Minggu, 26 Oktober 2014

MENULISKAN

Kadang kumerasakan lelah untuk terus menulis dan merasa tidak yakin apakah semua ini akan berarti bagi orang lain, terutama bagi diriku sendiri. Perasaan itu datang manakala pikiran ini terasa buntu. Namun dengan berdoa, semangat untuk menulis muncul kembali. Memang kadang diriku sendiri lalai dan merasa bahwa semua ini adalah karyaku, sekaligus menasehati diri. Satu hal yang saya lupakan adalah, Dia memungkinkan semua ini bisa terjadi.

Hidup dalam kehadiran Tuhan, menjadi hidup menyenagkan. Namun tetap setia menyadari kehadiran-Nya memerlukan kesadaran akan kelemahan diri.. Buah dari kesadaran itu adalah penyertaan-Nya, sehingga bukan diriku dalam kesendirian yang berbuat dan melakukan segala sesuatu, tetapi Dia bersama dan melalui diriku berbuat dan melakukan segala sesuatu. Menjaga kesadaran mungkin akan sulit sebagai mana menyadari nafas yang di hirup dan di lepaskan. Kesadaran itu demikian mudah untuk telepas dan tertinggal begitu saja, sehingga akhirnya lebih banyak waktu yang di jalani dalam kesendirian.

Ada rangkaian kalimat yang selama ini menjadi pemicu kesadaraanku,

Aku ini apa, aku bukanlah apa-apa.
Aku ini siapa, aku bukanlah siapa-siapa.
Aku ini yang mana, aku adalah yang dikasihi Bapa
........
Terima kasih Tuhan, terima kasih atas penyertaan-Mu atas kasih-Mu dalam kehidupanku.











(Yustinus Setyanta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar