Sabtu, 05 April 2014

BAHAGIA

Acapkali manusia bertanya-tanya mengenai arti “Bahagia”. Bagahagia itu apa sih? Bagaimana manusia bisa merasa bahagia, bagaimana manusia bisa menentukan “rasa” bahagia? Saya pun juga tak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Ada banyak kutipan-kutipan yang sekedar lewat mengenai kebahagiaan. “Kebahagiaan itu sesuatu yang harus kita cari sendiri” atau “Kebahagiaan itu sesuatu yang datang dari Tuhan yang harus kita sadari sendiri” dan semacam itu lah yang sering kali saya temui.

Bahkan status-status up-date-an teman-teman saya bilang “Nonton film sambil makan keripik, ternyata bahagia itu sederhana” atau “Dapet sms dari si-anu, adduh bahagianya” atau juga “ketika bahagaia itu begitu sederhana, kaya pulang-pulang lagi laper tau-tau ada makanan di meja makan”. Hal-hal yang ternyata sederhana itu bisa menjadi pemicu kebahagiaan.

Seperti saya sering merasa “bahagia” ketika saya bisa menikmati waktu-waktu yang bergulir, menikmati waktu untuk diri saya sendiri. Walau hanya sekedar menonton film Chinise alias jet lee, kung fu di laptop sambil makan lalapan atau katalain tempe penyet, buat saya itu juga sudah menjadi kebahagiaan tersendiri.

Kadang juga saya sering menjumpai orang yang tidak terlihat bahagia, seperti para pengemis di jalan, para anak-anak yang ngamen di jalan. Bagi saya sebagai orang luar tentunya keadaan seperti itu, bukanlah sesuatu yang bisa membahagiakan. di saat saya bisa bersantai-santai dengan indahnya di rumah, ada orang-orang yang harus luntang lantung di jalan mencari uang demi mengganjal rasa lapar di perut. atau demi membayar uang sewa kontrakkan yang kian membengkak.

Saya pernah iseng bertanya kepada seorang penjual nasi goreng di yogya

“pak, ini jualan tiap hari ya?”

“Iya mas”

“bapak jualan setiap malam saja?”

“Ngak mas, saya pagi bantu istri jualan di pasar, malam saya dagang keliling”

“Susah ya pak….”

“Ngak juga mas.. saya sih nikmatin aja mas. kalo saya mikirnya susah-susah melulu ntar saya ngga' bisa ngerasain bahagia mas”

kontan saya merasa heran. di kehidupannya yang seperti itu, bapak itu masih mau merasa bahagia, dengan cara mensyukuri apa saja yang ia punya.

saya pun jadi kepikiran, apakah salah satu bentuk bahagia adalah dengan mensyukuri apa yang kita punya? tentu saja saya tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu, la wong saya aja kadang-kadang masih suka galau hehehhee......beberapa orang ukuran “kebahagiaan” itu berbeda. begitu pulaa dengan saya pribadi. perasaan bahagia yang seperti apa yang diinginkan manusia pada umumnya saja sudah tentu berbeda.

akan tetapi, jikalau rasa “bahagia” ditentukan dengan cara mensyukuri apa saja yang kita punya, tentu saja setiap manusia tidak akan pernah merasa bahagia. bagaimana mau bahagia? manusia saja selalu mempunyai sifat “tidak pernah puas” terhadap sesuatu, bahagiamana ia bisa mensyukurinya? sebelum manusia mencari arti kebahagiaan, bukankah ia terlebih dahulu belajar bagaimana caranya mensyukuri sesuatu?

Kalau saja manusia diberitahu bagaiman acaranya mendapatkan kebahagiaan dengan mudah, tentu saja nilai kebahagiaan tidak akan pernah se-mahal ini. kadang pula saya membaca majalah, yang dimana orang-orang berani membayar mahal agar ia bisa merasa bahagia. Kembali ke-keadaan semula, kebahagiaan itu sesuatu yang harus dicari sendiri, sama seperti harga diri, kebahagiaan bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang. Yang bisa membuat kita bahagia tentu saja diri kita sendiri, bukan orang lain, bukan uang dan bukan siapa-siapa.

Mari kita temukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang mungkin nanti bisa berkembang menjadi besar. toh, merasa teralu bahagia juga belum tentu baik bagi mental anda.

Jangan tunda lagi untuk mencari kebahagiaan anda, anda yang tentukan, anda yang ciptakan, anda pula yang menikmati.


Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar