Karena Roh Kudus-lah yang akan membimbing apa yang pantas aku minta dan tidak, mengenai bagaimana aku meminta secara pantas dan tidak, sampai Roh Kudus pula yang akan menunjukkan kepada ku adakah permintaan ku sudah dikabulkan atau belum. Roh Kudus membimbing untuk meminta, mencari dan mengetok pintu Tuhan. Tetapi aku mencoba menilik, ketika berdoa dan memohon, aku selama ini seringkali lupa akan Roh Kudus. Aku sedemikian terpaku pada wujud yang aku mohon dan sama sekali tidak peduli bahwa Ia telah mengaruniakan Roh Kudus jauh sebelum aku meminta segala sesuatu kepada-Nya.
Aku meminta karena merasa tidak mampu memenuhi sesuatu yang aku inginkan. Jika aku mampu, untuk apa meminta? Aku memohon karena merasa tidak mampu mengatasi sebuah persoalan. Jika aku mampu mengatasinya, untuk apa aku memohon? Kemampuan diri.... Oh, inilah persoalan yang mulai kusadari. Ketidakmampuan untuk meraih, menggapai, mendapat, dan menyelesaikan dengan kekuatan dan daya upayaku sendiri.
"Kenapa aku tidak mampu?" Inilah yang membuatku berusaha lebih keras, belajar lebih tekun. Ketika kemampuan itu sudah aku dapatkan maka aku tidak minta atau memohon lagi. Lambat laun menanisme seperti itulah yang berlangsung. Semakin aku mampu, semakin Tuhan tersingkir dari kehidupan ku.
Satu hal yang kulupakan adalah, Roh Kudus yang sebenarnya memampukan untuk melakukan apapun. Roh Kudus yang mengusikku untuk berlatih dan berusaha lebih keras. Roh Kudus yang menyadarkan bahwa aku perlu bekerja keras, perlu berusaha dan berdaya upaya agar apa yang dianugerahkan Tuhan dapat kurasakan dan menjadi alasan bagiku untuk bersyukur. Pengetahuan dan kemampuan tanpa kesadaran akan Roh Kudus akan membuat aku melupakan Tuhan, tdtapi Roh Kudus akan membawaku untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Roh Kuduslah yang menuntunku. Sebelum aku meminta, sebelum aku memohon segala sesuatu, aku mau barang sejenak menengok ke arah Roh Kudus dan membiarkan Ia meminta untuk apa yang sebenarnya aku butuhkan?
(Sebuah Refleksi dari Luk 11:5-13)
Aku meminta karena merasa tidak mampu memenuhi sesuatu yang aku inginkan. Jika aku mampu, untuk apa meminta? Aku memohon karena merasa tidak mampu mengatasi sebuah persoalan. Jika aku mampu mengatasinya, untuk apa aku memohon? Kemampuan diri.... Oh, inilah persoalan yang mulai kusadari. Ketidakmampuan untuk meraih, menggapai, mendapat, dan menyelesaikan dengan kekuatan dan daya upayaku sendiri.
"Kenapa aku tidak mampu?" Inilah yang membuatku berusaha lebih keras, belajar lebih tekun. Ketika kemampuan itu sudah aku dapatkan maka aku tidak minta atau memohon lagi. Lambat laun menanisme seperti itulah yang berlangsung. Semakin aku mampu, semakin Tuhan tersingkir dari kehidupan ku.
Satu hal yang kulupakan adalah, Roh Kudus yang sebenarnya memampukan untuk melakukan apapun. Roh Kudus yang mengusikku untuk berlatih dan berusaha lebih keras. Roh Kudus yang menyadarkan bahwa aku perlu bekerja keras, perlu berusaha dan berdaya upaya agar apa yang dianugerahkan Tuhan dapat kurasakan dan menjadi alasan bagiku untuk bersyukur. Pengetahuan dan kemampuan tanpa kesadaran akan Roh Kudus akan membuat aku melupakan Tuhan, tdtapi Roh Kudus akan membawaku untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Roh Kuduslah yang menuntunku. Sebelum aku meminta, sebelum aku memohon segala sesuatu, aku mau barang sejenak menengok ke arah Roh Kudus dan membiarkan Ia meminta untuk apa yang sebenarnya aku butuhkan?
(Sebuah Refleksi dari Luk 11:5-13)
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar