Hidup terasa memanjang. Tak berujung. Namun sesaat. Dan kita mulai enggan untuk bertanya. Kita enggan untuk mencari. Kita enggan untuk memahami. Kita mengambang tak tentu arah. Bagaikan embun yang sebentar hinggap untuk hilang menguap begitu saja. Langkah-langkah kita bersuara sendirian dalam hening. Namun hidup bagaikan nasib tetes embun yang berusia singkat. Sangat singkat. Saat sang surya terbit, menguaplah dia, melebur dalam udara yang tak nampak. Tetapi ada. Tetapi nyata. "
Sesungguhnya kesadaran kita menyembunyikan banyak hal yang kadang kala tak kita harapkan. Menyimpan banyak teka-teki yang terkadang tak kita pahami. Sebuah hidup. Sebuah teka-teki. Tetapi juga sebuah kenyataan. Walau sering tersimpan dalam kabut tebal. Kita menyimpan segala ketak-pahaman kita, segala ketak-berdayaan kita, segala rahasia diri kita, dalam sukma yang tak terjangkau dunia, bahkan tak terjangkau oleh diri kita sendiri.
Tetapi begitulah hidup. Dia ada. Dia nyata. Dia kelak akan ditinggalkan. Dalam hening, kita semua seperti embun yang mengendap, lemah tak berdaya namun indah. Menunggu sang surya terbit. Saatnya kembali menyatu ke udara lepas. Semesta yang luas ini. Betapa tak terpermaikan. Betapa tak terucapkan. Elusan angin lembut mengelus pipimu. Suara air yang sayup mengalir. Udara dingin yang menyentuh kulitmu. Lembut. Indah. Nyaman. Dan itulah hidup. Inilah hidup.
Yusinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar