Santo Paulus yang kerap mempertentangkan antara 'daging' dan 'roh' (bdk Gal 5:17; Rm 7:14-23) juga tidak pernah mengangap bahwa tubuh otomatis koruptif dan menjadi 'sarang dosa'. Dalam tradisi antropologi kristiani, manusia, meski bisa dilihat dari berbagai aspek, tetaplah merupakan satu kesatuan yang utuh. Tidak pernah secara simpatik Gereja menganggap aspek yang satu lebih rendah atau lebih tinggi dari lainnya.
Tubuh yang sehat adalah anugerah Allah. Hidup yang panjang, dalam Kitab Suci, dianggap sebagai berkat (Mzm 91:16; Kel 20:12; Ef 6:2 dst). Tetapi, kehidupan yang dianugerahkan pada manusia bukan hak di dalam dirinya sendiri, melainkan harus diletakkan dalam praktik pengabdian dan misi. "Tidak ada orang yang hidup untuk dirinya sendiri..... Jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan." (Rm 14:7dst).
Perlu diingat, Gereja mengajari kita untuk percaya bahwa hidup di dalam dirinya sendiri tidak pernah dianggap sebagai nilai tertinggi. Kristus mengajari kita, ada masa bahkan kita kita harus memeluk dan mencintai 'penderitaan dan kematian'. Jika hidup menghalangi manusia untuk dekat dengan Kristus, kita harus 'membenci hidup' (Lk 14:26; Yoh 12:25). Cita-cita hidup sehat selalu harus diletakkan demi dan untuk cinta yang lebih besar.
Hidup bagaimanpun adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga. Ada kewajiban yang dimiliki setiap orang untuk menjaga hidup supaya tetap sehat. "Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat." (Ef 5:29).
Perlu diingat, Gereja mengajari kita untuk percaya bahwa hidup di dalam dirinya sendiri tidak pernah dianggap sebagai nilai tertinggi. Kristus mengajari kita, ada masa bahkan kita kita harus memeluk dan mencintai 'penderitaan dan kematian'. Jika hidup menghalangi manusia untuk dekat dengan Kristus, kita harus 'membenci hidup' (Lk 14:26; Yoh 12:25). Cita-cita hidup sehat selalu harus diletakkan demi dan untuk cinta yang lebih besar.
Hidup bagaimanpun adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga. Ada kewajiban yang dimiliki setiap orang untuk menjaga hidup supaya tetap sehat. "Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat." (Ef 5:29).
Gerakan Hidup Bersih dan Sehat, dengan demikian, adalah gerakan iman. Tetapi, ajaran tradisional kita sudah mengatakan, "Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia". Salah satu wujud konkret dari gerakan iman tersebut adalah kepedulian pada sampah. "Taruh Sampah Jadi Berkah" adalah tantangan di bidang sosial, ekonomi, kebudayaan-mental serta ekologi secara bersama-sama.
Konsep sehat dalam Gereja tidak dibatasi pada tubuh biologis saja. Kesehatan jiwa dan pikiran bahkan tidak kalah penting. Upaya mengusahakan keduanya secara bersama-sama bahkan menjadi syarat berhasilnya. Salah satu membangun sikap sehat jiwa dan spiritual adalah pertobatan. Orang sampai pada kesadaran melihat bahwa ada yang keliru selama ini, dan perlu membuat perubahan. Jadi Peduli Sampah dikategorikan sebagai sebuah gerakan ekologis, segala upaya teknis-ekonomi harus diserti dengan pertobatan batin dan religius. Pertobatan ekologis harus menyertai setiap upaya untuk berdamai dengan ciptaan.
Tobat (Tobat berarti manusia menerima dan menanggapi undangan Allah untuk berkarya bersama-Nya. Tobat bukan berarti mausia jera, dan tidak melanggar perintah Allah lagi. Akan tetapi berarti manusia menanggapi undangan Allah yang mengandung kegembiraan pesta, usaha/jerih payah untuk memulihkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama. {MB - Rekonsiliasi; Hal 223} )
Tobat (Tobat berarti manusia menerima dan menanggapi undangan Allah untuk berkarya bersama-Nya. Tobat bukan berarti mausia jera, dan tidak melanggar perintah Allah lagi. Akan tetapi berarti manusia menanggapi undangan Allah yang mengandung kegembiraan pesta, usaha/jerih payah untuk memulihkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama. {MB - Rekonsiliasi; Hal 223} )
Yustinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar