Kamis, 24 Juli 2014

PENABUR

(Matius 13:1-9)

Refleksi: Aku? Aku seorang penabur? Ah...bercanda...lu! Mana mungkin aku menjadi penabur yang Dia maksudkan? Tetapi soal muri, aku memang murid-Nya, setidaknya demikianlah aku selalu menempatkan diri, dan selalu kuyakini bahwa aku adalah murid-Nya. Kalau tugas utama seorang murid adalah mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat donk..., itu pasti. Yang selama ini tak pernah terpikirkan adalah, bahwa Kerajaan Sorga itu sama juga artinya dengan menjadi penabur. Sebagai penabur, tak mungkin jika aku hanya berkutat di dalam dan tidak mau keluar. Sebagai penabur tidak mungkin aku menaburkan benih kepada sesama penabur, sehingga kami saling melempar benih satu sama lain. Sebagai penabur tidak mungkin aku hanya diam di dalam dan takut untuk keluar. Tapi kenyataanya memang demikian, aku takut keluar. Aku kuwatir bahwa benih yang aku taburkan hanya akan sia-sia belaka. Paling juga nanti dimakan burung, nanti menyelip diantara bebatuan, atau tergencet oleh smak duri. Bukankah akan sia-sia saja aku melakukannya? Rupanya pikiranku sama juga dengan teman-teman penabur yang lain, maka ketika keluarpun kami menuju ke ladang yang sama. Nah di ladang yang tidak seberapa luas itu kami menabur dan berusaha jangan sampai yang kami taburkan terbang keluar. Jadilah diantara kami saling menabur satu sama lain.

Menggelikan? Ya.....memang sangat mengelikan jadinya. Maka kuputusankan untuk berani keluar. Aku tidak lagi berpikir benih itu nanti akan jatuh ke mana. Aku hanya berharap bahwa diantara yang dimakan burung, yang jatuh bebatuan, atau yang jatuh di semak duri itu, masih ada juga yang jatuh di tanah yang subur. Entah tanah yang subur itu milikku atau bukan, yang penting aku menaburkan benih. Setidaknya tempat jatuhnya benih itu bisa menjadi bahan refleksi bagi diriku sendiri. Apakah hatiku itu serupa tanah berbatu, ataukan serupa semak belukar.




Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar