Minggu, 01 Juni 2014

CATATAN BUDAYA ( TEATER UNTUK INDONESIA RAYA )

    Para koruptor, pembunuh bayaran dan pelaku kejahatan kelas kakap lainnya yang merugikan banyak orang ternyata bukan awak teater atau dramawan yang kita kenal. Maka bisa dibilang teater/drama menjadi salah satu alat ampuh rem bagi orang yang ingin berbuat jahat yang merugikan banyak orang.

     Negara Indonesia yang memiliki tujuan seperti yang tercantum dalam pembukan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi, "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa dam Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka kejiatan teater/drama bisa sebagai pemantik untuk membuat arah yang benar tercapainya tujuan negara kita tersebut.

     Cara mencapai tujuan negara (tercapainya Indonesia Raya) oleh bangsaku rakyatku semuanya, sesuai dengan isi Lagu Indonesia Raya adalah dengan bangunlah badannya untuk Indonesia raya, maka point untama membangun adalah jiwa kita.

     Kegiatan berteater/bermain drama juga punya andil besar dalam membangun jiwa yang manusia, melalui penanaman naskah-naskah yang dibaca maupun dikakoninya. Ternyata bermain drama menurut Kelompok Musik Kampungan (Bram Mahakeum) adalah cewek-cewel bermain drama, cowok-cowok bermain drama, teman-teman bermain drama, bapak ibu bermain drama, apakah Tuhan bermain drama.....dan seterusnya, samapai akhirnya tersimpulkan semua manusia berman drama, kecuali Tuhan.
Artinya, hidup sempurna adalah denkat dengan Tuhan, yakni tidak ada kepura-puraan dalam melakoni hidup sesuai garis atau kehendak Tuhan yang memang serius sebagai drama sesungguhnya. Bermain drama sebagai bagian dari pencarian menemukan hidup baik, maka jelas teater punya andil besar dalam kebanunan jiwa kemanusiaan kita.

     Taufik Ismail pun melalui volis God Bless, ahmad albar menyanyikan dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah, kisah mahabrata atau tragedi dari Yunani, setia kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan, ada peran wajar ada peran berpura-pura, mengapa kita bersandiwara. Artinya, dunia sebagai satage, maka hidup yang ada dalam panggung adalah tinggal memilih mau berperan hidup wajar, atau berpura-pura. Karena teater/drama dalam pembelajaran adalah proses memilih hidup baik, maka peran hidup wajar (manusia) mestinya yang akan menjadi pilihan para aktivis teater/drama dalam melakoni hidup.

Rem Pakem
    Secara etimologis, teater adalah the atron (Yunani) bermakna tempat untuk menonton dan sekarana maknanya adalah seni pertunjukan, lalu drama adalah draomai (Yunani) bermakna berbuat, berlaku, bergerak, bertindak dan sekarang maknanya adalah tontonan/dengaran dari bahan sastra (naskah), tak pelak hal tersebut menjadi piranti penting setiap orang (Indonesia) untuk memasuki area tersebut jika ingin punya 'rem pakem' bagi orang-orang yang ereksi pada setiap perbuatan 'jahat' yang merugikan banyak orang lain dalam napas panjang atau pendek kehidupan masing-masing.

     Bicara Indonesia dalam peta teater/drama/sandiwara tidak harus hanya bicara kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Surabaya saja, maka menjadi sah pula ketika komunitas-komunitas teater mestilah berdiri di kota-kota kecil, pelosok-plosok juga. Desa-desa pun tetap dimaknai sebagai area penting peta teater/drama/sandiwara Indonesia, karena orang di situ pun berkehidupan dan butuh kebangunan jiwa, raga juga.

    Mekanisme membangun jiwa raga melalui berteater/bermain drama secara formal hanya ada dalam frame ekstra kurikuler sekolah/kampus saja, maka memang ini menjadi masih amat minim upaya. Terlebih dari upaya dalam ekstrakurikuler tersebut juga ternyata hanya bisa diselenggarakan oleh sekolah/kampus kota-kota kabupaten saja. Untuk kota kecamatan hanya sebagian kecil sekolah yang mencoba membuka ekstrakulikurel teater. Sekolah di desa-desa, perlu diyakini baru segelintir yang berani membuka ekstrakurikuler teater. Padahal membangun jiwa dan raga melalui berteater/bermain drama juga butuh hadir pada komunitas formal lain, seperti kantor-kantor basah duit (kantor pajak, perbangkan, kantor polisi/satlantas, dinas pendapatan, samsat, kantor pendidikan, dinam perhubungan, kantor agama dan BUMN-BUMD) berikut kantor yang kering duit lainnya.
     
    Bahkan, lembaga yang sarat kerkumpul para pejahat, Lembaga Pemasyarakatan juga perlu dimasuki kita untuk melaksanakam workshop atau outbond teater bagi para penghuninya. Ini adalah PR yang harus segera dikerjakan olah kita para seniman teater baik yang aktif di kampus maupun masyarakat umum melalui workshop/outbond atau cara lain.

     Selamat berjuang blusukan buat temen-temen seniman, dan perlu di ingat bagi sebagai awak teater yang aktif, iuran membangun indonesia yang raya, butuh sumbangsih dalam rangka menteaterkan masyarakat dan memasyarakatkan teater dalam formula untuk menemukan pilihan hidup masyarakat yang semestinya manusiawi.

Yustinus Setyanta

Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar