Adakah orang yang tidak pernah terluka? Mungkin tidak ada, entah besar atau kecil luka itu. Seberapa dalam, seberapa praharanya. Ini akan memperlihatkan seberapa dalam kita mencintai Tuhan. Seberapa iman kita berdasarkan luka itu bisa menentukan apakh kita beriman atau tidak. Bunda Maria walaupun terluka karena ditembus oleh pedang tetapi ia tetap mencintai Tuhan. Gambaran pedang itu adalah senjata yang sangat tajam sehingga ia dapat membelah sesuatu, membelah atau memilah. Sehingga dengan tertembus pedang lalu terbelah antara yang baik dan yang jahat. Lalu disana kita bisa memilih, dan Bunda Maria memilih yang baik. Disitulah kemuliaan Bunda Maria muncul.
Ada beberapa kisah yang memperlihatkan bagaimana luka bisa menunjukkan wibawa. Nah ini mungkin luka tusuk saja dahulu ya. Suatu ketika teman saya bertanya tentang luka. Aku memiliki luka dimata kaki. Jadi luka itu, saya pada teman saya itu. Ini luka karena pecahan piring, kata temen saya.
Nah, luka yang tertusuk pedang kebenaran. Bunda Maria pasti mempunyai luka yang begitu luar biasa. Karena memperlihatkan kemuliaanya juga luar biasa. Ada sebuah kisah mengenai luka hati, yang justru menunjukkan kemuliaan itu. Mahatama Gandhi, ketika ia di india masa mudanya, ia seorang pengacara yang sukses hanya kalau pindah ke Afrika selatan. Pada waktu itu Afrika Selatan masih menganut politik Apartehid diskriminasi antara orang kulit putih dan orang kulit bewarna. Kalau naik kereta apa naik bus di tempat umum dipisahkan. Nah Mahatama Gandhi ini karena orang kaya lalu dia naik kereta membeli tiket kelas satu vip yang sebenarnya hanya untuk orang kulit putih. Tapi Mahatama Gandhi tetap nai di gerbong vip. Kondekturnya datang menyuruh pindah. Tapi dia tidak mau, dia mengatakan 'aku beli sendiri, aku punya uang'. - 'Tidak bisa ini hanya untuk orang kulit putih'. Lalu kereta itu berhenti dia diseret keluar dan ditendang di suatu stasiun yang kecil, dia terluka, sakit hati, terhina. Telecehkan. Tapi apa yang terjadi, kdtika ia sakit hati seperti itu? Memang sempat dalam benaknya dia mau menuntut orang itu, balas dendam. Toh dia seorang pengacara hebat. Tetapi dia memutuskan untuk mengampuni. Sejak itu Mahatama Gandhi bertekat akan memperhatikan orang-orang kecil yang menderita. Dan munculah kemudian seorang besar Mahatama Gandhi di mulai dari luka.
Ada kisah yang lebih hebat lagi. Nelson Mandela. Dua puluh tujuh tahun dia dipenjara, di siksa, dipenjara yang sempit tiap hari dia harus bekerja paksa, kerja rodi. Diikat dirantai leher tangan, kaki lalu memecahkan batu, penjaranya juga sangat sempit. Keluarganya diluat itu juga dicerai beraikan, luar biasa. Setelah duapuluh tujuh tahun ia dikeluarkan dari penjara, tetapi masih ada juga orang yang berusaha membunuhnya, tetapi gagal. Lalu datanglah saatnya dia menjadi presiden afrika selatam. Para pengikutnya tentu saja senang dan mengatakan ini saatnya kita balas dendam. Tetapi Nelsen Mandela mengatakan, 'tidak ampuni saja mereka. Apa urusannya, aku dengan kesalahan mereka'. Luar biasa. Mungkin orang mengatakan Nelson Mandela orang yang paling bodoh. Punya kesempatan balas dendam knk tidak dilakukan. Jelas Nelson Mandela pasti terluka juga. Tetapi pedang yang membelah antara baik dan yang jahat memperlihatkan dengan jelas dalam diri Nelson Mandela ia memilih yang baik.
Maka kembali pada pertanyaan apakah pernah terluka, atau sedang terluka dan apa yang terjadi ketika mengalami luka hati, luka batin. Ataupun mungkin hanya sekedar memar hati, apakah kemudian melihat dengan jelas sebuah pedang yang tajam menghujam jiwamu, dan membelah secara nyata mana yang baik dan mana yang benar. Di mana menpunyai kesempatan untuk memilih, pilihan ada di tangan kita. Tetapi begitulah gambaran kehidupan. Dalam bacaan : Ibr 2:14-18 Ia laksana api bukan pemurni logam, seperti sabun tukang penatu. Penderitaan itu memurnikan hidup. Gambaran sederhana itu gerabah di kasongan. Mungkin sudah tau kasongan. Sebuah desa wisata di Yogyakarta, yang menghasilkan gerabah yang sangat indah. Tanah itu diinjak-injak dahulu, dicampur dengan sedemikian rupa lalu diputar dibentuk, setelah itu dipanaskan dibakar selama suhu seribu derajat celsius, setelah mengalami pemanasan seribu drajat dia menjadi gerabah yang indah. Tanpa pembakaran dia tidak menjadi gerabah yang baik.
Demikian pula hidup manusia, tanpa mengalami menderita, ia tidak akan menemukan dirinya baik. Itulah gambaran dari kehidupan, hidup kita sebagai orang beriman, kenapa ya kita harus menderita, kenapa harus terluka, maka dalam kesempatan ini menyadari luka-luka kita. Itulah jalan bagaimana kita memilih Tuhan.. Marilah kita mohon dari rahmat Tuhan agar kita bisa melihat dengan jelas dalam luka-luka kita, di dalam penderitaan kita pedang tajam yang menembus jiwa kita melihat antara yang baik dan yang buruk dan kemudian memilih yang baik. Karena disanalah kita bisa menemukan Tuhan. Kalau toh kita tidak sanggup melihat mana kebaikan, mana keburukan. Kembalilah pada tema ini. "Persembahkan Hidupmu, seluruh hidupmu luka dan duka. Suka hidup kita ini kepada Tuhan. Amin
Yusinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar