Senin, 28 Juli 2014

LEBARAN

Lebaran itu dirindukan. Sekaligus menyenangkan dan mengenyangkan. Setiap lebaran, mungkin slalu berarti saat untuk berkumpul dan bercengkerama kembali dengan keluarga yang selama setahun seakan-akan terlupakan. Mengunjungi kerabat atau tetangga kanan-kiri yang merayakan lebaran. Saat untuk saling menyapa sekaligus untuk kembali menegaskan bahwa walau ada perbedaan, kita semua adalah satu. Dan tetap satu.

Maka dalam situasi dimana hampir setiap saat kita membaca tentang pertentangan antar agama, antar suku dan antar keyakinan, ternyata bahwa, acapkali yang menjadi berita utama hanyalah sebuah noktah kecil di area yang luas, amat luas. Bahkan acapkali tak terasakan di dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar dari kita. Apa artinya perbedaan dalam hubungan antar kekerabatan. Antar manusia. Tidakkah setiap saat kita masih dapat tertawa lepas, berbincang hingga tanpa menyadari adanya perbedaan satu sama lain.
Yah, lebaran adalah saat untuk merefleksikan diri bahwa walau hidup dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda-beda, walau situasi yang di hadapi setiap hari dan setiap saat berlain-lainan, kita semua tetap hanyalah manusia yang punya keterbatasan. Kita semua memiliki awal dan akhir. Dan di suatu ujung nanti, kita akan menuju ke alam baru dimana yang ada hanyalah keabadian dan ketunggalan tanpa diperhitungkan siapa, apa dan bagaimana kita jalani hidup ini. Di ujung itulah, kita akan mempertanggung-jawabkan apa yang telah kita lakukan, bukan siapa dan bukan apa yang kita miliki.
Sebagai insan yang rapuh, yang tak luput dari salah, walau sering merasa sekuat baja, tentunya juga harus menyadari keterbatasan diri. Keterbatasan kekuasaan-kekuatan dan kekayaan. Sebab manusia bukan hidup untuk itu. Tidak, bukan untuk itu. Tetapi demi dan terutama untuk saling mempertautkan diri, saling bermanfaat dan saling memahami kelemahan masing-masing. Dan ketika saat ini lebaran tiba, inilah saatnya untuk membuang segala kebebalan dalam memandang kehidupan sebagai sekat-sekat yang pasti. Kamu. Aku. Kami. Mereka. Kalian. Semua hanya kata dalam dunia yang tak punya arti saat kelak kita semua menyatu di alam keabadian. Di hadapan Sang Pencipta hanya akan ada kita. Yah, kita semua. Maka saat lebaran, saat aku berkumpul bersama keluarga yang berbeda keyakinan, dan saling berseloroh tentang apa saja, menertawakan satu sama lain termasuk menertawakan diri sendiri, bukankah perbedaan itu bukan sebuah kutukan melainkan sebuah anugerah yang harus kita terima, kita jalani dan kita manfaatkan demi memuliakan nama-Nya. Karena untuk itulah kita diciptakan.


Jadi bukan dengan perasaan tertekan karena harus saling mengunjungi, tetapi dengan semangat bahwa hari lebaran ini tali persaudaraan disatukan kembali. Saling bersilaturahmi. Saling bercanda. Bahkan mungkin saling menikmati santapan yang enak dan mengenyangkan perut sekaligus jiwa kita.

Selamat merayakan hari raya Idul Fitri 14.... H.
Mohon maaf lahir dan batin kepada semuanya.





Yustinus Setyanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar