Keluh, seringkali muncul karena merasa teraniaya, karena derita batin yang tak tertahankan. Kemarahan dan kebencian dengan mudahnya tumbuh manakala merasa direndahkan ditindas. Dalam kesendirian seperti ranting atau dedaunan kering yang mudah sekali untuk terbakar. Ketika kehidupan demikian panas dan terik, maka segera saja panas itu membakar dan menghanguskan diri dalam kemarahan, sakit hati, kebencian. Akhirnya hanya diam dirundung penyesalan, tak ada keberanian untuk melangkah guna mempertanggungjawabkan.
Dia adalah air kehidupan. Di dalam Dia, aku akan senantiasa basah oleh kasih-Nya dan tidak akan mudah tersulut oleh api kemarahan, kebencian, dendam bahkan keputusasan. Di dalam Dia..., aku tidak lagi rapuh tetapi menjadi lentur menghadapi terpaan angin, sehingga tidak mudah patah. Maka ketika Dia menawarkan diri, "Tinggalah di dalam Aku..." Meski merangkak, aku senantiasa untuk berada di dalam diri-Nya.
{Yustinus Setyanta}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar