Yesus dengan cerdas menjawab pertanyaan jebakan yang dilontarkan oleh orang-orang farisi dan herodian. Dengan tegas Yesus mengatakan "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat 22:21). Dalam konteks perinkop ini kita melihat bahwa orang-orang farisi bermaksud jahat yaitu ingin menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka berharap bahwa Yesus akan menjawab "tidak perlu membayar pajak kepada kaisar", sehingga mereka kemudia dapat menangkap Yesus dan menyerahkan-Nya kepada pemerintah Romawi - karena menghasut rakyat untuk tidak membayar pajak. Namun, Yesus memberikan jawaban yang membuat mereka terkejut dan heran, ketika Yesus berkata Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" Dengan jawaban ini, maka mereka tidak mempunyai alasam untuk menangkap Yesus. Namun, di satu sisi, Yesus memberikan pengajaran yang begitu penting yaitu bahwa Kerajaan yang ingin dibangun dan ditawarkan kepada manusia bukanlah kerajaan di dunia ini, namun Kerajaan Sorga.
Secara prinsip, Yesus ingin mengatakan bahwa kita wajiab untuk memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar. Ini berarti, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, (1 PTR 2:13 -17). Kita harus taat kepada pemerintah, selama pemerintah tidak menentang hukum kodrat dan Ilahi. Kemudian apa yang harus kita berikan kepada Allah? Kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan kekuatan kita dan memberikan seluruh diri kita untuk mentaati seluruh perintah-Nya sebagai manifestasi dari kasih kita kepada Allah.
Memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah adalah menjalani hidup yang terarah pada Allah dan sesama; tidak hanya berpusat pada kepentingan diri sendiri. Jika kita melakukannya, maka hidup kita tidaklah menjadi sejumlah beban kewajiban yang harus kita seret, tetapi menjadi ungkapan kasih yang terwujud dalam tiap kesempatan hidup. Dan hal ini akan membuat kita menjadi lebih dekat dengan Allah dan menampakan wajah Allah yang penuh kasih kepada sesama. Itulah cara kita ikut membangun bangsa dan negara kita.
Salam merdeka untuk Indonesia tercinta!
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar