selalu meninggalkan jejak dalam kehidupan kita. Jejak yang mungkin tidak berarti tetapi mungkin pula menjadi tonggak-tonggak jembatan untuk menyeberangi ke hidup yang lebih baik kelak. Untuk anak cucu kita. Untuk generasi mendatang. Puluhan, ratusan, ribuan tahun hingga ke keabadian. Kita takkan pernah tahu dimana ujung dari apa yang telah kita tulis di kelak kemudian hari. Baca dan tulislah.
Yustinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar