Memang, acapkali hidup terasa menjemukan. Baik saat dipenuhi kegiatan, terlebih saat lowong dan tak tahu apa yang harus di buat, walaupun itu mempunyai penghasilan untuk menghidupi diri. Perasaan jemu dan hampa membuat bingung, bimbang dan bahkan membuat emosi hati, sulit untuk dapat mendengarkan orang lain. "Apa gunanya hidup ini"... "kenapa segala apa yang dikerjakan terasa tanpa arti dan samasekali tak berguna?"..."Apa yang dibuat seakan tak punya arti." Kehilangan makna, tak tahu apa yang dicari, apa yang diinginkan dan apa yang dihadapi. Gagal memahami situasi karena hanya ingin dipahami dan ingin mencapai semuanya yang di kehendaki tanpa menyadari bahwa, salin diri sendiri, ada banyak keterkaitan satu sama lain dengan sesama dan dunia seputar diri. Berpikir hanya diri sendirilah yang mengalami, dunia hanya milik diri sendiri, padahal, bukankah ada sedemikian banyak kehidupan nyata di luar sana yang bergerak dan berdenyut setiap saat di seputar kita. Bukankah kita yang adalah manusia hanya setetes air dalam samudera kehidupan ini? Kehidupan yang nampak demikian raksasa dan menakjubkan, namun juga sedemikian rapuh dan kecil, pernahkah menyadari hal itu.
Memang, acapkali hidup terasa menjemukan. Lalu ingin melarikan diri dari gejolak kekosongan tersebut, ingin menyembunyikan kenyataan yang mendera, larut dalam mimpi-mimpi semu bersama dunia gegap gempita yang dapat membuat melupakan perasaan jemu itu. Tetapi ternyata, yang di temukan hanya impian sesaat. Ketika semuanya usai, dan masuk kembali dalam kenyataan, semua kembali seperti semula. Berputar bagai gasing, mengulang kembali proses pelupaan diri itu sambil, secara sadar dan tak sadar, melukai hidup sendiri.
Bukankah hidup ini adalah suatu proses yang bergerak terus menerus. Berjalan menempuh waktu yang tak bisa di tolak, dan tak mungkin balik langkah. Dan ada ujung yang demikian pastinya, suatu titik dimana berawal dan kelak akan berakhir. Dalam garis perjalan itulah, kita ada, dan menikmati keberadaan. Jadi, jika memiliki titik awal dan titik akhir masing-masing, yang bisa di lakukan hanya menikmati kegembiraan keberadaan kita di dunia ini. Sesungguhnya, ada banyak hal yang bisa kita rengkuh, kita kerjakan dengan senang hati, namun acapkali luput dari pandangan. Hal-hal sederhana, sesuatu yang indah dan urni, namun karena sempitnya pemikiran, sesaknya hati, sibuk dengan suasana hatinya sendiri sering di lupakan dan bahkan malah tak pernah memperhatikannya sama sekali.
Ada keindahan alam semesta. Ada keindahan dan keharuman bunga-bunga yang mekar mewangi, dedaun yang menguning lalu gugur dari tangkai pepohonan yang ada depan kita. Ada suara angin yang lirih berhembus dan menggerakan daun di pepohonan. Ada keceriaan anak-anak yang berlari-larian seakan tak ada beban yang tanggung. Ada suara percikan air dari keran yang mulai dibuka untuk mengisi bak mandi. Ada suara desis api dari kompor yang dinyalakan untuk memanaskan dan memasak masakan. Ada kokok ayam jantan di saat fajar mulai menyingsing. Ada banyak hal positif yang dapat diperhatikan dan justru bisa menginpirasi hidup ini. Saat itu, ya saat itulah, kehidupan mulai berjalan dengan pasti. Apa yang ada di depan mata kita adalah suatu kenyataan hidup, suatu proses dari keberadaan kita itu. Tetapi, kok sering terperangkap dalam pikiran sendiri, perasaan keterkurungan, menolak kegembiraan dunia saat merasa didera sakit hati, dicemoohkan serta disudutkan seorang diri. Apakah alam dan Tuhan merasa bosan dengan rutinitas itu? Tidak! Tidak kan. Mau menikmati proses itu, apa yang setiap hari di alami? Detail kecil dari hidup ini. Mosaik kecil dari manusia. Rasa, rasakan dan nikmati betapa hidup ini berjalan dengan teratur dan rapi setiap hari, setiap saat, tanpa pernah merasa jemu dengannya. Hanya kitalah yang adalah manusia yang dapat merasakan kejemuan, alam tidak, Tuhan tidak.
Memang, tak dipungkiri acapkali hidup terasa menjemukan. Dan menyesakkan jiwa. Namun apabila mau memandang, melihat detail-detail kecil dari prosesnya kehidupan. Kita, insan yang rapuh dalam raga, tetapi kuatlah dalam jiwa, sebab kita ada, bukan untuk ditaklukkan terutama ditaklukan oleh diri kita sendiri. Kita ada untuk menaklukkan dan menguasai keberadaan diri kita sendiri. Menaklukan segala hasrat dan keinginan diri kita sendiri. Cari dan temukan diri kita, maka kita akan menemukan dunia.
Menemukan dunia.
"......carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)
Yustinus Setyanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar