Sebuah mobil boks memasuki halaman gereja setelah sang kernet turun dan menghampiri Pak Lukas. Lukas, lelaki gemuk, sang satpam mencermati nama dan alamat yang tertera di kertas itu. Di situ tertulis jelas, P. Albert H. Susanto Pr. Pak Lukas dan sang kernet bergegas menuju mobil boks untuk menyakinkan bahwa paket sungguh ditujukan kepada Pater Albert, pastor kepala. Mobil boks diarahkan ke kanopi untuk menurunkan paket setinggi orang dewasa. Seksi perlengkapan yang sedang menyiapkan tenda untuk Misa Akbar Ulang
Tahun Paroki ikut menurunkan paket itu, yang ternyata sangat berat. Hampir setengah jam, kami menggeser paket itu dari mobil boks sampai kanopi yang berjarak 50 meter. Semua memegangi pinggang usai mengangkat paket itu.
Pater albert sedang menjadi pembimbing rohani suatu ziarah ke Roma dan baru kembali sehari sebelum hari jadi paroki ini. Segala hal yang berhubungan dengan urusan gereja didelegasikan ke Dewan Paroki, yang dikomandani Pak Margani. Begitu dilapori ada paket untuk Pater Albert, Pak Margani yang purnawirawan polisi itu langsung meluncur ke gereja. Dengan sangat serius, Pak Margani memeriksa dengan detil paket itu. Naluri polisinya menangkap sesusatu. Untuk menangani urusan paroki tidak ada keraguan, tetapi untuk urusan paket ini ia sedikit ragu. Keraguan Pak Margani menjalar kepada kami yang sedang bekerja menyiapkan ultah paroki. Berbagai spekualasi berkecamuk dalam pikiran kami. Dari sakadar bisik-bisik, kemudian bergulung-gulung memjadi kecemasan, lalu akhirnya menjadi ketakutan. Bom!!
Tak ada catatan apa pun dari pengiriman paket. Nomer mobil juga tidak sempat kami catat karena kami sibuk mengangkat paket itu. Tulisan yang tertera di paket hanya nama Pater dan alamat yang kami bisa mengerti, yang lain menggunakan bahasa yang tidak kami ketahui. Jangan-jangan ini bom yang yang disusupkan ke gereja ini. Terror bom tiba-tiba saja merasuki pikiran kami, mencengkeram batok kepala kami. "Pak.....! Apa Bapak tidak curiga paket itu?" tanyaku pada Pak Margani. "Curiga.......sih curiga," jawabnya lirih setelah diam agak lama. "Kalau di dalamnya itu bom gemana, Bapak bisa bayangkan, gereja ini, pastoran, dan sekolah pasti rata dengan tanah, dan kalu meledak saat kita sedang Misa Akbar Ulang Tahun paroki ini........, aku tak bisa membayangkan. Dan kita yang menerima paket dan membiarkannya tetap disitu akan dikutuk seumur hidup!" kataku lirih. "Terus, kita harus bagaimana?" sahutnya. "aku tak mau disalahkan!" "kata orang bom bisa dijinakkan dengan dimasukkan ke dalam air," sela Anton. "Tidak juga, buktinya yang Utan Kayu meledak juga," bantah Yudha.
Dengan cepat Pak Margani mengumpulkan dewan dan pemuka gereja. Diskusi kami membawa pada langkah yang harus diambil untuk mengantisipasi dan meminimalkan korban. Apalagi, negeri tercinta ini dihantui oleh teror bom yang ditebarkan para teroris. Dan gereja menjadi salah satu targetnya. Dalam sekejap mata, enam mobil gegana sudah mengepung gereja. Personil gegana berlompatan menempati titik-titik tertentu. Mereka melarang warga untuk melintasi daerah yang mereka amankan. Persiapan ulang tahun paroki terhenti. Meski sudah di peringatkan untuk tidak mendekat ke lokasi, orang-orang masih saja mendekat dan semakin banyak orang yang datang. Entah dari mana mereka mengetahui kedatangan gegana ini. Sepertinya mereka ingin melihat, ingin menjadi saksi mata peristiwa ini tanpa memikirkan risikonya. Setiap gerak personil gegana menjadi perhatian setiap orang yang datang. Megeri ini memang menjadi aneh.
Dengan terseok-seok mobil gegana mengevakuasi paket untuk diamankan. Legalah kami. Paket sumber masalah telah diamankan. Urusan berikutnya menjadi urusan pihak gegana. Urusan kami kembali memasang tenda dan perlengkapan yang terbengkalai. >>Pak Margani beserta anggota dewan melihat dengan mata kepala sendirh bagaimana paket itu dimusnahkan di lapangan markas gegana. Dengan demikian, musnah sudah bom yang meneror kami. Kami lega. Kami bisa bekerja dengan tenang.
*~*~*
Pater Albert dan rombongan baru mendarat ke Bandara Soekarno-Hata tengah malam. Pater langsung istirahat begitu sampai pastoran. Baru pagi-pagi ia keliling gereja dan pastoran seperti biasa. Dari gerak geriknya kelihatan kalau ada sesuatu yang ia cari, tetapi tidak segera ketemu. "Lukas, kamu menerima paket selama saya pergi?" tanya Pater. "Banyak, Pater. Semua sudah ku antar ke pastoran." jawab Lukas. "Iya, semua sudah ku lihat." balas Pater, "tapi ada yang masih kurang," "aku tidak mengurangi, Pater. Betul, semua sudah ku antar." bela Lukas. "Apa kamu merasa menerima paket?" selidik Pater. Lukas terdiam, dia berusaha mengumpulkan memori. Perasaanya, semua kiriman yang dia terima sudah masuk kotak Pater Albert. Lukas menjadi ragu. Jangan-jangan ada yang tercecer. "Paketnya segede apa Pater?" tanya Lukas diberani-beranikan. "Paketnya segede aku ini," jawab Pater tegas. "Segede Pater?" tanya Lukas agak gemetar. "Iya, segede aku," sahut Pater. "Waktu itu, kami beramai-ramai menggotong paket yang sangat berat. Paket itu kami tempatkan di kanopi Pater!" "Lha...., di kanopi tak ada," tegas Pater. "Itu masalahnya Pater," kata Lukas ragu dan takut. "Masalah apa?" desak Pater tak sabar.
Lukas diam. Dalam benaknya ada rasa takut, gentar, dan bersalah. Mengapa dirinya yang diinterograsi Pater. Bukankah semua orang terutama dewan saat itu yang memutuskan untuk memanggil gegana? "Pater, kalau boleh tahu, apa isi paket itu?" tanya Lukas agak takut-takut.
"Paket itu berisi patung Santo Yusef yang sengaja ku pesan dari Italia. Patung itu akan menjadi hadiah Ulang Tahun Paroki kita dan akan ditempatkan di taman gereja kita. Itu tempatnya sudah disiapkan. Tinggal menempatkan saja," jelas Pater, "Nah......, paket itu sekarang disimpan di mana?" "O....., kalau itu yang tahu Pak margani, Pater," jawab Lukas dengan keringat dingin sedikit kaget. "Coba pangil Pak Margarin," jawab Pater. Lantas Lukas memangil pak Margarin. Sesampainya Pak Margarin dan lainya Peter menjelaskan bahwa paket itu isinya patung Santo Yosef yang akan di pergunakan untuk hadiah Ulang Tahun Paroki. Selesai Pater menjelaskan semuanya tertawa gembira terbahak....hahahahaaa...awkwkwkwkkkkkkk.......
Sekian Cerpen Fiksi berjudul : PAKET
Oleh : Yustinus Setyanta
Jogja