Rabu, 01 Oktober 2014

DI SEMBUNYIKAN

 "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu...."(Luk 10:21)
    Pernyataan itu berkebalikan dengan hukum dunia, sebab hukum dunia lebih menyatakan bahwa segala yang tersembunyi itu hanya bisa dimengerti oleh orang yang pandai dan bijak. Oleh karena itu, untuk memahami dunia perlu belajar dan belajar. Tetapi untuk mengetahaui dan mengalami peran Allah, justru kita harus menjadi kecil. Apa sebenarnya disembunyikan Allah dari orang bijak dan orang pandai? Apa yang semakin tersembunyi, ketika kita semakin banyak menyerap pengetahuan dan pengertian? Yesus tidak memperlawankan kepandaian dengan kebodohan. Yesus memperlawankan orang bijak dan pandai itu dengan orang kecil. Dari hal ini kita bisa menyimpulkan soal pengetahuan akan Allah tetapi soal sikap terhadap Allah. Orang yang merasa pandai dan bijak, yang merasa bahwa dirinya sudah mengetahui banyak hal mengenai Allah, akan cenderung menempatkan dirinya sebagai pihak yang menyatakan Allah dan menutup kesempatan bagi Allah untuk menyatakan diri-Nya. Di sinilah letak perbedaan antara orang bijak dan pandai dengan orang kecil. Orang yang melihat Allah sebagai misteri akan menyadari bahwa dirinya kecil dan tidak mampu memahami Allah. Maka dalam dirinya sangat terbuka kemungkinan bagi Allah untuk menyatakan diri-Nya. Keterbukaan terhadap pernyataan diri Allah menjadi sifat dasar dari orang kecil dan rendah hati.

     Bersyukur kita karena dalam diri Yesus, Allah menyatakan diri-Nya secara nyata bagi dunia. Sabda-Nya jalan bagi kita untuk semakin menyadari betapa kita dikasihi oleh-Nya. Sabda-Nya juga membawa kita pada sikap yang terbuka akan peran Allah dalam setiap kenyataan yang kita alami. Maka sabda-Nya adalah pintu bagi kita untuk mendapatkan kesempatan melihat dan mendengar Allah menyatakan diri-Nya.

      Kita semua diberi tugas oleh Tuhan untuk mewartakan kerajaan Allah dan kebenaran-Nya kepada dunia. Dengan apa kita akan mewartakan, apakah dengan kemampuan pengetahuan ataukah dengan kepiawian dalam menjelaskan akan Allah? Sebagai orang kecil, dengan sikap sebagai orang kecil, yang bisa kita sediakan adalah hidup kita. Kita menyediakan hidup bagi Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada dunia. Inilah pewartaan itu, kita diberdayakan sebagai ungkapan kasih Allah. Kita menyediakan ruang dalam hidup kita untuk Allah sehingga Ia dengan bebas bisa menyatakan diri-Nya kepada dunia.

REFLEKSI:
Allah bukanlah obyek pengetahuan namun acapkali aku menempatkan diri-Nya sebagai obyek pengetahuan sehingga aku berdiri sebagai pengamat, penganalisa, dan pembicara segala sesuatu tentang diri-Nya. Bahkan acapkali aku tidak memberi kesempatan bagi-Nya untuk menyatakan diri. Aku hanya ingin memperkenalkan diri ku sendiri dengan mengatasnamakan pengetahuan akan Allah.














{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar