Bicara soal persimpangan teringat pada kota semarang yang terkenal dengan simpang limanya. Dalam hidup pun kadang kala dimikian. Saat berada di persimpangan, aku dihadapkan pada dua pilihan: mendekat kepada-Nya atau mendekat pada dunia. Acapkali aku lebih memilih mendekat pada dunia. Apa yang ditawarkan oleh dunia, menurut pandanganku lebih menarik dan menyenangkan. Namun saat kusadari bahwa apa yang ada di dunia ini suatu saat nanti akan berakhir, tawaran dunia ini tidak abadi adanya, aku mulai berpikir. Kembali aku dihadapkan pada persimpangan, mendekat kepada-Nya ataukan terus melaju mendekati dunia?
Dia menjanjikan hidup kekal kepadaku, hidup yamg tidak terbatas oleh kenyatan duniawi. Sekalipun dunia ini hancur, sekalipun raga ini mati, namun hidup yang Dia karuniakan tetap ada padaku. Kuputuskan untuk mendekati Dia dengan melakukan dan menuruti apa yang Dia sabdakan. Meski aku hanya bisa melakukan sedikit demi sedikit, meski aku belajar dengan tergagap, tetapi karena kasih-Nya, Ia senantiasa setia membimbingku, aku pun semakin berani mempercayakan diriku kepada-Nya. Di setiap persimpangan, dengan mantab aku memilih jalur yang membuatku semakin dekat dengan-Nya
(Yustinus Setyanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar