Kamis, 03 April 2014

SEKILAS TENTANG MEDITASI

Ada satu cerita dari arsip yang pernah saya baca, sekitar beberapa tahun yang lalu. Seorang aktivis, pakar dan dosen ilmu politik di jawa Tengah diundang untuk memberikan ceramah oleh komunitas para rahib (Trappist) yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Mereka pertapa, dengan demikian seluruh hidupnya diabdikan untuk doa dan karya dalam diam. Tentu saja pakar politik ini terheran-heran dan bertanya, "Apa hubungan panggilan hidup mereka dengan keilmuan dan pekerjaan ku ini?" Jawaban pemimpin biara ini sangat mencerahkan pakar yang mengaku diri sebagai seorang humanis tak beragama ini. "Kami menundang Anda untuk berbagi dan berdiskusi tentang apa apa yang sedang berlangsung di dunia. Dengan ini, kami bisa berdoa, bermeditasi dan berkontemplasi dengan baik tentang dan untuk dunia ini. Kami ingin menjalin relasi bukan dengan Tuhan yang abstrak, melainkan Tuhan yang sedang bergumul di tengah-tenah dunia sekarang dan di sini."

Apa berbedaan antara doa lisan, meditasi dan kontemplasi? Dalam tradisi kristiani, semuanya menyangkut kemunikasi dengan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, salah satu atau dua atau ketiganya sekaligus. Semuanya adalah doa yang merupakan elemen sangat penting dalam hidup beriman. Pertanyaan klasik iman Kristen adalah lex orandi, lex credendi (hukum iman adalah hukum doa). Secara konvensional, perbedaan itu terletak pada hieraki. Doa Lisan adalah doa yang paling dasar. Tahap doa sesudahnya adalah meditasi, dan akirnya level paling tinggi sekaligus paling mendalam adalah kontemplasi. Dalam pengertian baku, meditasi adalah doa renungan yang menggunakan daya pikir dan rasa yang aktif hendak memahami sebuah perikop Kitab Suci, tentang kehidupan dalam satu kesatuan relasi dengan Tuhan. Meditasi akan melahirkan perasaan-perasaan seperti bahagia, syukur atau sesal di hadapan-Nya. Sementara kontemplasi dikatakan sebagai aktivitas doa yang tidak dicari lewat kekuatan rasa atau pikiran. Ia adalah proses perjalanan menuju Tuhan. Kontemplasi, ibarat spon, mengandaikan sikap menunggu, tetapi aktif dan terbuka, masuk ke dalam pengalaman gelap dan terang, manis dan pahit dalam Tuhan. Ia melihat dan mendengarkan Tuhan yang sedang bekerja dan berbicara. Meski hirarki doa itu boleh digunakan sebagai rumusan dasar, tetapi dalam pemahaman riil ini kerap tidak berlaku. Dalam praktik doa, pemisah-misahan kaku semacam itu tidak ada. Sulit untuk memisahkan dan membedakan antara meditasi dan kontemplasi.

Meditasi dan kontemplasi memiliki sejarah panjang berabad-abad. Sudah sejak abad keempat, para pencari kedamaian batin pergi ke gurun-gurun pasir di mesir dan palestina. Mereka mencari dan menemukan Allah dengan doa terus menerus. Inilah cikal bakal wujud meditasi dan kontemplasi yang kita kenal sekarang ini. Sekian abad lalu mereka bermeditasi untuk meninggalkan dunia fisik dan material yang dianggap buruk. Bermeditasi sekarang ini berbeda. Kita bermeditasi - mengambil inspirasi jawaban para rahib di Jawa Tengah di atas - agar dapat bekerja dengan lebih baik di dunia ini dan menyucikanya.




Daftar isi
Buku : Meditasi Sebagai Pembebasan Diri.
Penulis : J. Sudrijanta SJ. Kanisius, Yogyakarta, 2011



Yustinus Setyanta
Jogja


Tidak ada komentar:

Posting Komentar