Rabu, 01 Oktober 2014

YA Atau Tidak

     Jika aku merenungkan kembali, siapakan sesungguhnya yang aku layani? Jkia saja aku melongok lebih ke dalam dan tidak puas hanya dengan berenang di permukaan, dan jika aku mau jujur terhadap diriku sendiri, jawabnya memang sangat mengejutkan. Ternyata aku lebih melayani diriku sendiri. Hal itu tak ku-akui. Ya...aku melayani diriku sendiri meski itu nyata namun selalu terselubung kain yang kadang berlapis-lapis. Lapisan-lapisan itu bisa berupa demi orang lain, untuk bangsa dan negara, untuk kemuliaan Allah, untuk masyarakat, untuk gereja, untuk umat, dll. Untuk menguji hal tersebut sebenarnya tidak terlalu sulit. Melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana, adakah aku akan jengkel jika tidak diperhatikan? Akan marah jika tidak diperhitungkan? Akan tetap bergiat jika tidak keuntungan apapun yang bisa di dapatkan? Adakah tetap memberi meskipun kekurangan? Tetap setia sekalipun disakiti?

    Jika dari seluruh pertanyaan itu dijawab dengan tegas, 'ya'. Maka hal itu menunjukkan bahwa aku tidak terpaku pada kepentingan diri. Jika 'tidak' maka diriku lah yang kemudian lebih penting daripada yang kulayani.

    Memang konyol di mata orang lain, karena untuk melayani syaratnya hanyalah satu yakni penyangkalan diri. Bukan 'aku' yang penting tetapi DIA yang aku layani. Biarlah 'aku' menjadi kecil dan DIA semakin besar. Biarlah 'aku' berada dibelakang dan mereka berada di depan. Di jaman ini, siapakah yang tidak tertawa jika aku bersikap demikian. Jika aku takut menjadi bahan tertawaan dunia, maka sungguh tidak pantas aku menjadi murid-Nya.

(Sebuah Refleksi dari Luk 8:1-3)



{










Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar