Sikap dimiliki dan dikuasai oleh Allah, mengandalkan dan menggantungkan hidup kepada Allah, juga merupakan syarat untuk menerima Yesus, ".......barang siapa menyambuat seorang anak dalam nama-Ku, ia menyambut Aku..." (Mat 18:5). Bisa pula dikatakan bahwa apabila kita beriman dalam nama Yesus, mengandalkan dan menggantungkan hidup kita sebagai anak terhadap Bapa, maka Yesus hadir dalam hidup kita. Segala kekhawatiran, ketakutan, kecemasan akan dibebaskan-Nya.
. REFLEKSI DIRI:
Pohon yang dewasa adalah pohon yang sudah berbuah. Binatang yang sudah dewasa adalah binatang yang sudah menghasilkan keturunan atau sudah bisa bertelur. Hal itu menyadarkan diriku akan kehidupan imanku sendiri. Ketika aku melihat dan mencari buah-buah yang aku hasilkan dari sikap dan perbuatan, aku mulai bisa menilai, melihat kedalam diriku sendiri adakah diriku ini sudah dewasa iman ataukan aku ini masih kanak-kanak.
Sungguh kadang aku memanang masih saja bersikap kekanak-kanakan ketika berpikir bahwa akulah yang paling benar, bahwa akulah yang lebih mengetahui dan memahami. Bahwa akulah yang paling suci. Bahwa akulah yang paling taat. Ketika pemikiran dan pendapatku diremehkan atau tidak dipedulikan orang lain maka muncul yang menolak dan tidak suka terhadap orang itu. Ketik apa yang terjadi tidak sesuai yang aku rencanakan maka aku mencari-cari sumber kesalahan lalu menumpahkan emosi pada orang yang menjadi biang keladi dari kesalahan itu. Ketika aku melihat sudara-saudara yang tidak rajin ibadat, ke gereja, aktivis gereja, bahkan rajin berdoa maka muncul lintasan menganggap iman orang itu rendah........?", padahal aku tahu iman bukan apa yang nampak di luar. Aku merasa bahwa akulah yang lebih dari yang lain, ke-aku-anku demikian menjadi pusat perhatianku. Kalau bukan aku......kalau tidak ada aku....kalau bukan karena aku......, kata-kata itu acapkali menjadi peng-awal dari setiap ucapanku pada orang lain, dsb.
Sungguh kadang aku memanang masih saja bersikap kekanak-kanakan ketika berpikir bahwa akulah yang paling benar, bahwa akulah yang lebih mengetahui dan memahami. Bahwa akulah yang paling suci. Bahwa akulah yang paling taat. Ketika pemikiran dan pendapatku diremehkan atau tidak dipedulikan orang lain maka muncul yang menolak dan tidak suka terhadap orang itu. Ketik apa yang terjadi tidak sesuai yang aku rencanakan maka aku mencari-cari sumber kesalahan lalu menumpahkan emosi pada orang yang menjadi biang keladi dari kesalahan itu. Ketika aku melihat sudara-saudara yang tidak rajin ibadat, ke gereja, aktivis gereja, bahkan rajin berdoa maka muncul lintasan menganggap iman orang itu rendah........?", padahal aku tahu iman bukan apa yang nampak di luar. Aku merasa bahwa akulah yang lebih dari yang lain, ke-aku-anku demikian menjadi pusat perhatianku. Kalau bukan aku......kalau tidak ada aku....kalau bukan karena aku......, kata-kata itu acapkali menjadi peng-awal dari setiap ucapanku pada orang lain, dsb.
Aku berharap bahwa orang yang mendegar perkataanku akan melihat aku sebagai yang lebih besar, sebagai yang lebih suci dan taat, lebih berpengaruh dan lebih berarti. Ketika aku memposisikan diri sebagai yang besar karena dorongan ke-aku-anku itulah sebenarnya aku menjadi merasa terkecil dari yang lain. Kadang pula aku mempunyai penilaian bahwa komunitasku, kelompokku, orang-orang yang beragama sama denganku, adalah yang paling unggul dan lebih dari yang lain. Bahkan aku berpikir bahwa kelompokulah yang paling berhak untuk masuk sorga. Karena pandanganku itulah aku mulai menilai dan menyalahkan kelompok lain. Mereka salah, mereka keliru, mereka tidak paham dan tidak mengerti akan sabda Allah.
Barangkali jika Yesus ada di sebelahku, Dia pun tentu akan menegurku. Dia akan menunjukkan dengan cara yang sama sebagaimana Dia mengingatkan murid-murid-Nya dahulu. Meski demikian aku yakin, bahwa ia tidak akan terus membiarkan diriku terjebak dalam pemikiran yang sempit itu. Dia akan mengutus Roh Kudus untuk memberi bimbingan kepadaku hingga aku bisa bersikap lebih dewasa. Sikap dimana aku berani untuk menjadi yang kecil, yang sebenarnya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Roh Kudus-lah yang akan membimbing aku memasuki kesadaran untuk senantiasa bertobat dan senantiasa menyadari kelemahan serta keterbatasku sebagai manusia. Roh Kudus yang menguatkan diriku untuk terus bisa bersikap pasrah serta mengandalkan peran Allah dalam kehidupanku.
Ya Roh kudus, hadirlah dan naungilah aku hingga aku bisa bersikap tulus dan rendah hati. Agar aku berani untuk menyadari bahwa aku bukanlah yang terbesar, bahwa aku bukanlah yang berdiri di puncak pemahaman namun masih berada di lembah ketidakmengertian akan diri-Nya. Bahwa masih banyak misteri yang tidak mampu aku selami dan jika aku boleh tahu sedikit mesteri-Nya, sungguh hal itu merupakan karunia yang mestinya aku syukuri dan bukan malah membuat aku menjadi tinggi hati.
Barangkali jika Yesus ada di sebelahku, Dia pun tentu akan menegurku. Dia akan menunjukkan dengan cara yang sama sebagaimana Dia mengingatkan murid-murid-Nya dahulu. Meski demikian aku yakin, bahwa ia tidak akan terus membiarkan diriku terjebak dalam pemikiran yang sempit itu. Dia akan mengutus Roh Kudus untuk memberi bimbingan kepadaku hingga aku bisa bersikap lebih dewasa. Sikap dimana aku berani untuk menjadi yang kecil, yang sebenarnya bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Roh Kudus-lah yang akan membimbing aku memasuki kesadaran untuk senantiasa bertobat dan senantiasa menyadari kelemahan serta keterbatasku sebagai manusia. Roh Kudus yang menguatkan diriku untuk terus bisa bersikap pasrah serta mengandalkan peran Allah dalam kehidupanku.
Ya Roh kudus, hadirlah dan naungilah aku hingga aku bisa bersikap tulus dan rendah hati. Agar aku berani untuk menyadari bahwa aku bukanlah yang terbesar, bahwa aku bukanlah yang berdiri di puncak pemahaman namun masih berada di lembah ketidakmengertian akan diri-Nya. Bahwa masih banyak misteri yang tidak mampu aku selami dan jika aku boleh tahu sedikit mesteri-Nya, sungguh hal itu merupakan karunia yang mestinya aku syukuri dan bukan malah membuat aku menjadi tinggi hati.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar