Selasa, 27 Mei 2014

BAHAGIA BERADA DI "PUNCAK GUNUNG" BERSAMA ALLAH

Setiap orang beriman pasti pernah merasakan bahagia karena kehadiran Allah dan merasakan sentuhan lembut kasih-Nya. Petrus, Yakobus dan Yohanes juga mengalami kehadiran Allah ketika berada di puncak gunung ketika dia melihat Yesus berbincang-bincang dengan Nabi Musa dan Nabi Elia. Pasti pemandangannya sangatlah indah dan menakjubkan karena dikisahkan bahwa mereka bercahaya dan putih bersinar.

Kisah dalam Injil Matius 17:1-9 ini memang menceritakan tentang orang-orang yang mendapatkan pengalaman "pucak gunung". Mereka mengalami perjumpaan dengan Allah sehingga merasakan kebahagiaan sejati sebagaimana dikatakan Petrus "Tuhan, betapa bahagianya kami....". Kita pun bisa merasakan pengalaman itu meskipun karena kelemahan diri kita, kita sering kali tidak peka merasakan kehadiran Allah. Ketika kita meraih prestasi luar biasa atau ketika mengalami kejadian yang spektakuler, seperti mukjizat kesembuhan, kita dengan gampang merasakan kehadiran Allah. Sebaliknya, kita sering merasakan bahwa Allah tidak hadir di tengah-tengah kita ketika merasakan sedih dan frustasi, didera bencana atau saat dirundung persoalan. Ingatlah bahwa tokoh-tokoh dalam Injil Mat 17:1-9 justru merasakan kehadiran Allah saat mereka mengalami derita panjang dan didera rasa frustasi. Musa mengalami perjumpaan dengan Allah ketika dia merasa frustasi saat menyaksikan kekebalan hati bangsa israel. Demikian pula dengan Elia yang merasa frustasi dan khawatir akibat munculnya ancaman Izabel.

Bila saat ini Anda belum merasakan pengalaman hidup yang spektakuler, ini tidak menjadi masalah. Allah bisa hadir dalam setiap pengalaman hidup sekecil apapun itu, pada saat kita sedih, frustasi, kecewa dan juga pada saat kita merasakan bahagian dengan senyum indah di wajah. Allah hadir pada setiap pengalaman hidup kita dan perjumpaan itu membuahkan kebahagian sejati. Kita hanya perlu melatih diri agar semakin peka merasakan kehadiran-Nya.

Sekali lagi kita juga bisa merasakan bahagianya berada di "puncak gunung" bersama Yesus. Namun Yesus menghendaki kita untuk membawa kebahagian itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pertemuan dengan Yesus dan mendengarkan ajaran-Nya kita akan mendapatkan kekuatan dan rahmat yang kita perlukan untuk menghadapi berbagai macam tantangan hidup dalam kehidupan nyata. Tugas panggilan kita bukan hanya mengagumi, mensyukuri kemuliaan Allah namun lebih dari itu adalah untuk memberitakan kemuliaan Allah. Itulah yang diharapkan Yesus agar kita bersatu dengan-Nya lalu kita bisa kembali terjun dalam kehidupan kita dan menjadi perpanjangan tangan, kaki dan hati-Nya. Kita diharapkan menjadi saksi dan berkat bagi sesama dan membawa kasih Yesus kepada setiap orang yang mendambakan uluran kasih Allah.

Selamat berjumpa dengan Allah dalam setiap langkah perjalanan hidup Anda dan rasakan nikmat bahagianya.




Yustinus Setyanta
Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar