Sabtu, 30 Agustus 2014

BAYANGAN DI DEPAN CERMIN

     Ketika aku berdiri di depan cermin. Sebagaimana semua orang yang tidak mungkin menyangkal bahwa bayangan yang ada di dalam cermin bukanlah dirinya, demikian pula aku. Aku tidak menyangkal bahwa yang ada di dalam cermin itu adalah diriku. Aku yakin sekali bahwa yang dimaksudkan Yesus bahwa aku harus menyangkal diri bukan menyangkal bayangan yang ada di dalam cermin itu. Aku yakin bahwa Dia hendak mengajarkan kepadaku untuk menyangkal segala kepentingan diri, dan menempatkan Allah di atas kepentinganku sendiri.

     Dengan menyangkal diri yang seperti itulah aku benar-benar akan tampil sebagai hamba-Nya. Sebab sepenuhnya aku ada dalam kuasa-Nya, sepenuhnya aku menjadi milik-Nya. Kehendak-Nya adalah hidupku, sabda-Nya adalah segalanya bagiku. Sungguh aku harus belajar dan terus berlatih untuk bisa melakukannya. Masih sering terjadi, kehendak-Nya aku sisihkan demi kehendak pribadiku sendiri, demi keuntungan, keinginan, dan kenyamanan yang mungkin bisa aku reguk. Bagaimana mungkin aku akan mengikuti Dia dan memikul salibku jija aku tidak pernah mampu menyangkal diriku sendiri, tidak pernah mampu menepis keinginan-keinginanku?
     Sungguh aku demikian takut kehilangan nyawaku, kehilangan masa depanku, kehilangan pankat dan jabatan duniawi, takut kehilangan harta dunia fana ini. Namun ketakutan itulah sesungguhnya yang membuat aku kian terikat pada dunia dan kian menjauh dari-Nya. Ya Tuhan,.........mengapa aku bisa sejauh ini meninggalkan-Mu? Bantulah aku umtuk terus menerus menyadari karunia-Mu yang tak terhingga, yakni Roh Kudus yang senantiasa memberdaya padaku untuk berbuat seturut kehendak-Mu. Amin.

(Sebuah refleksi dari Mat 16:21-27)

{Yustinus Setyanta}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar