Dan jika menikmati ini: Saat malam lewat dan fajar tiba, berdiri merasakan kehangatan cahayanya sambil menghirup kesegaran udara yang belum dipenuhi asap knalpot kendaraan dan polusi dari industri yang masih tertidur lelap. Betapa kehangatannya masuk ke dalam tubuh, menyusup ke dalam rasa dan mengalir ke seluruh raga seakan sebuah aliran yang membuat semangat bangkit dan menikmati indahnya hidup ini.
Demikianlah, setiap saat hidup selalu punya momen yang demikian menakjubkan sepahit atau sekeras apapun hidup ini. Saat setiap pagi, terbangun, lalu membaca koran pagi dimana dunia nampak demikian suram dan tak punya harapan, dimana kekerasan, ketidak-adilan, kemiskinan, kelaparan, penderitaan, pemerkosaan, pembunuhan, bencana, perkelahian, peperangan dan segala macam berita buruk lainnya memenuhi halaman berita pagi itu, dan hati kita diliputi keprihatian mendalam, alam semesta tetap membagikan semangatnya kepada dunia ini. Kepada kita yang adalah manusia.
Dunia tak pernah bosan kepada kita, sama seperti Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Tetapi jika kita merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, jangan salahkan DIA. Manusia mengubah dunia ini sesuai dengan kehendaknya sendiri, semua dibuatnya kacau, bahkan sering atas nama-Nya. Padahal yang sesungguhnya adalah demi untuk kepentingan dirinya sendiri. Tuhan tak pernah meninggalkan kita, tetapi justru kitalah yang meninggalkan-Nya, tetapi anehnya atau malah lucunya, kita merasa bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Sungguh ironi.
Kebaikan dan kejahatan. Sungguh semua itu tidak tergantung pada Tuhan tetapi justru pada manusia itu sendiri. Yang diberikan-Nya setiap hari adalah kesempatan untuk hidup, kesempatan untuk berbuat baik, kesempatan untuk saling membagikan berkat dan karunia yang kita miliki, bukannya saling memaksakan kehendak, bukannya untuk saling menghancurkan agar ada yang menjadi pemenang, bukannya untuk saling meniadakan satu sama lain. Tidak. Kebaikan dan kejahatan, dua sejoli yang berjalan seiring bagaikan awan mendung dan cahaya matahari dengan pilihan sepenuhnya ada di tangan kita. Sepenuhnya ada di tangan kita. Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk memilih maka pilihan itulah yang akan menentukan hidup kita kelak. Tuhan menyayangi manusia, sayang manusia tidak saling menyayangi satu sama lain, dan karena itu pun tidak menyayangi Tuhan yang menciptakannya. Sayang sekali bila demikian.
Yustinus Setyanta
Jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar