Minggu, 01 Juni 2014
CERPEN : SAPU LIDI
Sebatang lidi terlepas dari ikatan sapu saat sedang dipergunakan oleh Pak Lukas untuk menyapu halaman rumahnya di pagi yang berselimut mendung tebal itu. "Tolong... Tolonggg....aku, Pak Lukas. Satukan kembali aku dengan kawan-kawanku! Aku takut sendirian...!" teriak sebatang lidi yang tergeletak di halaman rumah Pak Lukas. Ah, tapi mana mungkin Pak Lukas bisa mendengar teriakan lidi itu? Menit berikutnya, Pak Lukas langsung tergesa masuk ke dalam rumahnya karena gerimis tiba-tiba meluncur dari langit. Sebatang lidi itu terus berteriak minta tolong agar dipersatukan kembali dengan kawan-kawannya yang berjumlah lebih dari seratus buah dan di pangkalnya terikat tali yang terbuat kulit pelepah daun kelapa yang sudah dikeringkan.
Namun sebatang lidi itu lekas tersadar bahwa sekencang apa pun ia berteriak. Pak Lukas tak akan pernah bisa mendengar. Ia lantas memanggil kawan-kawan sesama lidi yang terikat menjadi sebuah sapu yang baru saja diletakkan Pak jamal di emperan rumah. "Tolong aku, kawan, aku takut hujan. Aku takut kedinginan" teriak lidi memelas. "Lidi, bertahanlah, aku yakin nanti Pak Lukas akan memungutmu dan menyatukan kembali bersama kita," teriak salah satu lidi yang tersimpul di sapu lidi itu, berusaha menghiburnya. "Iya, teman. Pak Lukas pasti akan menemukanmu," teriak lidi yang laim mencoba menularkan semangat agar jangan menyerah.
Lap! Jelegerrr!! Tiba-tiba kilat membelah langit diiringi gelegar guntur yang memekakkan telinga para penghuni bumi. Lidi yang sekujur tubuhnya telah basah kuyup itu terlonjak kaget. Selanjutnya ia hanya bisa menangis karena ketakutan. Tubuhnya gemetar. "Ya, Tuhan. Lindungilah kawanku yang malang itu." gumam salah satu lidi yamg berada dalam ikatan sapu dengan air mata berlinang. Sementara hujan terus mengguyur bumi dengan deras. Sesekali petir dan guntur saling bersahutan, menambah suasana kian terasa mencekam. Hingga sebatang lidi yang semula berada di tengah halaman akhirnya hanyut terbawa arus air yang mengguyur.
Toloonggg....! Teriak lidi saat tubuhnya terbawa arus hujan. "Bertahanlah pada batu besar yang ada di depanmu itu," teriak lidi yang berada di ikatam sapu dengan cemas. Sebagian kawan sesama lidi hanya bisa menangis dan menjerit-jerit tak kuasa melihat sahabatnya yang tengah di bahaya. Sebagian terlihat memamjatkan doa agar sahabatnya itu bisa selamat dari arus banjir untunglah, arus hujan itu akhirnya memgantarkan didi tersebut pda sebuah batu besar yang kemudia menopang tubuhnya dari arus deras yang harus mengalir hingga bermuara di sebuah sungai lebar dan keruh. "Tenang, lidi. Jangam menangis terus, aku akan menopangmu hingga hujan berhenti dan Pak Lukas akan kembali menemukanmu," hibur batu besar hitam yang langsung menopamg lekujur tubuh lidi yang terus menangis ketakutan.
"Aku....aku takut sekali. Aku taku terbawa arus sungai deras itu," ucap sapu lidi terbata-bata, sementara pandangannya menatap ngeri ke arah sungai yang hanya beberapa sentimeter dari sebelah batu besar itu. Ya, rumah Pak Lukas memang berada di pinggir sungai besar. Selama ini, Pak Lukas memang terkenal baik hati dan peduli dengan lingkungan sekitar. Pak Lukas selalu memberi teladan bagi orang-orang di kampungnya agar membiasakan hidup bersih, untuk membuang sampah pada tempatnya, karena bisa mengakibatkan banjir dan menimbulkan wabah penyakit.
"Tenang, aku akan memegangi tubuhmu, agar air hujan tak membawamu menuju sungai itu," kata si batu seraya memegangi kuat-kuat lidi yang sekujur tubuhnya gemetar. Satu jam kemudian, hujan pun berhenti. Lidi langsung mengucapkan kalimat syukur karena bisa terbebas dari genangan air hujan yang nyaris membuatnya hanyut terbawa air sungai yang deras. Lidi juga mengucapkan terima kasih pada batu besar hitam yang telah menyelamatkannya.
"Hek!, lidi, lihatlah!" teriak si batu, membuat lidi yang sedang melamun kaget dibuatnya. "Ada apa, batu yang baik? Tanya lidi dengan raut heran. "Itu Pak Lukas datang. Sepertinya ia melihat keberadaanmu," ujar batu besar dengan wajah riang. Lidi lekas memalingkan wajah ke arah Pak Lukas yang sedang mendekati dirinya. Lidi yang semula terliha sedih, kini berubah riang.
"Ya, Tuhan. Semoga saja Pak Lukas akan memugutku dan kembali menyatukan dengan kawan-kawanku, agar aku bisa membantu membersihkan halaman rumahnya setiap hari," doa lidi dalam hati. Ternyata doa lidi langsung dikabulkan Tuhan. Pak Lukas melihat keberadaan dirinya dn langsung memungut untuk di satukan kembali dengan ratusan lidi yang terikat dalam sapu lidi itu. Namun sapu itu mempunya gagang panjang yang dinamakan sapu egrang. ***
Sekian.
Oleh :Yustinus Setyanta
: Jogja
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar