Bagi orang menegah kebawah, untuk mendapatkan uang Rp 50.000,- hingga Rp 100.000,- saja harus berjemur seharian, sebagai tukang bangunan, penjaja makanan, buruh pabrik, pemulung, tukang koran, dsb. Risikonya keselamatannya pun lebih berbahaya. Jika Tuhan melihat penguasa negara menjalankan kekuasaanya dengan sewenang-wenang, pasti menagislah Ia. Banyak manusia yang menjadi korban, bukan hanya korban korupsi, melainkan korban nyawa.
Akibatnya, yang ada dalam hati manusia bukanlah rasa syukur, melainkan kemarahan; bukan pujiaan, melainkan cercaan; bukannya pengampunan, melainkan balas dendam; bukannya penyembuhan, melainkan luka; bukannya bela rasa, melainkan persaingan; bukannya kerja sama, melainkan kekerasan; bukannya kasih melainkan rasa takut yang luar biasa (Hendri J.M. Nouwen, dalam Mencari Makna Kekuasaan, Kanisius, 2000).
Bagaimana sikap para pemangku kekuasaan yang telah mendapatkan baptisan suci? Sejauh berani dibaptis ke dalam kelemahan, dan terus bergerak menuju orang-orang miskin yang tidak mempunyai kuasa, kita akan dibenamkan dalam hati Allah yang belas kasih-Nya tanpa batas. Kita akan menjadi orang-orang merdeka untuk masuk kembali ke dalam dunia kita dengan membawa kuasa Ilahi. Kuasa itulah yang dibawa oleh Yesus Kristus. Dengan kuasa itu, kita dapat berjalan di lembah kegelapan dan air mata dalam persatuan yang tetap dengan Allah, dengan kepala tegak dan penuh kepercayaan berdiri di bawah salib kehidupan. Alah menghendaki kita menjalankan kekuasaan dengan tulus, jujur dan bertanggungjawb yang dapat kita mulai dari lingkungan keluarga. Biarakan mereka yang berbuat merugikan orang banyak akan di sapa terus-menerus oleh-Nya untuk menyadari akan sikap dan perbuata mereka. Amin
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar