Selasa, 01 Juli 2014

SEBATANG AKAR

Ialah sebatang akar...
Ia tak punya mahkota layaknya bunga...
Warna pun tak menarik untuk disanjung dan dipuja...
Bahkan aroma tubuh pun tak pernah sewangi sang bunga...
Yang sanggup memikat lebah, kumbang, burung kecil pengisap madu dan juga manusia....

Ia memang bukan bunga...
yang dapat meliuk gemulai seiring dengan terpaan angin...
lepaskan segenggam penat jagad nan padat...
Ia bukan bunga yang kerap menjadi sumber inspirasi bagi para pengagum seni.
Ia tumbuh tak pernah seperti kelopak bunga....
Berwarna cantik, menebar wangi, dan mengundang kupu-kupu....

Ialah akar...
Tertimbun dibawah tanah, dan diatas sana ribuan kaki menginjak tanpa kenal sopan santun...
Jangankan untuk memuji wajahnya, melirik saja pun tidak
Ia memang tak kelihatan...
Bahkan kadang, waktu sepertinya terlalu sempit untuk sekedar menganggap ada....
Ia nyaris terlupakan.

Ia memang hanya akar...
Ya, akar !!! Tubuh terdiri dari bulu-bulu halus detektor...
Yang mendeteksi keberadaaan air dan zat hara yang ada di dalam tubuhnya
Juga pembuluh-pembuluh yang bertugas menghantarkan zat hara, untuk kemudian dimasak pada klorofil daun dalam proses fotosintesis, lantas hasil masakannya kelak diedarkan keseluruh organ tubuh, hingga sang pohon dapat bertahan hidup.

Ialah akar...
Tak perlu menjadi daun ataupun bunga, karena Ia adalah akar !!!!
Meski kumbang dan kupu-kupu itu tak pernah menghampirinya...
Tak pula pernah mendengar sekelumit pujian untuknya...
Tapi telah puas menjadi akar....
Akar yang selalu mencari air untuk daun dan bunga...
Bahkan air itu untuk kelanggengan usia sang pohon...
Bukan hanya air setetes, melainkan sedanau, bahkan kalau bisa seluas samudera raya....
Setiap hari ia jalani tugas mulia ini dengan tulus, kiranya selalu ada kabar gembira bagi daun dan bunga...
Sehingga bisa di titipkan girat senyum gembira untuk awan putih dan langit tinggi....
Sampaikanlah salam manis buat semilir sejuk dan kupu-kupu cantik itu
Dariku : Akar

Setiap kita, sudah barang tentu ingin tampil semolek bunga, atau seminimal seperti daun! Kita ingin selalu berkedudukan tinggi, harapan beragam pujian dalam setiap sisi kehidupan, hingga nama kita bagai semerbak bunga-bunga yang harum itu. Atau minimal seperti daun, yaitu sebagai pendamping sang bunga!! Mungkin hanya satu dari seribu, kita yang rela menduduki posisi akar, jauh terdesak dalam pengapnya tanah, diinjak-injak, tidak dipuja, bahkan tidak disebut-sebut namanya. Selain itu, kewajibannya cukup berat bagaikan kuli bawahan yang mencari dan mengangkut air.

Padahal sadar atau tidak, diam-diam manusia akar, yang tengah meracik harum kasturi segar, memoles bentuk mahkota indah, mengundang kupu-kupu surga, serta mempersiapkan pujian Mahatinggi, yang dapat diperoleh siapapun selain dirinya sendiri, karena telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk bermanfaat bagi daun dan bunga, bahkan seluruh pohon!! Serta dengan segenap karya, tanpa menuntut popularitas dan tanpa pamrih. Dengan kata lain melakukannya dengan total ikhlas kepada Allah Bapa.


Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar