Rumahku bermula di masa lalu
Berujung di titik waktu
Yang tak kutahu
Rumahku semesta keberadaanku
Rumahku semesta keberadaanku
Bermula di masa lalu
Berujung di titik waktu
Sewaktu-waktu.
Rumahku seluas kehendak
Rumahku seluas kehendak
Tetapi aku membatasinya hanya sepetak
Sebab tahu apa yang kubawa kelak
Sebab tahu apa yang kubawa kelak
Ketika semua yang utuh juga akhirnya retak
Jika kau bertemu, kau tak memasuki pintu rumahku
Jika kau bertemu, kau tak memasuki pintu rumahku
Kau memasuki pintu angan dan mimpiku
Sebab rumah adalah bahasa, kau boleh pahami aku
Dengan rumahku, tapi juga pahami aku
Pada apa yang ingin kubangun dengan rumahku
Aku takmembangun rumah untuk sekedar berteduh
Aku takmembangun rumah untuk sekedar berteduh
Sebab talah kubebaskan diriku dari semua keluh
Aku tak membangun rumah untuk ringkih tubuhku
Tapi lebih untuk liar jiwaku
Ia memberiku alasan istirah
Ia memberiku alasan istirah
Ketika diluar udara penuh amis darah
Ia memberiku arti jinak
Untuk tetap bertahan pada apa yang hak
Rumahku berdiri di atas tanah pelaminan
Rumahku berdiri di atas tanah pelaminan
Tempat harapan dan kerja keras dikawinkan
dan dirayakan: Rumah megah. Rumah mewah
Kerena dibangun dengan cinta-kasih dan jerih-payah
(Puisi - Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar