Ternyata keajaiban itu bukan hal yang besar. Ternyata keajaiban itu sesungguhnya sangatlah sederhana. Serta dapat kita alami sehari-hari. Jika kita mampu merasakannya. Jika kita mau mengalaminya. Lantas keajaiban apa lagi yang hendak kita inginkan. Sebab pada pengalaman itulah kita mampu menikmati apa yang menjadi karunia terindah kehidupan. Betapa awalnya manusia hanya mengenal kesederhanaan. Pada mulanya hidup itu hanya sebuah permainan. Tak ada ambisi. Tak ada hasrat. Tak ada nafsu untuk menguasai dan memiliki.
Mereka tak tahu bagaimana berenang, mereka tak tahu bagaimana menebar jala. Pencari mutiara menyelam untuk mendapatkan mutiara. Para pedagang berlayar untuk meraup laba. Tetapi anak-anak mengumpulkan batu-batu kerikil dan menebarkannya kembali. Mereka tak mencari sesuatu untuk dimiliki dan dikuasai. Mereka bermain dengan apa yang ada lalu meninggalkannya begitu saja. Dan, bukankah itu sebuah keajaiban yang menakjubkan. Terutama jika kita bandingkan dengan kehidupan kita, orang-orang dewasa, ini? Kehidupan yang demikian keras, penuh ambisi dan keinginan dan semangat tak mau dikalahkan. Tak mau terkalahkan.
Melihat tumbuh kembang seorang manusia sungguh seperti menyaksikan sebuah keajaiban sederhana tetapi juga luar biasa. Keajaiban yang sering gagal kita tangkap saat kita hidup hanya untuk diri sendiri saja. Saat kita hidup hanya demi memuaskan hasrat kita saja. Maka kepada siapa pun yang menyangka bahwa hidup ini menjemukan, atau mengira bahwa hidup ini hanya demi untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu saja – bahkan rela untuk mengurbankan apapun juga demi tujuan itu – belajar kepada sang bayi kecil. Sadari bahwa dulu kita pun pernah sama dengan mereka. Bahwa dulu, kita adalah mereka juga.
Sebab tak seorang pun tidak melalui jalan yang sama. Tak seorang pun langsung ada dalam situasi yang sekarang ini. Kita pasti pernah menemukan barang-barang yang tak harus untuk dikuasai. Kita pasti pernah menikmati betapa indahnya permainan sebagai satu permainan, bukan sebagai satu pertarungan untuk menang atau kalah. Tidak. Menang atau kalah sungguh tidak sepenting bermain dan menikmati hidup ini. Dan lihatlah, anak-anak yang mungkin merasa marah sejenak dan menangis dapat langsung tertawa ria ketika menemukan sesuatu yang menyenangkan. Bagi mereka, tidak ada yang penting. Bagi mereka, hidup selalu bermakna hidup. Yang sesungguhnya. Yang senyatanya.
Maka kepada mereka yang berpendapat bahwa keajaiban itu mustahil, saksikanlah tumbuh kembang seorang manusia. Sebab kita semua pernah mengalami hal yang sama. Sebab dulu kita sungguh adalah bayi-bayi kecil mungil yang selalu menyenangkan mereka yang melihat kita. Sebab percayalah, kita pernah menjadi pemilik surga yang sekarang kita tinggalkan dan lupakan. Hidup itu sebuah keajaiban jika kita mau menyadarinya. Jadi mari menyapa hidup kita dan berbisik dalam hati. Kita lahir tanpa membawa apa-apa selain tubuh dan jiwa kita. Kelak, kita pun akan pergi meninggalkannya tanpa mampu membawa sesuatu, sebanyak apapun yang kita miliki sekarang. Percaya dan hidup bersama keajaiban-Nya ini. Sungguh, keajaiban itu masih ada. Dan selalu akan ada. Sebab Tuhan tidak pernah bosan terhadap manusia. Tuhan tidak pernah bosan kepada kita. Dia mencintai kita seutuhnya. Seutuhnya.
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar