Senin, 21 Juli 2014

RINTIK-RINTIK GERIMIS DI SORE HARI


Rintik-rintik gerimis di suatu sore. Dingin. Secangkir kopi hitam yang mengepul. Diana Krall menyanyi dari speaker. Diseling suara guruh yang memekakkan telinga. Di luar langit sangat kelam. Tetapi entah mengapa, aku ingin bernyanyi tentang dedaunan yang basah. Tetesan air di dahan dan ranting. Tentang kehidupan yang jauh terlupakan di sudut dunia nan terpencil. Dan rasa sunyi yang memenuhi udara. Serta perasaan yang bergumpal dalam pikiran. Mengalir dalam waktu. Mengalir bersama waktu. Mengalir....

Bagaikan air yang tergenang memenuhi halaman depan rumahku, pikiranku mengalir kemana rasa hati membawanya pergi. Berhembus bersama angin yang bertiup. Dan lagu. Dan musik indah ini. Hidup bagaikan mimpi yang berputar dalam lelap bumi. Bagaikan mimpi yang muncul dari kegelapan sambil menjinjing harapan yang tak terpenuhi. Sebentar lagi hari akan malam. Tetapi besok segera pula tiba. Hari pergi dan datang. Hidup ini bagaikan tarian sang lagu yang kadang lambat dan kadang cepat tetapi takkan pernah ingin kuhentikan. Karena dia indah. Sungguh indah.

Alam adalah misteri. Ia menyimpan masa lalunya dalam kesadaran. Ia menampakkan kekiniannya dalam perasaan. Ia menyembunyikan masa depannya dalam impian. Dan semuanya membawa impian akan hidup pada satu titik utama: harapan. Yang mana, tanpa itu, semuanya terasa sia-sia. Rintik-rintik gerimis di sere hari. Dingin. Secangkir kopi hitam. Irama musik. Suara guruh. Jalanan lengang. Tetapi inilah hidup yang di sadari. Inilah hidup yang nyata.


Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar